Sepanjang sejarah kehidupan manusia, banyak karya-karya para tokoh-tokoh besar yang mempengaruhi peradaban dan manusia itu sendiri, pada abad yang lampau, Ibnu Sina, Misalnya adalah tokoh yang berpengaruh dalam bidang kedokteran yang sampai saat ini karyanya masih tetap abadi. Ibnu Khaldun, dalam buku “Mukaddimah” nya mengajarkan manusia tentang sosiologi dan administrasi pemerintahan.
Dunia dan peradabannya berubah melalui pemikiran manusia yang ditopang oleh ilmu pengetahuan. Eropa mulai berkembang pada masa renaisaance (abad pencerahan) dimana tradisi-tradisi takhyul didobrak paksa oleh para ilmuwan dan pemikir-pemikir barat pada waktu itu.
Setelah abad pencerahan, yang secara tegas memisahkan agama dan ilmu pengetahuan, bermunculan lah pemikir-pemikir baru yang merubah pandangan tentang dunia selama ini, sebut saja Charles Darwin dengan Teori Evolusi yang telah memberikan horison baru tentang evolusi flora dan fauna, Hegel dengan Filsafat Sejarahnya, Newton dan Leonardo Da Vinci dengan penemuan-penemuan fisika dan ilmu alam lainnya yang memutar balikkan persepsi masyarakat selama ini tentang definisi alam dan dunia.
Pada tulisan kali ini, ada beberapa buku atau naskah pemikiran yang ditulis oleh para Filsuf ataupun ilmuwan yang karya mereka tersebut mencapai kegemilangan karena merubah paradigma baik dalam berpolitik maupun tentang manusia itu sendiri, yang dirubah atau diedit dan disesuaikan dengan kepentingan fihak-fihak tertentu baik untuk melanggengkan kekuasaannya maupun untuk mencapa keuntungan pribadi tertentu.
Nostradamus dalam bukunya “Quatrains / Prophecies of Nostradamus” yang berisi ramalan-ramalan tentang kejadian-kejadian besar dunia dan bukunya ini menjadi “best seller” karena telah dicetak ulang selama 400 tahun. Nostradamus yang merupakan warga Perancis keturunan Yahudi itu telah banyak meramalkan jatuh dan bangunnya kekuasaan para raja dan pemimpin dunia dengan tepat juga bencana atau fenomena-fenomena dunia lainnya, yang menurut beberapa ahli mendekati kebenaran, walaupun terkadang tanggal dan tempatnya tidak persis tepat.
Menurut Ashok K. Sharma dalam bukunya Nostradamus : tanda-Tanda Perang dan bencana Abad XXI Disebutkan bahwa ramalan-ramalan nostradamus yang meramalkan berbagai tragedi yang melanda dunia, telah menarik minat Rezim Fasisme NAZI Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler. Pendamping Setia Hitler, Gobbels atas seizin Hitler, telah mengubah dan menyusun ulang naskah-naskah yang berupa prosa 4 baris (kuatrain) nostradamus yang kesemuanya berfihak pada fihak NAZI yang menyatakan bahwa Hitler dengan NAZI nya memang ditakdirkan untuk berkuasa di dunia ini dan bahwa siapapun, bangsa apa pun tak akan mampu menghentikannya menjadi penguasa dunia dan ini adalah takdir yang telah ditentukan oleh alam dan Tuhan. Buku Nostradamus ini dibuat sedemikian rupa sehingga semacam propaganda bagi NAZI dan untuk melemahkan semangat juang lawan-lawan NAZI Hitler. Namun semua orang tahu bagaimana akhir dari kehidupan Hitler yang tragis serta kekalahan telak NAZI dalam perang dunia ke II yang bahkan Hitler sendiri dikabarkan meninggal dalam keadaan tragis.
Friedrich Nietzsche dengan salah satu buku karyanya Also sprach Zarathustra (Maka berbicaralah Zarathustra) dan Beyond Good and Evil. Nietzsche adalah salah seorang yang mempelopori filsafat eksistensisialisme, yang menganggap keberadaan manusia itu sendirilah yang merupakan perkembangan manusia dan hanya manusia yang kuat yang bisa mengatasai permasalahannya tanpa ada campur tangan metafisika (Agama atau pun Takhyul).
Nietzsche menganggap bahwa kepercayaan manusia Barat pada Tuhanlah yang merupakan pangkal semua masalah kemunduran dan butanya masyarakat. Dengan mematikan Tuhan Nietzsche berharap dapat menjadikan manusia sebagai manusia unggul yang menentukan segalanya berdasarkan kemauannyanya sendiri. Potensi dan semua kemampuan manusia yang ada di dalam dirinya itulah yang disebut Nietzsche dengan Ubermensch. Kepercayaan pada Tuhan dalam pandangan Nietzsche bertentangan dengan konsep manusia yang sebenarnya, karena menunjukkan kelemahan manusia itu. Manusia terdiri dari badan dan jiwa, badan berproses dan tumbuh menurut hukum biologis, sementara jiwa hanyalah sebuah nama yang terdapat dalam badan manusia. Dalam pandangan Nietzsche Tuhan yang digambarkan hanyalah proyeksi kesadaran manusia terhadap, kekuatan atau cinta terdapat di dalam dirinya.
Walaupun banyak para pakar dan filsuf lain yang manyatakan bahwa terdapat pengaruh Nietzsche terhadap ideologi Nazi Hilter dengan mengusung keunggulan ras aryanya dan denga sangat terinspirasi pada konsep Uberman nya Nietzsche. Dimata Hitler, Nietzsche merupakan seseorang yang memuliakan individu yang bebas, besar, dan kuat, yaitu seseorang yang karyanya diadopsi oleh orang-orang Nazi dari ras arya sebagai dasar ideologi.
Hal ini tampak pada tuduhan sejarawan H.F. Peters, banyak orang mengutuk Nietzsche sebagai “bapak fasisme”. Dalam bukunya, The Myth of the 20th Century, ideolog Nazi Alfred Rosenberg secara terbuka memuji Nietzsche. Hitlerjugend (Kaum Muda Hitler), sayap kepemudaan dari gerakan Nazi, menjadikan buku Nietzsche Thus Spake Zarathustra sebagai sebuah buku pegangan. Adolf Hitler memerintahkan pembangunan monumen khusus untuk mengenang Nietzsche, dan merintis pendirian pusat-pusat pendidikan dan perpustakaan “di mana para pemuda Jerman dapat diajarkan doktrin Nietzsche mengenai ras unggul”.
Namun, para kritikus pada awal tahun 1960 an menunjukkan bahwa banyak naskah Nietzsche itu yang dpenggal bahkan ditambahi oleh adiknya Elizabeth Nietzsche, yang merupakan kelompok fasisme NAZI. Perubahan-perubahan ini dimaksudkan agar pemikiran atau karya Nietzsche lah yang menjadi landasan bagi ideologi Fasiseme NAZI yang dalam sejarah merupakan masa-masa kegelapan karena menghilangkan banyak nyawa manusia.
Nietzsche sendiri pernah mengirim surat pada adiknya Elizabeth (yang terakhir menguasai dan mengedit naskah-naskah Nietzsche) yang menikahi Dr. Benhard Foster, yang merupakan salah satu pemimpin partai politik anti-semit di Jerman. Dengan jelas dan tegas, Nietzsche merasa dirugikan dan dan dirusak oleh tuduhan anti semitisme pada karya-karyanya
Saat Ini, Naskah Nietzsche yang “tercemar” itu tekah diedit dan dibersihkan dari hal-hal yang tidak seharusnya oleh Editor Mazzino Montenari dan apa yang kita baca saat ini cenderung sudah murni hasil pemikiran Nietzsche.
Niccolò Machiavelli dalam karyanya Il Principe (Sang Penguasa), awalnya ditulis sebagai harapan untuk memperbaiki kondisi pemerintahan di Italia Utara, kemudian menjadi buku umum dalam berpolitik pada masa itu.
Kini banyak pemimpin dunia terutama yang berbentuk dinasti, diktator dan fasis, ataupun pemerintahan yang berasal dari junta militer atau kelompok kudeta sipil, memaknai buku ini secara keliru. Pembunuhan, pengasingan dan penawanan adalah ciri utama seorang machiavelis
Il Principe, atau Sang Pangeran menguraikan tindakan yang bisa atau perlu dilakukan seorang seseorang untuk mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan.
Nama Machiavelli, pada kemuadian hari di anggap hal yang buruk, untuk menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Orang yang melakukan tindakan seperti ini disebut maciavelis. Menurut Machiavelli politik dan moral adalah dua bidang yang tidak memiliki hubungan sama sekali, yang diperhitungkan hanyalah kesuksesan sehingga tidak ada perhatian pada moral di dalam urusan politik. Baginya hanya satu kaidah etika politik: yang baik adalah apa saja yang memperkuat kekuasaan raja. Baginya suatu negara yang kuat karena ada suatu hukum yang kuat untuk mengatur hidup masyarakat. Karena itu hukum harus ditegakkan bersama dengan sistem militer yang kuat. Para penguasa tidak perlu memperhatikan pertimbangan-pertimbangan moral sebab, bisa saja penguasa bertindak sangat moralistis misalnya, kemurahan hati, sikap saleh, manusiawi dan jujur.
Namun itu semua harus berfungsi untuk maksud-maksudnya. Bila keadaan menuntut demi kekuasaannya maka dia perlu mengambil sikap yang sebaliknya. Artinya penguasa bisa bersikap jahat dan zalim sekaligus dapat menindas rakyat demi kepentingan kekuasaannya. Suatu negara yang baik bila kota-kotanya sudah ditata dengan baik sehingga para musuh akan berhati-hati untuk menyerangnya. Kota yang kokoh (dengan tembok dan benteng) tentu akan mudah untuk dipertahankan. Sudah tentu raja atau penguasa akan dicintai oleh rakyatnya.