MASIH RELEVANKAH ISU KOMUNISME ?

Oleh :  Ade P. Nasution     ade

Tulisan ini terinspirasi pada isu-isu dan rumor yang muncul dalam kegiatan kampanye pemilihan presiden (pilpres) 2014. Melalui media sosial, tim kampamye dan simpatisan kedua belah calon berupaya menampilkan sisi terbaik calonnya namun juga berupaya menampilkan sisi buruk dari program capres saingannya. Salah satu rumor itu adalah adanya prasangka akan munculnya kembali faham komunisme di Indonesia jika salah satu capres tersebut berhasil menduduki kursi no. 1 di republik ini. Kita sama-sama tahu bahwa rumor belum tentu kebenarannya. Untuk itu saya menulis tentang apa yang terjadi pada faham komunisme pada saat ini sebagai bahan renungan untuk kita dapat menyaring rumor tersebut sesuai dengan kebutuhan kita

Sejak runtuhnya tembok berlin tahun 1989 dan diikuti dengan bubarnya Negara Uni soviet beserta negara-negara satelitnya baik di asia maupun di eropa timur pada tahun 1991, menandai bahwa salah satu system ideologis terkuat didunia yang ditakuti oleh Amerika dan Negara-negara Eropa barat telah runtuh yaitu Komunisme. Perang dingin pasca perang dunia ke II telah berakhir dan pemenangnya adalah Amerika Serikat dan sekutunya sebagai bapak kandung faham demokrasi liberal dan kapitalisme

Patut di catat bahwa komunisme bukan hancur karena kalah perang dengan Faham kapitalisme yang di gawangi oleh Amerika Serikat dan Eropa Barat, tapi Komunis Hancur karena palu dan buldoser rakyat yang telah kehilangan keyakinan terhadap ide-ide komunisme. perekonomian Negara-negara komunis terbukti tidak dapat menyesuaikan diri dengan sistem produksi global yang dikendalikan oleh informasi yang mengakibatkan matinya sektor industry dan merebaknya pengangguran secara besar-besaran dan mereka meragukan sistem sosial-komunis mereka untuk dapat tetap menjawab tantangan zaman.

Runtuhnya sosialisme-komunisme menyebabkan sistam yang lainnya, yaitu liberalisme-kapitalisme menjadi satu-satunya ideologi yang berjaya bahkan hingga saat ini. Walaupn ada pula pemikir-pemikir lainnya yang mempunyai prediksi berbeda tentang konsep perpolitikan pasca Perang Dingin dan mengemukakan alternatif dari segala kelemahan sistem liberal agar tetap bertahan dan tidak termakan zaman.

Namun demikian, Banyak para pakar dan pengamat mengatakan bahwa liberalism kapitalisme lah satu-satunya system ideology yang ada saat ini. Hal ini di perkuat oleh Francis Fukuyama dan Samuel P. Huntington. Fukuyama dalam bukunya “ The End of History and The Last Man” menyebutkan mengatakan bahwa paska perang dingin, tidak akan ada lagi pertarungan antar ideologi besar, karena sejarah telah berakhir dengan kemenangan kapitalisme dan demokrasi liberal. Meskipun menyadari evolusi sejarah, Fukuyama beranggapan bahwa demokrasi liberal merupakan titik akhir dari evolusi ideologis umat manusia sekaligus bentuk final pemerintahan manusia. Runtuhnya Soviet dan ambruknya tembok Berlin menjadi pertanda kalahnya sosialisme, dan sebagai gantinya adalah perayaan dan kemenangan kapitalisme tanpa ada kompetitornya. Sedangkan Huntington dalam bukunya “The Clash Civilizations’ menyebutkan bahwa secara fundamental dari sebuah konflik dalam dunia yang baru ini terutama lagi bukanlah karena ideologi atau ekonomi. Bagian terbesar diantara berbagai macam bentuk manusia dan sumber daya yang ada maka konflik akan didominasi oleh perihal yang terkait dengan budaya. Lewat hipotesisnya, Huntington mencoba menawarkan paradigma baru dalam melihat dunia. Ia melihat ada 7 peradaban yang akan mewarnai persaingan global: Western, Latin American, Confucian, Japanese, Islamic, Hindu dan Slavic-Orthodox.

Apa yang disampaikan oleh Huntington diatas, tampaknya sudah dilaksanakan Amerika Serikat dan sekutunya seperti yang kita lihat dalam kebijakan luar negeri yng mereka lakukan seperti kebijakan terhadap Irak, Iran, Suriah dan negera-negara lain yang kesemuanya lebih banyak bersifat budaya sosioreligius ketimbang ideologis.
Menurut Fukuyama, sejak kejatuhan ideology komunisme, lonjakan besar terjadi dalam perubahan ideology Negara-negara dunia. Sebagai contoh dari tahun 1975 sampai dengan 1990 saja terdapat kenaikan Negara yang mengganti system ideology sebanyak 30 negara dan pada saat ini hampir seluruh Negara di dunia sudah memakai system demokrasi liberal kapitalisme.

Disamping itu, Fukuyama menemukan fakta bahwa Negara-negara yang merubah system ideologinya ke liberalism kapitalisme (sebelumnya memakai system fasisme atau komunis) secara statistik mengalami kemajuan ekonomi yang luar biasa seperti yang ditunjukkan oleh Spanyol, Pilipina, Afrika selatan, Peru dan banyak Negara lainnya.
Kita tidak boleh lupa, bahwa Indonesia, secara kuantitatif mengalami lonjakan besar ketika dimulainya pemerintahan orde baru pada awal tahun 1970-an di masa Presiden Soeharto mengadop faham liberalisme kapitalisme yang salah satunya ditandai dengan masuknya investasi asing, serta masuknya Indonesia kedalam lembaga-lembaga dunia seperti WTO, IMF dan lembaga-lembaga kerjasama ekonomi internasional lainnya. Dalam bidang politik pemerintah orde baru berkenan meambah partai politik serta tumbuhnya lembaga-lembaga demokrasi yang menurut Fukuyama sebagai syarat mutlak dalam Negara dengan faham demokrasi liberar dan kapitalisme.

Memang ada beberapa negara Asia dan Amerika latin yang masih teguh memegang ideologi komunis seperti Vietnam, Tiongkok (RRC), Korea Utara dan Cuba dan beberapa negara Amerika Latin. Tapi ideologi komunis yang diterapkan di negara itu, sudah tidak semurni ajaran Karl Marx. Negara-negara seperti Tiongkok, Vietnam dan Kuba telah membuka diri dengan negara lain, bahkan juga dengan negara yang oleh mereka dicap sebagai negara kapitalis sehingga tidak heran kita dengan mudah kita menjumpai Mcdonalds dan KFC di berbagai kota di Tiongkok dan Vietnam serta lambing-lambang kapitalis lainnya.

Banyak pengamat menyebutkan, bahwa Negara-negara seperti Tiongkok dan Vietnam hanya menunggu waktu saja untuk bermetamorfosis menjadi demokrasi liberal, mengingat derasnya arus informasi dan kebutuhan akan pengakuan pribadi dan hak azasi manusia bagi warganya yang selama ini kita ketahui pemerintahnya cukuf represif menghadapi warganya, setelah itu sempurnalah sudah faham kapitalisme dan demokrasi liberal menguasai seluruh dunia…
Kini tidak ada lagi kekhwatiran akan komunisme dan penguasaan oleh Negara yang begitu di benci oleh Adam Smith. Yang ada hanyalah apa yang dikhawatirkan oleh Huntington, yaitu persoalan benturan peradaban, yang tampaknya Indonesia sendiri sudah mulai mengalaminya yaitu konflik-konflik yang bermuatan keagamaan dan etnis.