1. Latar Belakang

Laporan ini menyajikan analisis komparatif mendalam mengenai praktik manajemen pelabuhan di Indonesia, Singapura, dan Malaysia, menyoroti perbedaan fundamental dalam tata kelola, model operasional, adopsi teknologi, dan posisi strategis di rantai pasok maritim global. Singapura berdiri sebagai pemimpin global yang tak tertandingi, didorong oleh pemisahan yang jelas antara fungsi regulasi dan operasional, fokus yang teguh pada transshipment, serta investasi masif dalam otomatisasi dan teknologi canggih. Malaysia, dengan model privatisasi operasionalnya, menunjukkan pertumbuhan kompetitif yang kuat, mencapai efisiensi tinggi dan kapasitas throughput yang mengesankan melalui investasi swasta dan strategi yang seimbang antara transshipment dan perdagangan domestik.

Sebaliknya, Indonesia, meskipun telah melakukan konsolidasi BUMN pelabuhan melalui Pelindo, masih menghadapi tantangan signifikan dalam efisiensi operasional, terutama dalam hal dwelling time dan tingkat digitalisasi yang terbatas. Struktur tata kelola yang cenderung sentralistik dan dominasi negara dalam operasional pelabuhan dapat menghambat kelincahan dan kemampuan beradaptasi terhadap dinamika pasar global yang cepat. Untuk meningkatkan daya saingnya, Indonesia perlu mempertimbangkan reformasi tata kelola yang lebih lanjut, akselerasi digitalisasi dan otomatisasi, peningkatan efisiensi operasional melalui koordinasi antar-lembaga yang lebih baik, pengembangan ekosistem maritim yang terintegrasi, serta penetapan strategi hub yang lebih terdefinisi. Pelajaran dari Singapura dan Malaysia menunjukkan bahwa keberhasilan pelabuhan tidak hanya bergantung pada lokasi geografis, tetapi juga pada lingkungan kebijakan yang mendukung, investasi berkelanjutan, dan adaptasi teknologi yang proaktif.

2. Pendahuluan

Peran Krusial Pelabuhan dalam Ekonomi Global dan Regional

Pelabuhan berfungsi sebagai arteri vital dalam sistem logistik global, menjadi simpul krusial yang memfasilitasi perdagangan internasional dan mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bagi negara-negara kepulauan seperti Indonesia, serta pusat maritim strategis seperti Singapura dan Malaysia, peran pelabuhan melampaui sekadar fasilitas fisik; mereka adalah pilar utama yang menopang konektivitas, daya saing ekonomi, dan bahkan stabilitas pasokan nasional. Hampir 90% perdagangan internasional Indonesia masih bergantung pada transportasi laut, menegaskan betapa vitalnya peran pelabuhan dalam sistem logistik nasional.

Efisiensi dan kapasitas pelabuhan secara langsung memengaruhi biaya logistik, kecepatan pergerakan barang, dan kemampuan suatu negara untuk menarik investasi asing langsung (FDI). Pelabuhan yang efisien dapat mengurangi waktu tunggu kapal, mempercepat proses bongkar muat, dan meminimalkan biaya operasional, yang pada gilirannya menurunkan biaya logistik keseluruhan dan meningkatkan produktivitas. Peningkatan efisiensi ini secara langsung berkontribusi pada penguatan daya saing suatu negara di pasar global, menarik lebih banyak volume perdagangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Oleh karena itu, manajemen pelabuhan yang efektif bukan hanya tentang operasional harian, tetapi juga merupakan komponen strategis dari ketahanan ekonomi dan pengaruh geopolitik suatu bangsa.

Tujuan dan Metodologi Analisis Komparatif

Laporan ini bertujuan untuk melakukan analisis komparatif yang komprehensif terhadap praktik manajemen pelabuhan di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Analisis ini akan mencakup berbagai aspek, termasuk kerangka regulasi dan tata kelola, model operasional, tingkat adopsi teknologi, metrik efisiensi, serta prioritas strategis pengembangan infrastruktur. Dengan membandingkan pendekatan yang diterapkan oleh ketiga negara ini, laporan ini berupaya mengidentifikasi praktik terbaik, tantangan umum, dan perbedaan kunci yang menjelaskan tingkat kinerja dan daya saing masing-masing pelabuhan.

Metodologi yang digunakan melibatkan sintesis informasi dari berbagai sumber, termasuk peraturan pemerintah, laporan industri, dan data operasional. Pendekatan ini memungkinkan pemahaman mendalam tentang bagaimana setiap negara mengelola aset pelabuhannya, bagaimana kebijakan memengaruhi operasional, dan bagaimana teknologi diintegrasikan untuk meningkatkan kinerja. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih kaya mengenai faktor-faktor penentu keberhasilan manajemen pelabuhan, serta menyajikan rekomendasi strategis yang relevan, khususnya bagi Indonesia, untuk meningkatkan sektor logistik maritimnya.

3.  Kerangka Manajemen Pelabuhan di Indonesia

Struktur Regulasi dan Tata Kelola

Sektor pelabuhan di Indonesia diatur secara ketat oleh pemerintah, dengan Kementerian Perhubungan sebagai otoritas utama yang menetapkan kerangka regulasi. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Pelayaran menjadi dasar hukum yang mengatur seluruh aspek pelayaran, termasuk kepelabuhanan. Lebih lanjut, Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 59 Tahun 2021 merinci penyelenggaraan usaha jasa terkait angkutan di perairan, seperti bongkar muat barang, jasa pengurusan transportasi, dan angkutan perairan pelabuhan. Permenhub Nomor 84 Tahun 2018 mengatur jenis, struktur, dan golongan tarif jasa kepelabuhanan, serta mekanisme penetapannya, dengan Penyelenggara Pelabuhan dan Badan Usaha Pelabuhan (BUP) memiliki peran dalam penetapan tarif dan pengawasan.

Keterlibatan sektor swasta diatur melalui Permenhub Nomor 48 Tahun 2021 yang membahas konsesi dan kerja sama antara Penyelenggara Pelabuhan dengan BUP di bidang kepelabuhanan. Meskipun ada kerangka untuk partisipasi swasta, dominasi entitas milik negara tetap menjadi ciri khas. Konsolidasi empat operator pelabuhan milik negara menjadi PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo pada tahun 2021 merupakan langkah besar pemerintah untuk menyeragamkan operasional, meningkatkan efisiensi, dan mengoptimalkan manajemen pelabuhan di seluruh nusantara. Konsolidasi ini dipuji oleh Kementerian BUMN karena telah mendorong standardisasi operasional, digitalisasi, integrasi, dan optimalisasi. Struktur manajemen pelabuhan Indonesia, yang sangat sentralistik dan didominasi oleh negara, meskipun bertujuan untuk standardisasi dan kepentingan nasional, dapat secara tidak langsung menciptakan hambatan birokrasi dan membatasi kelincahan dibandingkan dengan model yang lebih korporatis atau swasta.

Model Operasional Utama dan Kapasitas Pelabuhan

Pelindo, sebagai operator pelabuhan BUMN yang terintegrasi, memiliki tugas dan fungsi yang luas, mencakup penyediaan dan pelayanan kolam pelabuhan, pemanduan kapal, dermaga dan fasilitas bongkar muat (peti kemas, curah cair/kering, multi-purpose, general cargo), pelayanan penumpang, penyediaan gudang dan lapangan penumpukan, hingga penyediaan listrik, air minum, dan instalasi limbah.

Pelabuhan-pelabuhan utama di Indonesia mencakup:

  • Pelabuhan Tanjung Priok (Jakarta): Merupakan pelabuhan tersibuk di Indonesia, dengan luas 929,55 hektar dan kapasitas 11,5 juta TEUs (Twenty-foot Equivalent Units). Pelabuhan ini melayani kapal pesiar, kapal penumpang, dan kargo.
  • Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya): Berlokasi di Surabaya, Jawa Timur, dengan luas 951 hektar dan kapasitas 9 juta TEUs. Pelabuhan ini berfungsi sebagai pusat perdagangan dan distribusi barang menuju kawasan Indonesia bagian timur.
  • Pelabuhan Patimban (Subang, Jawa Barat): Pelabuhan baru ini masih dalam tahap pembangunan dan dirancang untuk membantu mengurangi kepadatan di Tanjung Priok. Dengan luas 639 hektar, kapasitas maksimalnya diproyeksikan mencapai 7,5 juta TEUs setelah selesai sepenuhnya pada tahun 2027. Pelabuhan Patimban juga diposisikan sebagai pusat distribusi logistik terintegrasi.
  • Pelabuhan Belawan (Medan): Pelabuhan utama di Sumatera, dengan luas 785 hektar dan kapasitas 2 juta TEUs, melayani ekspor komoditas seperti minyak kelapa sawit dan karet.
  • Pelabuhan Soekarno-Hatta (Makassar): Berperan penting dalam distribusi barang di wilayah Indonesia tengah dan timur, dengan luas sekitar 300 hektar dan kapasitas hingga 2,5 juta TEUs.

Dari sisi kinerja, Pelindo mencatat pertumbuhan positif. Pada kuartal ketiga (Q3) 2024, volume kargo non-peti kemas mencapai 146 juta ton, meningkat 16% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lalu lintas peti kemas juga tumbuh 7%, mencapai 13,8 juta TEUs. Peningkatan ini menunjukkan pertumbuhan throughput secara keseluruhan di pelabuhan-pelabuhan di bawah pengelolaan Pelindo.

Tantangan Efisiensi dan Produktivitas

Meskipun ada pertumbuhan volume dan upaya konsolidasi, pelabuhan-pelabuhan di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, terutama dalam efisiensi operasional dan tingginya biaya logistik. Laporan dari Bank Dunia mengindikasikan bahwa pelabuhan-pelabuhan Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga dalam hal efisiensi operasional.

Salah satu masalah utama adalah proses bongkar muat yang lambat. Selain itu, investasi dalam teknologi digitalisasi pelabuhan masih terbatas, yang mengakibatkan proses administrasi dan pengelolaan kontainer belum maksimal. Kurangnya digitalisasi ini menghambat integrasi data real-time antara berbagai pihak terkait, yang seharusnya dapat meningkatkan kecepatan dan akurasi operasional.

Isu “dwelling time” (waktu yang dibutuhkan kontainer impor dari pembongkaran kapal hingga keluar pelabuhan) menjadi sorotan khusus. Pada tahun 2011-2012, dwelling time di Pelabuhan Tanjung Priok masih berkisar antara 4-7 hari. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Malaysia yang sudah mencapai 4 hari pada periode yang sama. Target ideal untuk bersaing di Komunitas ASEAN 2015 adalah 2 hari. Faktor penyebab tingginya dwelling time ini disebutkan karena kurangnya infrastruktur dan masalah birokrasi, yang memerlukan koordinasi antar instansi yang lebih baik di pelabuhan.

Masalah dwelling time yang persisten dan digitalisasi yang terbatas, meskipun ada upaya regulasi dan penggabungan Pelindo, menunjukkan adanya kesenjangan antara kebijakan yang dirumuskan dan implementasi yang efektif. Hal ini mungkin disebabkan oleh inersia birokrasi atau koordinasi multi-pemangku kepentingan yang belum optimal. Tanpa perbaikan signifikan dalam aspek-aspek ini, pelabuhan Indonesia akan terus menghadapi tantangan dalam mengurangi biaya logistik dan meningkatkan daya saing global.

Perkembangan dan Inisiatif Terkini

Setelah merger, Pelindo melaporkan kinerja positif yang didorong oleh standardisasi operasional, digitalisasi, integrasi, dan optimalisasi di seluruh lini bisnisnya. Ini menunjukkan komitmen terhadap perbaikan sistemik. Berbagai upaya juga dilakukan untuk meningkatkan konektivitas antara pelabuhan dan kawasan industri, sebuah strategi yang diyakini dapat menurunkan biaya logistik secara signifikan. Pelabuhan Patimban, sebagai proyek strategis, terus dikembangkan untuk menjadi pusat distribusi logistik terintegrasi, yang diharapkan dapat memperlancar arus barang dan mendukung efisiensi rantai pasok maritim.

Selain itu, upaya peningkatan layanan pelabuhan juga terlihat dari peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara. Badan Usaha Pelabuhan (BUP) BP Batam mencatat peningkatan signifikan wisatawan dari pelabuhan Malaysia sebesar 85% dan dari pelabuhan Singapura sebesar 1% pada tahun 2024. Ini mengindikasikan bahwa perbaikan infrastruktur dan kualitas layanan pelabuhan, setidaknya di beberapa area, mulai memberikan dampak positif pada peningkatan kepercayaan wisatawan dan pelaku perjalanan bisnis. Implementasi layanan e-ticketing di seluruh Terminal Ferry Domestik di bawah BP Batam juga menjadi langkah maju dalam mempermudah proses pemesanan tiket dan meningkatkan efisiensi operasional serta mengakomodasi pembayaran non-tunai.

4. Kerangka Manajemen Pelabuhan di Singapura

Struktur Regulasi dan Tata Kelola

Manajemen pelabuhan Singapura dicirikan oleh struktur tata kelola yang sangat efisien dan terpisah secara fungsional. Maritime and Port Authority of Singapore (MPA) adalah badan hukum di bawah Kementerian Transportasi yang didirikan pada tahun 1996. MPA memiliki peran ganda yang krusial: sebagai otoritas pelabuhan, ia mengatur dan mengelola layanan maritim dan pelabuhan, fasilitas, lalu lintas kapal, serta memastikan keselamatan dan keamanan di perairan Singapura. Selain itu, MPA juga bertindak sebagai pengembang dan promotor, bekerja sama dengan lembaga pemerintah lain dan mitra industri untuk menjadikan Singapura sebagai pelabuhan hub global terkemuka dan pusat maritim internasional.

PSA Corporation Limited, yang sebelumnya dikenal sebagai Port of Singapore Authority, mengalami korporatisasi pada tahun 1997. Langkah ini secara tegas memisahkan fungsi regulasi (yang dialihkan ke MPA) dari fungsi operasionalnya. PSA Singapore kini beroperasi sebagai entitas komersial yang mengelola hub transshipment peti kemas terbesar di dunia. Pemisahan yang jelas antara fungsi regulasi oleh MPA dan fungsi operasional oleh PSA ini merupakan faktor kunci dalam manajemen pelabuhan Singapura. Hal ini meminimalkan potensi konflik kepentingan yang dapat muncul jika satu entitas bertindak sebagai regulator sekaligus operator. Struktur ini memungkinkan MPA untuk menetapkan standar yang tinggi dan PSA untuk berinovasi serta bersaing secara komersial, yang pada akhirnya mendorong keunggulan pelabuhan secara keseluruhan dan daya saing global.

Faktor Kunci Keberhasilan dan Fokus Strategis

Keberhasilan Singapura sebagai pusat maritim global tidak hanya disebabkan oleh lokasinya yang strategis, tetapi juga oleh serangkaian kebijakan ekonomi yang progresif dan terintegrasi. Letak geografis Singapura yang sangat strategis di persimpangan jalur pelayaran utama antara Asia dan dunia, menghubungkan Samudra Pasifik dengan Samudra Hindia, adalah keunggulan alami yang dimanfaatkan secara maksimal.

Pemerintah Singapura menerapkan kebijakan ekonomi yang sangat pro-bisnis, termasuk pajak yang rendah, kemudahan berbisnis, dan kebijakan perdagangan bebas yang menjamin akses ke pasar global. Kebijakan-kebijakan ini berhasil menarik Investasi Asing Langsung (FDI) yang signifikan, yang tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memperkuat daya saing.

Singapura adalah hub transshipment terbesar di dunia, menangani sekitar 20% dari total perdagangan peti kemas global. Sekitar 85% dari kontainer yang tiba di Singapura transshipment ke pelabuhan lain. Fokus strategis pada transshipment ini memungkinkan Singapura untuk memanfaatkan konektivitasnya yang tak tertandingi ke 600 pelabuhan di seluruh dunia, dengan pelayaran harian ke setiap pelabuhan utama. Singapura secara konsisten menduduki peringkat teratas sebagai pusat pelayaran terkemuka di dunia dan diperkirakan akan mempertahankan posisi ini selama lima tahun ke depan, berkat strategi inovasi dan investasi yang konsisten pada transformasi ramah lingkungan dan teknologi digital. Keberhasilan yang berkelanjutan ini bukan sekadar hasil dari lokasi, melainkan merupakan hasil dari strategi nasional holistik yang mengintegrasikan kebijakan pro-bisnis, pengembangan infrastruktur berkelanjutan, investasi sumber daya manusia, dan fokus kuat pada layanan transshipment bernilai tinggi.

Adopsi Teknologi dan Inovasi

Singapura adalah pelopor dalam adopsi teknologi canggih dan otomatisasi di sektor pelabuhan. Pelabuhan Tuas, yang sedang dibangun dan diharapkan beroperasi penuh pada tahun 2040, akan menjadi pelabuhan berteknologi tinggi yang sepenuhnya otomatis. Setelah selesai, kapasitas penanganan kargo Singapura diperkirakan akan berlipat ganda. Pelabuhan ini akan menggunakan teknologi otomatis untuk operasional utamanya, termasuk Kendaraan Berpemandu Otomatis (AGV) dan arsitektur berbasis peristiwa (Event-Driven Architecture/EDA) untuk distribusi informasi penting, memastikan operasional yang andal bahkan dalam lingkungan jaringan yang kompleks.

Selain itu, teknologi Digital Twin Maritim telah diluncurkan pada Maret 2025. Inisiatif ini merupakan model virtual dinamis dari Pelabuhan Singapura yang memungkinkan pemantauan, simulasi, dan analisis secara real-time terhadap kondisi pelabuhan, pergerakan kapal, dan kondisi cuaca. Jurong Port, misalnya, telah menerapkan digital twin berbasis GIS untuk mengontrol seluruh rantai pasok dan mengoptimalkan operasional kargo curah, meningkatkan efisiensi dan keselamatan. Kemampuan untuk melakukan simulasi berbagai skenario operasional melalui digital twin sangat berguna dalam perencanaan yang lebih adaptif dan responsif. MPA juga bermitra dengan Fujitsu untuk menguji sistem AI yang dapat mendeteksi risiko tabrakan kapal dan memprediksi titik rawan risiko. Investasi proaktif dalam teknologi ini menunjukkan bahwa Singapura memandang teknologi sebagai pembeda kompetitif utama, yang secara langsung meningkatkan kecepatan, akurasi, dan efisiensi biaya operasional pelabuhan.

Kapasitas dan Daya Saing Global

PSA Singapore mengoperasikan hub transshipment peti kemas terbesar di dunia dengan 55 dermaga dan kapasitas tahunan yang dirancang sebesar 43,9 juta TEUs. Pada tahun 2023, PSA Singapore menangani 38,8 juta TEUs, dan pada tahun 2024, throughput tahunannya mencapai lebih dari 40 juta TEUs. Pelabuhan ini beroperasi 24/7 sepanjang tahun, memastikan kelancaran pergerakan kargo.

Singapura secara konsisten diakui sebagai pusat maritim terkemuka di dunia, jauh melampaui pesaingnya seperti Hong Kong, yang pada tahun 2024 turun ke peringkat 12. Laporan Leading Maritime Cities (LMC) tahun 2024 dari DNV dan Menon Economics menempatkan Singapura di posisi teratas, diikuti oleh Rotterdam dan London, dan diperkirakan akan mempertahankan posisi ini selama lima tahun ke depan. Keberhasilan ini didukung oleh penerapan strategi inovasi dan investasi yang konsisten pada transformasi ramah lingkungan dan teknologi digital. Kapasitas besar dan efisiensi operasional yang tinggi, didukung oleh adopsi teknologi mutakhir, menjadikan Singapura sebagai tolok ukur global dalam manajemen pelabuhan.

5. Kerangka Manajemen Pelabuhan di Malaysia

Struktur Regulasi dan Tata Kelola

Malaysia memiliki tujuh pelabuhan utama, termasuk Port Klang, Tanjung Pelepas, Johor, Penang, Kuantan, Kemaman di Malaysia Barat, dan Bintulu di Malaysia Timur. Secara historis, administrasi pelabuhan berada di bawah pemerintah negara bagian dan federal melalui Lembaga Pelabuhan masing-masing dan Departemen Kelautan. Namun, sejak tahun 1986, Malaysia telah mengadopsi program privatisasi secara bertahap, dimulai dengan Port Klang, di mana sebagian besar pelabuhan telah diswastakan.

Model manajemen pelabuhan di Malaysia adalah hibrida, di mana otoritas pelabuhan yang didirikan pemerintah (seperti Port Klang Authority/PKA dan Johor Port Authority/JPA) bertindak sebagai pemilik dan regulator, sementara operasional pelabuhan dilakukan oleh entitas komersial independen. PKA, misalnya, didirikan pada tahun 1963 dan berfungsi sebagai pemilik lahan serta regulator bagi operator pelabuhan swasta seperti Klang Container Terminal Berhad, Klang Port Management Berhad, Westports Malaysia Sdn Bhd, dan Northport. Model ini memungkinkan pemerintah mempertahankan pengawasan strategis sekaligus mendorong efisiensi operasional dan menarik investasi swasta yang signifikan.

Contoh penting adalah Port of Tanjung Pelepas (PTP), yang merupakan usaha patungan antara MMC Group yang berbasis di Malaysia dan APM Terminals yang berbasis di Belanda. Keterlibatan swasta dan internasional ini menunjukkan komitmen Malaysia untuk memanfaatkan keahlian dan modal dari sektor swasta untuk pengembangan dan operasional pelabuhan. Model privatisasi operasional ini telah mendorong efisiensi yang lebih besar dan memungkinkan adopsi teknologi yang lebih cepat, karena entitas swasta memiliki insentif kuat untuk berinvestasi dalam peningkatan produktivitas dan layanan.

Model Operasional dan Karakteristik Pelabuhan Utama

Pelabuhan-pelabuhan Malaysia dicirikan oleh lokasi strategisnya, terutama di Selat Malaka, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. Pelabuhan-pelabuhan ini memiliki jaringan transportasi yang terintegrasi, termasuk jalan tol dan jalur kereta api, yang mempermudah distribusi barang ke berbagai wilayah. Karakteristik utama pelabuhan yang baik di Malaysia meliputi lokasi perairan yang terlindung, jaringan dengan moda transportasi lain, dan ketersediaan aktivitas serta layanan pendukung.

  • Port Klang: Merupakan pelabuhan utama di Malaysia, terdiri dari Northport dan Westport, yang berfungsi sebagai pusat muatan kontainer nasional utama. Port Klang memiliki koneksi perdagangan dengan lebih dari 120 negara dan lebih dari 500 pelabuhan di seluruh dunia.
  • Port of Tanjung Pelepas (PTP): Dikenal sebagai terminal kontainer tercanggih di Malaysia, PTP berlokasi strategis di pertemuan jalur pelayaran utama Timur-Barat. Pelabuhan ini dilengkapi dengan sistem teknologi informasi mutakhir yang memfasilitasi aliran informasi real-time dan transaksi tanpa kertas antara jalur pelayaran, forwarder, agen pengiriman, dan pelabuhan, sehingga menjamin produktivitas tinggi.
  • Johor Port: Berlokasi di pesisir timur Selat Johor, pelabuhan ini merupakan terminal minyak sawit terbesar di dunia dan pelabuhan serbaguna di Malaysia bagian selatan. Johor Port juga merupakan hub komoditas regional yang signifikan, menjadi salah satu titik bongkar terbesar di Malaysia untuk beras, kakao, pupuk, dan semen. Pelabuhan ini juga menjadi Otoritas Zona Bebas untuk area Zona Bebasnya.

Efisiensi Operasional dan Inisiatif Pengembangan

Malaysia telah menunjukkan kinerja yang kuat dalam efisiensi operasional pelabuhan. Pada tahun 2013, dwelling time di pelabuhan utama Malaysia sudah mencapai 4 hari, yang menjadi tolok ukur bagi Indonesia.

  • Port of Tanjung Pelepas (PTP): Mencapai tonggak sejarah pada tahun 2024 dengan menangani lebih dari 12,25 juta TEUs dalam satu tahun, menjadi terminal kontainer pertama di Malaysia yang melampaui volume ini. PTP juga mencapai 14.036 pergerakan di dermaga dalam satu shift 12 jam pada September 2024 dan secara konsisten menangani lebih dari 1 juta TEUs per bulan sejak Mei 2024. PTP menduduki peringkat kelima sebagai pelabuhan kontainer paling efisien di dunia menurut Container Port Performance Index (CPPI) 2023 oleh Bank Dunia dan S&P Global Market Intelligence.
  • Johor Port: Mencatat throughput bulanan tertinggi yaitu 102.324 TEUs pada Agustus 2024, meningkat 15,7% dibandingkan periode yang sama tahun 2023. Pelabuhan ini juga berhasil menjaga waktu tunggu truk (Truck Turnaround Time/TTT) di bawah 45 menit, bahkan dengan volume yang tinggi.

Malaysia secara agresif berinvestasi dalam pengembangan pelabuhan baru untuk meningkatkan daya saingnya. Pembangunan Pelabuhan Internasional Kuala Linggi (KLIP) senilai US3,2miliar (sekitarRp49,92triliun) telah dimulai,dirancang untuk bersaing dengan Pelabuhan TuasSingapura. KLIP berlokasi strategis di Selat Malaka,jalur pelayaran tersibuk didunia. PTP juga telah menginvestasikan US178,5 juta untuk memperluas kapasitas kontainernya dan menerapkan Sistem Informasi Manajemen Pelabuhan (PMIS) bertenaga AI dari Innovez One. Port Klang berencana memperluas Westport dengan investasi RM39 miliar, menambahkan delapan dermaga baru untuk meningkatkan kapasitas sebesar 13 juta TEUs, dengan fase pertama diharapkan selesai pada tahun 2043.

Daya Saing Regional dan Global

Pelabuhan-pelabuhan Malaysia menunjukkan peningkatan daya saing yang signifikan di tingkat regional dan global. Port Klang mencapai throughput peti kemas sebesar 14,64 juta TEUs pada tahun 2024, meningkat 4,1% dari tahun sebelumnya, dan diproyeksikan masuk dalam 10 besar pelabuhan dunia, melampaui Hong Kong. Total throughput peti kemas Malaysia (gabungan Port Klang dan Tanjung Pelepas) mencapai 30,68 juta TEUs pada tahun 2023.

Port Klang memiliki strategi yang seimbang, dengan rasio transshipment dan peti kemas impor-ekspor yang mendekati 50:50, berbeda dengan Singapura yang sangat bergantung pada transshipment (sekitar 90%). Pendekatan diversifikasi ini mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasar transshipment global dan memperkuat peran pelabuhan dalam mendukung pertumbuhan industri dan perdagangan domestik. Dengan investasi besar dalam kapasitas dan teknologi, Malaysia tidak hanya bersaing dalam volume tetapi juga dalam efisiensi dan kualitas layanan di berbagai jenis kargo, menjadikannya hub maritim yang lebih tangguh dan komprehensif.

6. Analisis Perbandingan Komparatif

Perbandingan Struktur Tata Kelola dan Kepemilikan

Perbedaan mendasar dalam struktur tata kelola dan kepemilikan pelabuhan menjadi faktor utama yang membedakan kinerja ketiga negara ini.

  • Indonesia: Mengadopsi model yang sangat sentralistik dan didominasi negara. Konsolidasi Pelindo menjadi satu entitas BUMN besar yang mengelola operasional dan sebagian fungsi quasi-regulasi, di bawah kerangka regulasi ketat Kementerian Perhubungan. Keterlibatan sektor swasta terbatas, terutama melalui skema konsesi. Model ini, meskipun bertujuan untuk standardisasi nasional, dapat menghambat kelincahan dan responsivitas terhadap dinamika pasar.
  • Singapura: Menunjukkan pemisahan peran yang jelas antara regulator dan operator. Maritime and Port Authority (MPA) bertindak sebagai regulator dan promotor, sementara PSA Corporation beroperasi sebagai entitas yang dikorporatisasi dan didorong secara komersial. Pemisahan ini mendorong akuntabilitas, efisiensi komersial, dan memungkinkan setiap entitas untuk fokus pada mandat intinya tanpa konflik kepentingan.
  • Malaysia: Mengimplementasikan model hibrida di mana otoritas pelabuhan yang didirikan pemerintah memiliki dan mengatur infrastruktur, namun operasionalnya sebagian besar diprivatisasi kepada entitas komersial independen. Model ini berhasil menarik investasi swasta yang signifikan, termasuk dari pihak internasional seperti APM Terminals di PTP , dan mendorong efisiensi operasional yang lebih tinggi.

Tingkat kontrol negara versus keterlibatan sektor swasta, serta kejelasan peran regulasi versus operasional, secara langsung berkorelasi dengan kelincahan dan daya saing komersial pelabuhan. Singapura dan Malaysia, dengan model operasional yang lebih korporatis atau diprivatisasi, menunjukkan responsivitas yang lebih besar terhadap tuntutan pasar dan adopsi teknologi canggih yang lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa orientasi komersial yang kuat, yang seringkali difasilitasi oleh partisipasi sektor swasta, mendorong inovasi, investasi teknologi, dan responsivitas terhadap permintaan pasar global, yang sangat penting bagi pelabuhan berkinerja tinggi. Pemerintah yang mempertahankan peran pengawasan regulasi dan strategis, daripada manajemen operasional langsung, tampaknya menjadi model yang lebih efektif untuk daya saing global.

Perbandingan Efisiensi Operasional dan Produktivitas

Efisiensi operasional merupakan indikator kritis dalam menilai daya saing pelabuhan. Perbandingan metrik utama menunjukkan perbedaan yang mencolok:

Tabel 1: Perbandingan Kapasitas dan Throughput Pelabuhan Utama (TEUs)

Negara Pelabuhan Utama Kapasitas Desain (TEUs) Throughput Terkini (TEUs) Catatan
Indonesia Tanjung Priok 11,5 Juta 13,8 Juta (Q3 2024 Pelindo) Pelabuhan tersibuk di Indonesia
Tanjung Perak 9 Juta Pusat logistik Indonesia Timur
Patimban 7,5 Juta (proyeksi 2027) Pelabuhan baru, mendukung Tanjung Priok
Belawan 2 Juta Pelabuhan utama Sumatera
Soekarno-Hatta (Makassar) 2,5 Juta Distribusi Indonesia Tengah & Timur
Singapura PSA Singapore 43,9 Juta 38,8 Juta (2023) , >40 Juta (2024) Hub transshipment terbesar dunia, beroperasi 24/7
Tuas Port 65 Juta (proyeksi 2040) Akan sepenuhnya otomatis, gandakan kapasitas
Malaysia Port Klang >20 Juta 14,64 Juta (2024) Berpotensi masuk top 10 dunia
Tanjung Pelepas (PTP) 13 Juta 12,25 Juta (2024) Terminal kontainer tercanggih, peringkat 5 efisien global
Johor Port 102 Ribu (Agt 2024) Hub komoditas regional, terminal minyak sawit terbesar

Tabel di atas secara jelas menunjukkan perbedaan skala antara pelabuhan-pelabuhan di ketiga negara. Kapasitas dan throughput Singapura jauh melampaui Indonesia dan bahkan gabungan pelabuhan utama Malaysia. Hal ini secara langsung mencerminkan volume perdagangan global yang ditangani dan posisi dominan Singapura sebagai hub transshipment. Perbedaan kuantitatif ini menjadi dasar yang kuat untuk membahas kesenjangan kompetitif dan prioritas strategis masing-masing negara.

Tabel 2: Perbandingan Indikator Efisiensi Operasional

Indikator Indonesia (Tanjung Priok) Singapura Malaysia (PTP, Johor Port)
Dwelling Time 4-7 hari Sangat rendah (inferensi dari efisiensi hub) 4 hari (tolok ukur 2013)
Truck Turnaround Time (TTT) Tidak spesifik (implikasi tinggi dari dwelling time) Sangat rendah (inferensi dari otomatisasi) < 45 menit (Johor Port)
Tingkat Otomatisasi/Digitalisasi Terbatas, tantangan diakui Penuh (Tuas Port), Digital Twin, AI PMIS bertenaga AI, Navis N4 4.0 TOS
Peringkat Efisiensi Global (CPPI) Tidak spesifik dari sumber Teratas sebagai pusat maritim PTP peringkat 5 teratas (CPPI 2023)

Perbedaan mencolok dalam metrik efisiensi dan adopsi teknologi antara Indonesia dan negara-negara tetangganya menyoroti kesenjangan investasi dan implementasi yang signifikan. Singapura dan Malaysia, dengan proaktif merangkul otomatisasi dan solusi digital, secara langsung menerjemahkan upaya tersebut menjadi waktu penyelesaian yang lebih cepat, throughput yang lebih tinggi, dan biaya logistik yang lebih rendah, menciptakan keunggulan kompetitif yang substansial. Dwelling time yang tinggi di Indonesia secara langsung berarti biaya logistik yang lebih tinggi dan daya saing yang lebih rendah. Otomatisasi canggih di Singapura dan Malaysia menunjukkan komitmen mereka untuk merampingkan operasional dan mengurangi kesalahan manusia, yang secara langsung memengaruhi kecepatan dan keandalan. Tanpa kemajuan yang signifikan dalam digitalisasi dan otomatisasi, pelabuhan Indonesia akan kesulitan untuk mengurangi biaya logistik dan bersaing secara efektif dengan tetangganya yang maju secara teknologi, berdampak pada daya saing ekonomi secara keseluruhan.

Perbandingan Adopsi Teknologi dan Inovasi

Tingkat adopsi teknologi dan inovasi secara jelas membedakan ketiga negara ini:

  • Indonesia: Mengakui adanya digitalisasi yang terbatas dan tantangan dalam investasi teknologi. Meskipun merger Pelindo bertujuan untuk digitalisasi dan optimalisasi , implementasi teknologi canggih secara spesifik tidak dirinci secara luas. Implementasi e-ticketing di beberapa terminal ferry domestik menunjukkan langkah awal menuju digitalisasi.
  • Singapura: Adalah pelopor dalam otomatisasi pelabuhan. Pelabuhan Tuas akan sepenuhnya otomatis , dan telah mengimplementasikan teknologi Digital Twin untuk pemantauan dan simulasi real-time , serta aplikasi AI untuk deteksi risiko. Singapura secara konsisten berinvestasi dalam inovasi dan transformasi digital.
  • Malaysia: Juga menunjukkan kemajuan signifikan dalam adopsi teknologi. Port of Tanjung Pelepas (PTP) telah menerapkan Sistem Informasi Manajemen Pelabuhan (PMIS) bertenaga AI  dan meningkatkan Sistem Operasi Terminal (TOS) ke Navis N4 4.0. Ada fokus yang jelas pada penggunaan teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan memenuhi permintaan di masa depan.

Tingkat adopsi teknologi yang berbeda ini mencerminkan prioritas strategis dan kapasitas investasi yang bervariasi. Singapura dan Malaysia memandang teknologi sebagai pembeda kompetitif inti dan berinvestasi secara proaktif, sedangkan Indonesia tampaknya sedang mengejar ketertinggalan, yang berpotensi memperlebar kesenjangan efisiensi dari waktu ke waktu. Perbedaan dalam kematangan teknologi ini secara langsung memengaruhi kecepatan operasional, akurasi, dan efisiensi biaya. Negara-negara yang secara proaktif berinvestasi dan mengintegrasikan teknologi canggih memperoleh keunggulan kompetitif yang signifikan, menarik lebih banyak jalur pelayaran dan kargo. “Digitalisasi terbatas” di Indonesia menyiratkan sikap reaktif daripada proaktif, yang dapat menyebabkan pelabuhannya menjadi kurang menarik dalam jangka panjang jika tren ini berlanjut.

Perbandingan Kebijakan dan Lingkungan Bisnis

Lingkungan kebijakan dan bisnis memainkan peran krusial dalam membentuk perkembangan dan daya saing pelabuhan:

  • Indonesia: Kerangka regulasi sangat rinci, dengan fokus pada kepentingan nasional dan dominasi BUMN. Meskipun inisiatif seperti merger Pelindo bertujuan untuk efisiensi, tantangan birokrasi masih ada.
  • Singapura: Menerapkan kebijakan yang sangat pro-bisnis, termasuk pajak rendah, kemudahan berbisnis, dan kebijakan perdagangan bebas yang menarik FDI signifikan. Pemerintah memberikan dukungan kuat untuk promosi industri maritim.
  • Malaysia: Program privatisasi yang dipimpin pemerintah berhasil menarik investasi swasta. Investasi strategis, sebagian didanai oleh investor asing (misalnya, Tiongkok di KLIP) , menunjukkan keterbukaan terhadap modal eksternal. Pembentukan Zona Komersial Bebas (misalnya, Port Klang Free Zone) juga meningkatkan daya tarik ekonomi.

Lingkungan kebijakan, terutama keterbukaan terhadap investasi swasta dan asing serta kejelasan regulasi bisnis, merupakan penentu signifikan perkembangan dan daya saing pelabuhan. Kebijakan proaktif Singapura dan Malaysia telah menciptakan ekosistem yang kondusif untuk ekspansi dan modernisasi pelabuhan yang cepat. Hal ini menunjukkan bahwa di luar regulasi khusus pelabuhan, kebijakan ekonomi dan investasi nasional yang lebih luas secara signifikan membentuk daya saing pelabuhan suatu negara. Singapura dan Malaysia telah berhasil mengintegrasikan pengembangan pelabuhan ke dalam strategi ekonomi nasional yang lebih luas yang memprioritaskan perdagangan global dan investasi, memungkinkan pelabuhan mereka untuk berkembang. Indonesia dapat belajar dari pendekatan holistik ini untuk meningkatkan iklim investasinya bagi pengembangan pelabuhan.

Perbandingan Daya Saing Global dan Peran Transshipment

Strategi masing-masing negara dalam peran transshipment dan perdagangan domestik juga memengaruhi posisi global mereka:

  • Indonesia: Terutama melayani logistik domestik dan impor/ekspor langsung, dengan peran terbatas sebagai hub transshipment utama. Pelabuhan Patimban dikembangkan sebagai pusat distribusi logistik, tetapi fokusnya sebagian besar tetap internal.
  • Singapura: Merupakan hub transshipment global yang dominan, menangani 20% dari perdagangan peti kemas global, dengan 85% peti kemasnya ditransshipment. Secara konsisten menduduki peringkat sebagai pusat maritim terkemuka di dunia.
  • Malaysia: Port Klang menargetkan keseimbangan 50% transshipment dan 50% impor/ekspor, menunjukkan strategi untuk melayani transshipment global dan perdagangan domestik. Tanjung Pelepas juga merupakan hub transshipment terkemuka. Malaysia secara aktif membangun pelabuhan baru (KLIP) untuk bersaing dengan Singapura dalam transshipment.

Pilihan strategis antara fokus pada transshipment versus perdagangan domestik secara signifikan memengaruhi posisi global dan ketahanan ekonomi suatu pelabuhan. Model transshipment khusus Singapura, meskipun sangat sukses, juga menyoroti potensi kerentanan terhadap pergeseran rute pelayaran global, yang coba dimitigasi Malaysia dengan pendekatan yang lebih terdiversifikasi. Hub transshipment membutuhkan efisiensi, konektivitas, dan kapasitas yang sangat tinggi untuk menangani volume kargo yang sangat besar yang bergerak antar kapal. Pelabuhan domestik memprioritaskan aliran yang efisien ke/dari daerah pedalaman. Diversifikasi Malaysia, meskipun mungkin tidak mencapai volume transshipment Singapura, menciptakan aliran pendapatan yang lebih stabil dengan melayani transshipment internasional dan kebutuhan impor/ekspor domestiknya yang kuat. Fokus Indonesia pada logistik domestik sangat penting untuk pasar internalnya yang besar tetapi membatasi jejak kompetitif globalnya sebagai hub. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia perlu lebih jelas mendefinisikan peran strategisnya dalam jaringan maritim global.

7. Kesimpulan dan Rekomendasi Strategis untuk Indonesia

Ringkasan Temuan Utama dari Perbandingan

Analisis komparatif ini mengungkapkan perbedaan substansial dalam pendekatan manajemen pelabuhan antara Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Singapura menonjol sebagai pemimpin global yang tak tertandingi, didukung oleh pemisahan yang jelas antara fungsi regulasi dan operasional (MPA dan PSA), fokus strategis yang tajam pada transshipment, serta investasi agresif dalam otomatisasi dan teknologi mutakhir seperti Digital Twin dan AI. Efisiensi operasionalnya, yang terlihat dari throughput yang masif dan waktu penyelesaian yang cepat, adalah hasil dari lingkungan kebijakan yang sangat pro-bisnis dan terintegrasi secara nasional.

Malaysia telah muncul sebagai pesaing regional yang kuat, berkat model privatisasi operasionalnya yang menarik investasi swasta dan mendorong efisiensi. Pelabuhan-pelabuhan seperti Tanjung Pelepas dan Port Klang menunjukkan produktivitas tinggi (PTP peringkat ke-5 pelabuhan paling efisien global) dan adopsi teknologi yang signifikan. Strategi Malaysia yang seimbang antara transshipment dan perdagangan domestik memberikan ketahanan ekonomi yang lebih besar.

Sebaliknya, Indonesia, meskipun telah melakukan langkah-langkah penting seperti konsolidasi Pelindo dan pengembangan pelabuhan baru seperti Patimban, masih bergulat dengan tantangan efisiensi operasional yang persisten, terutama dwelling time yang tinggi dan tingkat digitalisasi yang terbatas. Struktur tata kelola yang sentralistik dan dominasi negara dalam operasional pelabuhan dapat menjadi faktor yang membatasi kelincahan dan kemampuan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap tuntutan pasar global.

Implikasi dan Pelajaran Penting bagi Indonesia

Perbandingan ini memberikan beberapa pelajaran penting bagi Indonesia:

  • Pemisahan Fungsi: Kejelasan pemisahan antara fungsi regulasi dan operasional, seperti yang diterapkan di Singapura, sangat penting untuk mendorong kelincahan komersial dan akuntabilitas di sektor pelabuhan.
  • Peran Sektor Swasta: Keterlibatan aktif sektor swasta dan investasi asing terbukti menjadi pendorong utama dalam pengembangan pelabuhan dan kemajuan teknologi, seperti yang terlihat di Malaysia.
  • Investasi Teknologi: Investasi agresif dalam otomatisasi dan digitalisasi adalah suatu keharusan untuk mengurangi biaya operasional, meningkatkan throughput, dan menjaga daya saing.
  • Koordinasi Antar-Lembaga: Tantangan birokrasi dan dwelling time yang tinggi di Indonesia menunjukkan perlunya koordinasi antar-lembaga yang lebih baik untuk merampingkan proses.
  • Fokus Strategis: Indonesia perlu mendefinisikan secara lebih jelas posisi strategisnya dalam rantai pasok maritim global, apakah sebagai hub transshipment, pelabuhan domestik, atau kombinasi keduanya, untuk mengoptimalkan alokasi sumber daya.

Rekomendasi Strategis untuk Peningkatan Manajemen dan Daya Saing Pelabuhan Indonesia

Berdasarkan analisis komparatif ini, beberapa rekomendasi strategis diusulkan untuk meningkatkan manajemen dan daya saing pelabuhan Indonesia:

  1. Reformasi Tata Kelola Pelabuhan:
  • Pertimbangkan model korporatisasi atau privatisasi lebih lanjut untuk operasional pelabuhan, mirip dengan model “landlord port authority” yang diterapkan di Malaysia. Ini dapat menarik lebih banyak investasi swasta, meningkatkan efisiensi komersial, dan memisahkan fungsi regulasi dari operasional.
  • Evaluasi kembali peran Pelindo agar lebih fokus pada efisiensi operasional dan inovasi bisnis, sementara fungsi regulasi dan pengawasan tetap berada di bawah otoritas pemerintah yang independen.
  1. Akselerasi Digitalisasi dan Otomatisasi:
  • Prioritaskan dan tingkatkan secara signifikan investasi dalam teknologi pelabuhan canggih, termasuk Sistem Operasi Terminal (TOS) terintegrasi, teknologi Digital Twin untuk pemantauan real-time, dan otomatisasi penuh untuk terminal-terminal kunci.
  • Kembangkan peta jalan digitalisasi yang jelas dengan target waktu dan mekanisme pendanaan yang kuat, termasuk kemitraan dengan penyedia teknologi global.
  1. Peningkatan Efisiensi Operasional yang Terukur:
  • Tetapkan target yang ketat untuk dwelling time dan truck turnaround time (TTT) yang sebanding dengan standar regional (misalnya, 2-3 hari untuk dwelling time).
  • Lakukan perampingan proses birokrasi secara menyeluruh yang melibatkan semua lembaga pemerintah terkait (Bea Cukai, Karantina, dll.) melalui integrasi sistem digital dan prosedur standar operasional yang jelas.
  1. Pengembangan Ekosistem Maritim Terintegrasi:
  • Perkuat konektivitas antara pelabuhan dan kawasan industri di hinterland melalui pengembangan infrastruktur jalan dan kereta api yang efisien.
  • Ciptakan lingkungan bisnis yang lebih menarik dengan insentif pajak yang kompetitif, regulasi yang ramah bisnis, dan kemudahan berusaha untuk menarik lebih banyak perdagangan internasional dan investasi di sektor maritim.
  1. Penguatan Sumber Daya Manusia (SDM):
  • Investasikan secara masif dalam program pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi personel pelabuhan untuk mengelola dan mengoperasikan teknologi canggih.
  • Kembangkan kurikulum pendidikan maritim yang relevan dengan kebutuhan industri 4.0 untuk memastikan ketersediaan tenaga kerja terampil di masa depan.
  1. Penetapan Strategi Hub yang Jelas:
  • Lakukan studi kelayakan mendalam untuk mengidentifikasi pelabuhan-pelabuhan Indonesia yang memiliki potensi terbaik untuk dikembangkan sebagai hub transshipment regional, dengan mempertimbangkan lokasi geografis dan konektivitas.
  • Seimbangkan strategi pengembangan hub transshipment dengan kebutuhan krusial untuk melayani logistik domestik, guna mengoptimalkan posisi kompetitif global dan memastikan ketahanan rantai pasok nasional.

Dengan mengimplementasikan rekomendasi-rekomendasi ini secara komprehensif dan terkoordinasi, Indonesia dapat secara signifikan meningkatkan manajemen dan daya saing pelabuhannya, mengubahnya menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan logistik maritim di kawasan.

 

Daftar Pustaka :

  1. Efisiensi Pelabuhan Indonesia dan Pentingnya Konektivitas dengan Industri, diakses Agustus 1, 2025, https://insight.samudera.id/efisiensi-pelabuhan-indonesia-dan-pentingnya-konektivitas-dengan-industri/
  2. Meningkatkan Efisiensi Operasional Melalui Manajemen Operator Terminal & BUP, diakses Agustus 1, 2025, https://portacademy.id/meningkatkan-efisiensi-operasional-melalui-manajemen-operator-terminal-bup/
  3. Tentang Kami – Pelindo, diakses Agustus 1, 2025, https://www.pelindo.co.id/page/tentang-kami
  4. Pelindo Records IDR 23.5 Trillion in Revenue until Q3, Up 4% Year-on-Year, diakses Agustus 1, 2025, https://indoshippinggazette.com/2024/pelindo-records-idr-23-5-trillion-in-revenue-until-q3-up-4-year-on-year/
  5. Perhatikan, Ini 5 Pelabuhan Utama Terbesar di Indonesia – Kompas.com, diakses Agustus 1, 2025, https://www.kompas.com/properti/read/2022/07/18/170000621/perhatikan-ini-5-pelabuhan-utama-terbesar-di-indonesia?page=all
  6. Kunci Sukses Logistik! Ini 6 Pelabuhan Terbesar di Indonesia, diakses Agustus 1, 2025, https://mail.sip-exim.co.id/news/articles/pelabuhan-terbesar-di-indonesia
  7. Manajemen Operasional Pelabuhan: Pilar Utama Efisiensi Logistik Maritim, diakses Agustus 1, 2025, https://insight.samudera.id/manajemen-operasional-pelabuhan-pilar-utama-efisiensi-logistik-maritim/
  8. Cargo Volume Grows, Pelindo’s Revenue Reaches Rp 23.5 Trillion in Q3 – Jakarta Globe, diakses Agustus 1, 2025, https://jakartaglobe.id/special-updates/cargo-volume-grows-pelindos-revenue-reaches-rp-235-trillion-in-q3
  9. DWELLING TIME DI PELABUHAN MAKSIMAL 4 HARI SUDAH TIDAK BISA DITAWAR LAGI, diakses Agustus 1, 2025, https://portal.dephub.go.id/post/read/dwelling-time-di-pelabuhan-maksimal-4-hari-sudah-tidak-bisa-ditawar-lagi-59684
  10. Maritime and Port Authority of Singapore (MPA) – IAPH, diakses Agustus 1, 2025, https://www.iaphworldports.org/memberports/maritime-and-port-authority-of-singapore/
  11. Our Story – PSA Singapore, diakses Agustus 1, 2025, https://www.singaporepsa.com/about-us/our-story/
  12. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Meningkatnya Pertumbuhan Ekonomi Singapura, diakses Agustus 1, 2025, https://ejournal.areai.or.id/index.php/JEAP/article/download/825/1169/4499
  13. Mengapa Negara Singapura Lebih Berfokus Pada Perdagangan dan Industri, diakses Agustus 1, 2025, https://eduindustri.ac.id/mengapa-negara-singapura-lebih-berfokus-pada-perdagangan-dan-industri/
  14. Singapore Port Implements a Digital Twin to “Know Exactly What’s Going On”, diakses Agustus 1, 2025, https://www.esri.com/about/newsroom/blog/singapore-jurong-port-jpglass-digital-twin
  15. Singapura Teratas, Hongkong Merosot, Indonesia… – Ocean Week, diakses Agustus 1, 2025, https://oceanweek.co.id/singapura-teratas-hongkong-merosot-indonesia/
  16. Megaport Tuas Singapura Dioperasikan Sistem Full Otomatis – beritatrans.com, diakses Agustus 1, 2025, https://www.beritatrans.com/artikel/150429/Megaport-Tuas-Singapura-Dioperasikan-Sistem-Full-Otomatis/
  17. PSA Tuas Port Pioneering Automation Transformation with Event-Driven Architecture, diakses Agustus 1, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=9gcUVGkJoT8
  18. Singapura Memanfaatkan Teknologi Geospasial Untuk Dorong Peningkatan di Sektor Maritim – Spatial Highlights, diakses Agustus 1, 2025, https://spatialhighlights.com/news/singapura-memanfaatkan-teknologi-geospasial-untuk-dorong-peningkatan-di-sektor-maritim
  19. PSA Singapore, diakses Agustus 1, 2025, https://www.singaporepsa.com/
  20. sabah dan sarawak: ke arah pembentukan pelabuhan moden di malaysia dalam abad ke-21 – Borneo Research Journal – Universiti Malaya, diakses Agustus 1, 2025, https://borneojournal.um.edu.my/index.php/BRJ/article/download/7854/5405/16589
  21. Port Klang Authority – Wikipedia, diakses Agustus 1, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Port_Klang_Authority
  22. PORT OF TANJUNG PELEPAS MAKES HISTORY AS FIRST CONTAINER TERMINAL IN MALAYSIA TO SURPASS 12 MILLION TEUS THROUGHPUT, diakses Agustus 1, 2025, https://www.mmcports.com.my/port-of-tanjung-pelepas-makes-history-as-first-container-terminal-in-malaysia-to-surpass-12-million-teus-throughput/
  23. Saingi Singapura, Malaysia Bangun Pelabuhan Senilai Rp 49,92 T – Ocean Week, diakses Agustus 1, 2025, https://oceanweek.co.id/saingi-singapura-malaysia-bangun-pelabuhan-senilai-rp-4992-t/
  24. Malaysia Bangun Pelabuhan Rp 49,9 T di Selat Malaka, Siap Saingi Singapura, diakses Agustus 1, 2025, https://finance.detik.com/infrastruktur/d-7202198/malaysia-bangun-pelabuhan-rp-49-9-t-di-selat-malaka-siap-saingi-singapura
  25. Pelabuhan Tanjung Pelepas Sdn Bhd – mmc corporation berhad, diakses Agustus 1, 2025, https://www.mmc.com.my/page29.html
  26. Port Klang Authority – IAPH, diakses Agustus 1, 2025, https://www.iaphworldports.org/memberports/port-klang-authority/
  27. Johor Port Authority – IAPH, diakses Agustus 1, 2025, https://www.iaphworldports.org/memberports/johor-port-authority/
  28. Port of Tanjung Pelepas closes 2024 with more than 12 million TEUs, diakses Agustus 1, 2025, https://www.porttechnology.org/news/port-of-tanjung-pelepas-closes-2024-with-more-than-12-million-teus/
  29. New monthly record for Port of Tanjung Pelepas – WorldCargo News, diakses Agustus 1, 2025, https://www.worldcargonews.com/news/2024/08/new-monthly-record-for-port-of-tanjung-pelepas/
  30. Johor Port registers record container throughput of 102,324 TEUs in August – JPSFA, diakses Agustus 1, 2025, https://jpsfa.com/2024/09/08/johor-port-registers-record-container-throughput-of-102324-teus-in-august/
  31. Tanjung Pelepas implements Port Management Information System – Maritime Gateway, diakses Agustus 1, 2025, https://www.maritimegateway.com/tanjung-pelepas-implements-port-management-information-system/
  32. A New Face Among the World’s Top Ten Container Ports – STU Supply Chain, diakses Agustus 1, 2025, https://stusupplychain.com/A-New-Face-Among-the-World-s-Top-Ten-Container-Ports-id48340826.html
  33. Port Klang to be among world’s top 10 ports, exceeding Hong Kong – News – MySinchew, diakses Agustus 1, 2025, https://mysinchew.sinchew.com.my/news/20250124/mysinchew/6243695

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA ImageChange Image

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.