KELIRUMOLOGI

IMLEK
makna hakiki perayaan Tahun Baru IMLEK adalah dengan penuh riang gembira, bahagia, dan rasa syukur atas kedatangan musim semi. makna sebenarnya akan menjadi kabur apabila Imlek dirayakan di luar daratan china.
di Indonesia, hanya ada dua musim, musim kemarau dan hujan
di Selandia baru, ketika di china musim semi, maka di selandia baru sedang menjelang musim gugur………..

SAKIT OTAK
Kiasan berbagai rasa emosional seperti sakit hati, patah hati, besar hati secara biologis jelas keliru, karena pusat emosional sebenarnya terletak di Otak. Namun kalau diganti dengan yg tidak keliru maka jadinya : sakit otak, patah otak dan besar otak…gak estetis dong jadinya

MARXISME
Friederich Engels, agar mampu membiayai penelitiannya bersama Karl Marx, dalam menciptakan suatu bentuk pemikiran sosio politik-ekonomi baru. Engels mengelola suatu pabrik cabang milik ayahnya di Manchester, Inggris, yg jelas menganut paham Kapitalis.
Jadi kelahiran Marxisme, sebagai landasan komunisme, ternyata dibiayai selama 19 tahun melalui jalur ideologi yang justru paling dimusuhi Marxisme, yaitu : Kapitalisme

PERAMAL
Pada bulan april 1978, di Hotel Sheraton Paris, diselenggarakan Muktamar peramal sedunia, yng dihadiri oleh ratusan ahli peramal dengan aneka ragam peralatan mulai dari lampu kristal, kartu, dadu, horoskop sampai ke pembaca wajah atau garis tangan. Pada akhir acara muktamar akbar yang terselenggara sukses itu, seorang wartawan menanyakan apakah peristiwa akbar serupa akan diselenggarakan kembali tahun depan. Juru bicara para tokoh peramal yang hadir, tegas menjawab : “kami belum tahu..”

BMW
Keliru jika anda menyebut merek mobil BMW dengan bi-em-dabel yu. Nyebutnya biasa saja : be-em-we. Sebab BMW adalah akronim bahasa Jerman, Bukan Inggris..!!

1001
Angka 1.001 (baca: seribu satu) lazim dipakai untuk menyatakan sesuatu yang jumlahnya sangat banyak, meskipun mungkin jumlahnya tidak sebanyak itu. Ada “Cerita 1.001 Malam”, ada juga sinetron tentang jin yang memplesetkannya menjadi “1.001 Macam”, sebuah TV swasta juga menayangkan sinetron dengan judul “1.001 Cara Menggaet Cowok”, dan masih banyak lagi.
Kita semua sepakat 1.001 sebagai bilangan yang dipakai untuk menyatakan jumlah yang sangat banyak (tanpa mempedulikan jumlah sebenarnya). Jadi tidak perlu protes seandainya Anda membeli buku berjudul “1.001 Jurus Jitu Mencari Jodoh” tapi Anda tidak menemukan 1.001 jurus seperti yang tertulis di sampul buku.

SIMPANG LIMA
Anda pernah ke Semarang? Anda tentu tahu kawasan Simpang Lima. Tak usah jauh-jauh ke sana, di Bandung juga ada. Namun orang Bandung punya sebutan yang berbeda, Prapatan Lima! Ini jelas penggunaan kata yang tidak tepat. Kata prapatan atau perempatan artinya jalan simpang empat (KBBI, 1997, hal. 262). Mungkin kata “prapatan” sudah terlanjur dianggap sama dengan kata “simpang”? Wah… jangan-jangan di Bandung juga ada prapatan tiga.

MENS SANA IN CORPORE SANO
Sadarkah kita, semboyan yang kita terima sejak kecil – mens sana in corpore sano – sebenarnya keliru (di samping keliru kuotasinya)? “Di dalam tubuh yang sehat, belum tentu hadir jiwa yang sehat. contoh Mike Tyson atau penghuni Rumah Sakit Jiwa, bertubuh sehat tapi jiwanya sakit. “Para pencopet, maling, perampok, rata-rata fisiknya sehat bahkan kuat agar mampu menunaikan profesi kriminal mereka.

FITNESS
Pada kata fitness juga terlihat kelucuan. “dipikir-pikir untuk apa sih? Kita diberi kaki dan tangan untuk mengejar dan dikejar sesuatu. Lha ini, lari di tempat. Kemudian bersepeda (sepeda) tapi gak jalan-jalan. Kalau mau ngeluarin energi, mbok ya ke sawah saja. Tapi kalau dicari gunanya, ya ada: saya senang menonton wanita yang senam dengan baju ketatnya

MANGAN ORA MANGAN KUMPUL
Filsafat Jawa tidak ada yang keliru. Yang salah adalah penafsirannya. Banyak sekali kasus yang menafsirkan secara keliru sehingga pandangan terhadap orang Jawa menjadi tidak tepat lagi. “Misalnya mangan orang mangan kumpul. Itu indah sekali. Menunjukkan yang penting itu kumpul, bukan sekadar kumpul. Tetapi kerukunan. Demi kerukunan kita harus melakukan apa pun. Kalau perlu sampai tidak makan. Jadi, jangan makannya yang dikedepankan.”

sumber : Jaya Suprana, Kaleidoskopi Kelirumologi Jilid 4, 1997, Penerbit Elex Media Komputindo, Jakarta