Jacques Derrida (1930–2004) adalah salah satu filsuf paling berpengaruh dan kontroversial pada abad ke-20. Pemikirannya, yang berpusat pada strategi yang ia sebut dekonstruksi, telah merevolusi cara teks dibaca dan dipahami di berbagai disiplin ilmu, mulai dari filsafat dan kritik sastra hingga teori hukum dan arsitektur. Laporan ini berargumen bahwa Derrida bukanlah seorang nihilistik yang bertujuan meruntuhkan makna atau kebenaran, melainkan seorang pemikir yang secara radikal meninjau kembali fondasi filsafat dan kebudayaan Barat. Ia berupaya menyingkap asumsi-asumsi yang tidak teruji dan hierarki tersembunyi yang bersemayam dalam bahasa, khususnya dalam gagasan tentang logos atau “pusat” yang stabil. Dengan menantang gagasan kebenaran tunggal yang absolut, Derrida mengundang kita pada “permainan” makna yang tak terbatas, di mana kebenaran dipahami sebagai proses yang terus-menerus dan bersifat plural, bukan sebagai entitas tunggal yang stabil.
Laporan ini akan menguraikan biografi intelektual Derrida, mengkontekstualisasikan pemikirannya dalam hubungannya dengan fenomenologi dan strukturalisme, menganalisis konsep-konsep intinya seperti dekonstruksi dan différance, membahas karya-karya utamanya, menelusuri warisan lintas disiplin, dan secara kritis menanggapi kontroversi yang mengelilingi dirinya. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman yang komprehensif dan berlapis tentang pemikiran Derrida, melampaui penyederhanaan yang sering kali tidak adil.
Masa Muda dan Diskriminasi di Aljazair
Jacques Derrida lahir di El-Biar, sebuah wilayah di Aljazair, pada 15 Juli 1930, dari keluarga Yahudi Sephardic. Masa kecilnya diwarnai oleh pengalaman diskriminasi yang mendalam. Pada usia 12 tahun, ia dikeluarkan dari sekolah akibat peraturan anti-Semit yang diberlakukan oleh pemerintah Vichy. Pengalaman ini, di mana ia tiba-tiba kehilangan hak-hak sipil dasar dan diperlakukan sebagai “warga negara dari negara mana pun,” meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam kesadarannya. Pengalaman menjadi “orang lain” (the other), yang terpinggirkan dari sistem sosial dan hukum, tidak hanya membentuk pandangan hidupnya tetapi juga secara fundamental memengaruhi orientasi filosofisnya.
Pemikirannya untuk selalu berfokus pada “yang marjinal” dan “yang lain” bukanlah kebetulan, melainkan cerminan dari pengalaman hidupnya sendiri. Dorongan untuk membongkar hierarki dominan dan merayakan hal-hal yang terpinggirkan berakar pada pengalaman pribadinya, di mana hierarki mayoritas-minoritas dan pusat-pinggir diterapkan secara brutal pada dirinya. Dimensi etis dan politis ini memberikan kedalaman pada proyek dekonstruksinya yang abstrak, menjadikannya bukan sekadar latihan intelektual, tetapi upaya untuk mencari keadilan di balik struktur kekuasaan yang tak terlihat.
Formasi Akademis di Prancis
Pada tahun 1949, Derrida pindah ke Prancis untuk melanjutkan pendidikannya, dan pada tahun 1952, ia diterima di École Normale Supérieure (ENS) di Paris, sebuah sekolah elite yang juga mencetak filsuf-filsuf terkemuka lainnya. Fokus awalnya adalah pada fenomenologi Edmund Husser, yang menjadi subjek tesis masternya pada tahun 1953/54. Pendekatan Derrida terhadap Husser bukanlah penerimaan buta, melainkan sebuah analisis mendalam yang mencari celah-celah dan inkonsistensi internal dalam karya Husserl sendiri. Ini menetapkan pola untuk seluruh proyek dekonstruksinya: dekonstruksi tidak menyerang dari luar, melainkan bekerja dari dalam sistem yang dikritiknya untuk menemukan apa yang tidak dapat diakui atau disembunyikan oleh sistem itu sendiri.
Konteks Intelektual: Dialog Kritis dengan Tradisi Filsafat
Pemikiran Derrida tidak muncul dari kevakuman, melainkan sebagai respons dan kritik terhadap tradisi filosofis yang mendahuluinya.
Kritik terhadap Fenomenologi dan Strukturalisme
Derrida memulai karir filosofisnya dengan keterlibatan intensif terhadap fenomenologi, terutama karya Edmund Husserl. Dalam karyanya yang berpengaruh, Speech and Phenomena, ia mengkritik asumsi Husserl tentang “kehadiran penuh” (full presence) dalam kesadaran, yang menurutnya berakar pada tradisi metafisika Barat. Derrida berpendapat bahwa meskipun Husserl berusaha menciptakan epistemologi yang bebas dari prasangka, ia tetap secara implisit bergantung pada gagasan bahwa makna dapat sepenuhnya hadir dan mandiri dalam “monolog batin” atau kesadaran.
Meskipun ia banyak mengambil dari tradisi fenomenologi, Derrida juga secara eksplisit mengambil langkah maju dari pemikir seperti Martin Heidegger. Derrida mengembangkan konsep dekonstruksi sebagai respons terhadap konsep Destruktion (“penghancuran”) Heidegger, yang bertujuan mengungkap sejarah ontologi. Derrida melampaui Heidegger dengan tidak hanya mengungkap mekanisme suatu sistem, tetapi juga menyoroti kontradiksi internal yang disembunyikan oleh sistem itu sendiri.
Di sisi lain, Derrida terlibat dalam dialog kritis dengan strukturalisme Ferdinand de Saussure. Ia menerima gagasan sentral Saussure bahwa bahasa adalah sistem yang didasarkan pada “perbedaan” (différence) tanpa istilah-istilah yang “positif”. Namun, Derrida menantang hierarki Saussure yang secara fundamental mengutamakan ucapan (parole) di atas tulisan (écriture) sebagai “representasi” sekunder. Baginya, hal ini adalah contoh sempurna dari fonosentrisme dan logosentrisme, sebuah prasangka metafisik yang secara keliru menganggap ucapan sebagai sumber makna yang langsung dan murni, sementara tulisan dianggap sebagai tambahan yang tercemar.
Keterkaitan dan Perbedaan dengan Post-strukturalis Lain
Derrida sering kali dikategorikan bersama Michel Foucault dan Gilles Deleuze sebagai pemikir post-strukturalis. Meskipun memiliki kesamaan dalam mengkritik modernitas, mereka juga memiliki perbedaan metodologis yang signifikan. Perdebatan terkenal antara Derrida dan Foucault berpusat pada sifat hubungan antara akal dan kegilaan. Foucault berfokus pada sejarah dan “genealogi” kekuasaan untuk menunjukkan bagaimana kegilaan dibentuk oleh kondisi historis, sementara Derrida lebih berfokus pada “aporia” atau jalan buntu di dalam teks filosofis itu sendiri. Namun, laporan ini mencatat bahwa, meskipun berbeda, kedua pemikir ini konsisten dalam kritik mereka terhadap modernitas dan sama-sama melihat realitas sebagai sistem yang bersifat relasional.
Perbedaan antara Derrida dan Deleuze sering dirangkum sebagai perbedaan antara “Tidak” dan “Ya”. Derrida secara dekonstruktif mengatakan “tidak” pada gagasan metafisik tentang pusat atau fondasi yang stabil. Ia fokus pada penolakan totalitas dan hierarki Hegelian, sehingga pemikirannya sering dikaitkan dengan “negasi. Sebaliknya, Deleuze dikaitkan dengan “afirmasi” karena fokusnya pada “perbedaan itu sendiri” dan “menjadi” yang tak terbatas. Meskipun demikian, keduanya menolak dialektika Hegelian, tetapi dengan alasan yang berbeda, dengan Derrida menolak resolusi melalui sintesis dan Deleuze menolak seluruh aparatus “negasi dari negasi”.
Dekonstruksi: Jantung Pemikiran Jacques Derrida
Dekonstruksi adalah konsep sentral yang mendefinisikan seluruh proyek Derrida. Namun, ia bukanlah sebuah “metode” atau “teknik” yang dapat diterapkan secara mekanis. Sebaliknya, Derrida memahaminya sebagai strategi pembacaan yang cermat, yang bertujuan untuk mengungkap asumsi-asumsi yang tidak teruji, paradoks, dan kontradiksi internal dalam teks.
Apa itu Dekonstruksi?
Dekonstruksi bertujuan untuk menyoroti makna yang terpinggirkan atau tersembunyi di balik makna yang dominan. Tujuan utamanya bukan untuk menghancurkan teks, melainkan untuk membongkar secara terus-menerus tanpa henti. Ini adalah “pembacaan radikal” yang menantang klaim filsafat sebagai penjelas tunggal bagi segalanya. Proses ini membuka teks untuk menjadi “arena pergulatan terbuka” di mana kepastian tunggal yang diagung-agungkan manusia modern tidak lagi relevan.
Banyak kritikus menyalahpahami dekonstruksi sebagai nihilisme atau relativisme yang menganggap “semuanya setara” dan “semuanya boleh”. Namun, para pembela Derrida berpendapat bahwa tujuan dekonstruksi adalah untuk membuka “kemungkinan interpretasi yang beragam” dan “pemahaman baru,” yang mengarah pada pemikiran yang lebih inklusif dan kritis. Dengan menyingkap kelemahan internal suatu teks, dekonstruksi memungkinkan pemikiran untuk melampaui batasan-batasan yang ada.
Différance: Makna yang Tertunda dan Bergeser
Derrida memperkenalkan konsep *différance* sebagai neologisme untuk menjelaskan bagaimana makna beroperasi dalam bahasa. Kata ini menggabungkan dua makna kata kerja Prancis différer: “membedakan” (to differ) dan “menunda” (to defer). Secara filosofis, différance bukanlah sebuah objek atau “hal itu sendiri,” melainkan sebuah “gerak dan permainan” yang memungkinkan makna ada. Makna tidak pernah “hadir sepenuhnya” (fully present) dalam satu momen, melainkan selalu bergantung pada “jejak” atau “bayangan” dari tanda-tanda lain yang absen. Sebagai contoh, kata “meja” memiliki makna bukan karena merujuk pada “meja sejati” di dunia, tetapi karena ia “berbeda” dari “kursi,” “lemari,” dan kata-kata lain. Maknanya “tertunda” hingga kita mempertimbangkan jaring-jaring hubungan ini.
Pembongkaran Oposisi Biner (Oposisi Hierarkis)
Salah satu strategi utama dekonstruksi adalah menargetkan pasangan oposisi biner yang membentuk fondasi metafisika Barat. Contoh-contoh klasiknya meliputi: ucapan / tulisan, kehadiran / keabsenan, baik / buruk, laki-laki / perempuan, dan pusat / pinggir. Derrida menunjukkan bagaimana setiap pasangan ini secara historis dan filosofis tidak netral, melainkan bersifat hierarkis, di mana salah satu istilah secara keliru diprivilegi di atas yang lain. Dekonstruksi bekerja dengan menunjukkan bahwa istilah yang “diprivilegi” tidak mungkin ada tanpa istilah yang “ditindas”. Proses ini bertujuan untuk mendesentralisasi struktur dan membebaskan masyarakat dari “perbudakan logosentrisme”.
Tesis-Tesis Utama dari Karya-Karya Sentral Tahun 1967
Tahun 1967 adalah “annus mirabilis” bagi Derrida, di mana ia menerbitkan tiga buku fundamental yang secara serentak menguraikan pendekatan dekonstruktifnya. Ketiganya saling terkait dan membahas tema yang sama dari sudut pandang yang berbeda.
Tabel 1: Ringkasan Trilogi 1967
Judul Buku | Subjek Utama | Tesis Utama | |
Of Grammatology | Filsafat Bahasa & Strukturalisme | Mengkritik fonosentrisme yang mengutamakan ucapan di atas tulisan sebagai sumber makna dan kebenaran. Buku ini menyerukan ilmu baru yang disebut | gramatologi, yaitu ilmu tentang tulisan yang menantang pandangan tradisional. |
Writing and Difference | Teori Kritik & Psikoanalisis | Menggugat fondasi strukturalisme dan metafisika Barat dengan argumen bahwa tidak ada “pusat” atau “asal” yang stabil dan non-struktural dalam sebuah struktur. Koleksi esai ini memperkenalkan | dekonstruksi di Amerika Serikat melalui esai “Structure, Sign, and Play”. |
Speech and Phenomena | Fenomenologi Husserl | Secara rinci mengkritik teori tanda Edmund Husserl, khususnya pembedaan antara “ekspresi” dan “indikasi”. Tesis utamanya adalah bahwa Husserl, meskipun berusaha, tidak dapat sepenuhnya melepaskan diri dari metafisika kehadiran. |
Of Grammatology secara khusus menyoroti bagaimana filsafat Barat, sejak pra-Sokratik hingga Heidegger, telah secara fundamental fonosentris dan logosentris, menganggap bahasa lisan memiliki hubungan langsung dengan logos, kebenaran, dan kehadiran. Derrida secara cermat membongkar pemikiran Saussure dan Rousseau, menunjukkan bagaimana mereka secara implisit mengabadikan hierarki ini, meskipun secara teoretis mereka berupaya untuk sebaliknya.
Writing and Difference, yang merupakan kumpulan esai yang telah diterbitkan sebelumnya, termasuk esai berpengaruh “Structure, Sign, and Play in the Discourse of the Human Sciences” yang disampaikan di Johns Hopkins University pada tahun 1966. Esai ini secara luas dianggap sebagai teks yang memperkenalkan dekonstruksi kepada akademisi di Amerika Serikat. Di dalamnya, Derrida berargumen bahwa tidak ada “pusat” yang stabil atau “asal” yang non-struktural dalam sebuah struktur, dan bahwa pencarian untuk pusat ini hanyalah ilusi yang memungkinkan manusia mengendalikan kecemasan mereka. Ia mengusulkan untuk mengganti pencarian ini dengan “permainan bebas” (free play) yang tak terbatas.
Terakhir, Speech and Phenomena adalah kritik yang sangat terfokus terhadap teori tanda Husserl, terutama dalam karyanya Logical Investigations. Derrida menunjukkan bagaimana Husserl membuat perbedaan antara tanda-tanda yang memiliki “makna” (expression) dan yang tidak (indication). Namun, Derrida berpendapat bahwa Husserl tetap bergantung pada gagasan tentang kesadaran yang “hadir pada dirinya sendiri,” sehingga ia gagal sepenuhnya melepaskan diri dari metafisika kehadiran.
Warisan dan Penerapan Lintas Disiplin
Pemikiran Derrida telah meninggalkan dampak yang tak terhapuskan di berbagai bidang, melampaui batas-batas filsafat tradisional.
Dalam Kritik Sastra dan Teori Budaya
Dekonstruksi merevolusi cara teks dibaca dan diinterpretasikan. Pendekatan ini menantang gagasan bahwa sebuah teks memiliki “makna tunggal” yang otoritatif dan sebaliknya, membuka ruang untuk “interpretasi ganda” dan “pembacaan baru”. Dalam kritik sastra, dekonstruksi digunakan untuk mengungkap makna-makna yang terpinggirkan atau narasi yang selama ini tersembunyi di balik hierarki dan oposisi biner dalam teks. Contohnya, dekonstruksi dapat digunakan untuk menganalisis representasi gender atau norma sosial dalam sebuah cerita, menunjukkan bagaimana kategori-kategori seperti “maskulin” dan “feminin” tidaklah mutlak, melainkan bersifat cair dan kontekstual.
Dalam Arsitektur
Konsep dekonstruksi Derrida menginspirasi gerakan arsitektur dekonstruksi, yang menolak hierarki desain tradisional (misalnya, bentuk mengikuti fungsi). Arsitek seperti Peter Eisenman dan Bernard Tschumi terpengaruh oleh Derrida, menciptakan bangunan yang menampilkan kompleksitas, ketidakstabilan, dan fragmentasi. Kolaborasi antara Derrida dan Tschumi pada proyek Parc de la Villette adalah salah satu contoh nyata dari penerapan pemikiran ini dalam praktik arsitektur.
Dalam Teori Politik dan Hukum
Dekonstruksi juga memiliki implikasi yang mendalam dalam teori politik dan hukum. Derrida melihat dekonstruksi sebagai “problematisasi fondasi hukum, moralitas, dan politik”. Ini menghubungkan pemikirannya yang abstrak tentang bahasa dengan isu-isu sosial yang konkret. Dekonstruksi hukum tidak bertujuan untuk menghancurkan hukum, melainkan untuk menyingkap bagaimana hukum dan keadilan “dikonstruksi” di sekitar hierarki, kekuasaan, dan kekerasan yang tersembunyi.
Menurut Derrida, keadilan tidak dapat sepenuhnya diwujudkan oleh hukum karena hukum, pada dasarnya, adalah sebuah “teks” yang memiliki kelemahan, inkonsistensi, dan selalu “menunda” keadilan sejati. Derrida berpendapat bahwa hukum hanya bisa memaksakan apa yang secara legal disebut adil, tetapi tidak bisa membuktikan keberadaan keadilan itu sendiri. Dekonstruksi, dalam konteks ini, menjadi strategi untuk terus menerus mencari keadilan, yang ia sebut sebagai “sebuah kemungkinan” atau “metonimia dari dekonstruksi”. Pendekatan ini menunjukkan bahwa dekonstruksi adalah sebuah dorongan etis, bukan nihilistik.
Kritik dan Kontroversi: Sisi Lain dari Dekonstruksi
Meskipun sangat berpengaruh, pemikiran Derrida tidak luput dari kritik dan kontroversi. Ia sering dituduh sebagai relativis, nihilis, dan gaya penulisannya dianggap kabur, tidak logis, dan sulit.
Perdebatan dengan John Searle
Salah satu kontroversi paling terkenal adalah perdebatan antara Derrida dengan filsuf analitik Amerika, John Searle. Perdebatan ini menyoroti jurang pemisah fundamental antara tradisi filsafat analitik (yang mementingkan kejelasan, logika, dan fungsi bahasa) dan filsafat kontinental (yang fokus pada sejarah, interpretasi, dan ketidakstabilan makna).
Tabel 2: Poin-Poin Utama Debat Searle-Derrida
John Searle | Jacques Derrida | |
Titik Awal: Membela teori tindak tutur J.L. Austin, yang berfokus pada “niat” pembicara dan “konvensi” sebagai penjamin makna yang stabil. | Titik Awal: Mengkritik Austin karena mengecualikan “ucapan parasitik” (fiksi, lelucon), yang baginya penting untuk memahami struktur bahasa secara keseluruhan. | |
Masalah Sentral: Berargumen bahwa makna sebuah ucapan tetap stabil karena terikat pada niat pembicara. Ia menuduh Derrida mengabaikan distingsi | type-token dan bahwa ide-idenya adalah “kebanalan”. | Masalah Sentral: Berargumen bahwa iterabilitas (kemampuan tanda untuk diulang dalam konteks yang berbeda) membuat niat pembicara tidak bisa menjadi otoritas final. Ia menyatakan bahwa begitu sebuah tanda menjadi “terbaca,” maknanya tidak bisa lagi dikontrol oleh niat penulis. |
Tanggapan: Dalam esai “Reiterating the Differences,” Searle menuduh Derrida “salah membaca Austin” dan beranggapan bahwa seluruh kritik Derrida didasarkan pada kesalahpahaman. | Tanggapan: Dalam bukunya Limited Inc, Derrida merespons dengan argumen bahwa Searle salah memahami proyek dekonstruksi. Ia secara ironis menggunakan gaya bahasa yang ambigu untuk menunjukkan bahwa Searle telah gagal dalam usahanya untuk memastikan makna yang tunggal dari teks Derrida sendiri. |
Analisis “Tidak Ada di Luar Teks” (Il n’y a pas de hors-texte)
Frasa ini mungkin adalah salah satu pernyataan Derrida yang paling sering disalahpahami. Banyak kritikus mengartikannya sebagai “tidak ada yang eksis di luar kata-kata,” sebuah klaim nihilistik yang menolak keberadaan dunia nyata. Namun, Derrida sendiri mengklarifikasi bahwa frasa ini berarti “tidak ada yang eksis di luar konteks”. Setiap “realitas” yang kita alami, dari rumah hingga pohon, selalu sudah “dikontekstualisasi” dan dipahami melalui jaring-jaring tanda dan bahasa. Ironisnya, kesalahan interpretasi terhadap frasa ini secara sempurna membuktikan tesis sentral Derrida sendiri: niat penulis tidak dapat mengontrol bagaimana frasa tersebut dibaca dan diulang oleh orang lain, di luar konteks aslinya. Frasa ini menjadi kasus klasik tentang bagaimana kritik terhadap dekonstruksi sering kali merupakan contoh yang sempurna dari perlunya dekonstruksi.
Kesimpulan: Relevansi Kontemporer Derrida
Pemikiran Jacques Derrida menawarkan lensa yang kuat untuk menganalisis dan memahami dunia kontemporer. Ia bukanlah seorang perusak, melainkan seorang “pembebas” yang bertujuan melepaskan pemikiran dari “perbudakan logosentrisme”. Derrida tidak menolak kebenaran, tetapi menantang gagasan kebenaran tunggal dan universal, mengundang kita untuk melihatnya sebagai sesuatu yang “plural, partikular, dan relatif”.
Dekonstruksi memiliki dimensi etis yang kuat. Ini adalah dorongan untuk “berpikir dan membaca kembali” yang mendorong tanggung jawab untuk terus mempertanyakan dan mencari keadilan yang tak pernah sepenuhnya tercapai. Derrida berargumen bahwa keadilan tidak dapat sepenuhnya diwujudkan oleh hukum karena hukum, pada dasarnya, adalah sebuah “teks” yang memiliki kelemahan dan selalu “menunda” keadilan sejati. Oleh karena itu, dekonstruksi menjadi sebuah dorongan etis untuk terus menerus mencari keadilan, bukan untuk mencapai kepastian yang tunggal.
Dampak abadi Derrida pada berbagai bidang, dari filsafat hingga studi budaya, arsitektur, dan hukum, tidak dapat disangkal. Pemikirannya terus relevan dalam era kontemporer yang didominasi oleh “teks” digital, di mana makna terus-menerus bergeser dan berada dalam “permainan” tanpa henti. Warisannya mengundang kita untuk senantiasa kritis terhadap narasi dominan, terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang tak terduga, dan bertanggung jawab terhadap makna yang kita ciptakan.
Karya yang dikutip
- Jacques Derrida† – EGS – Division of Philosophy, Art, and Critical …, diakses September 8, 2025, https://pact.egs.edu/biography/jacques-derrida/
- Jacques Derrida – Stanford Encyclopedia of Philosophy, diakses September 8, 2025, https://plato.stanford.edu/entries/derrida/
- Jacques Derrida (1930—2004) – Internet Encyclopedia of Philosophy, diakses September 8, 2025, https://iep.utm.edu/jacques-derrida/
- Kritik Terhadap Teori Dekonstruksi Derrida – Mangihut Siregar – Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, diakses September 8, 2025, https://journal.uwks.ac.id/index.php/sosiologi/article/download/611/578
- LOGOSENTRISME JACQUES DERRIDA DALAM FILSAFAT BAHASA1 – JURNAL ONLINE IAIN MADURA, diakses September 8, 2025, https://ejournal.iainmadura.ac.id/index.php/karsa/issue/download/70/24
- Pemikiran Jacques Derrida: Dekonstruksi dan Absennya Pusat – Kompasiana.com, diakses September 8, 2025, https://www.kompasiana.com/alfarhan/65a131d312d50f747627ce32/pemikiran-jacques-derrida-dekonstruksi-dan-absennya-pusat
- Memahami Teori Dekonstruksi Jacques Derrida sebagai Hermeneutika Radikal, diakses September 8, 2025, https://lsfdiscourse.org/memahami-teori-dekonstruksi-jacques-derrida-sebagai-hermeneutika-radikal/
- Derrida Biografi Dan Pemikiran | PDF – Scribd, diakses September 8, 2025, https://id.scribd.com/document/571790403/Derrida-Biografi-Dan-Pemikiran
- Jacques Derrida – University of California, diakses September 8, 2025, https://senate.universityofcalifornia.edu/_files/inmemoriam/html/JacquesDerrida.htm
- 5 DERRIDA’S CRITIQUE OF HUSSERL AND THE PHILOSOPHY OF PRESENCE – Pucrs, diakses September 8, 2025, https://revistaseletronicas.pucrs.br/veritas/article/download/1792/1322/6489
- 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/265240410_Derrida’s_Critique_of_Husserl_and_the_philosophy_of_Presence
- Derrida’s Voice and Phenomenon: An Edinburgh Philosophical Guide – The Cupola: Scholarship at Gettysburg College, diakses September 8, 2025, https://cupola.gettysburg.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1076&context=books
- Of Grammatology by Jacques Derrida | Research Starters – EBSCO, diakses September 8, 2025, https://www.ebsco.com/research-starters/literature-and-writing/grammatology-jacques-derrida
- Dekonstruksi Jacques Derrida – ibihtafsir.ID, diakses September 8, 2025, https://ibihtafsir.id/2022/01/31/dekonstruksi-jacques-derrida/
- Jacques Derrida | Biography, Books, & Facts | Britannica, diakses September 8, 2025, https://www.britannica.com/biography/Jacques-Derrida
- Writing and difference: Derrida’s critique of structuralism – ResearchGate, diakses September 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/272877252_Writing_and_difference_Derrida’s_critique_of_structuralism
- Kritik Pemikiran Arab: Metode Dekonstruksi Mohammed Arkoun – UI Scholars Hub, diakses September 8, 2025, https://scholarhub.ui.ac.id/cgi/viewcontent.cgi?article=1537&context=wacana
- Postmodernism, post-structuralist inquiry, and the French Poststructuralist Philosophers, diakses September 8, 2025, https://reauthoringteaching.com/postmodernism-post-structuralist-inquiry-and-the-french-poststructuralist-philosphers/
- Foucault/Derrida Fifty Years Later: The Futures of Genealogy …, diakses September 8, 2025, https://ndpr.nd.edu/reviews/foucaultderrida-fifty-years-later-the-futures-of-genealogy-deconstruction-and-politics/
- Differentiating Derrida and Deleuze – Teaching Media, diakses September 8, 2025, https://teachingmedia.org/wp-content/uploads/2011/01/Derrida-and-Deleuze-Repetition2.pdf
- Deleuze and Derrida: Difference and the Power of the Negative | Reviews, diakses September 8, 2025, https://ndpr.nd.edu/reviews/deleuze-and-derrida-difference-and-the-power-of-the-negative/
- Dekonstruksi Cara Pikir Oposisi Biner: Mengapa Perlu? – Universitas Bangka Belitung 2025, diakses September 8, 2025, https://www.ubb.ac.id/artikel/667/Dekonstruksi
- What was John Searle’s criticism of Derrida? – Escaping from Bullshit – Ditext, diakses September 8, 2025, https://ditext.com/wordpress/2025/01/07/what-was-john-searles-criticism-of-derrida/
- Dekonstruksi Derrida dalam Konteks Kekuasaan dan Konstruksi Sosial – Kompasiana.com, diakses September 8, 2025, https://www.kompasiana.com/amanda6147/65997eeec57afb5f9b06e8e5/dekonstruksi-derrida-dalam-konteks-kekuasaan-dan-konstruksi-sosial
- Jacques Derrida – Differance – Open File, diakses September 8, 2025, http://openfileblog.blogspot.com/2013/10/jacques-derrida-differance.html
- Writing and Difference by Jacques Derrida | Research Starters …, diakses September 8, 2025, https://www.ebsco.com/research-starters/literature-and-writing/writing-and-difference-jacques-derrida
- Explaining Derrida with Diagrams 1: Différance – Christopher Watkin, diakses September 8, 2025, https://christopherwatkin.com/2017/02/27/explaining-derrida-with-diagrams-1-differance/
- KSTKB: Dekonstruksi, Wacana, dan Politik Identitas – SPADA UNS, diakses September 8, 2025, https://spada.uns.ac.id/mod/assign/view.php?id=232591
- Pengaruh pemikiran Derrida terhadap arsitektur dekonstruksi – ETD UGM, diakses September 8, 2025, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/43072
- DEKONSTRUKSI UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN HUKUM BAGI GURU VIS-A-VIS HUKUM PROGRESIF, diakses September 8, 2025, https://ojs.unik-kediri.ac.id/index.php/DMH/article/download/1590/1382
- Speech and Phenomena and Other Essays on Husserl’s Theory of Signs – Goodreads, diakses September 8, 2025, https://www.goodreads.com/book/show/584503.Speech_and_Phenomena_and_Other_Essays_on_Husserl_s_Theory_of_Signs
- The Missing Pieces of Derrida’s Voice and Phenomenon, diakses September 8, 2025, https://eidos.uw.edu.pl/the-missing-pieces-of-derridas-voice-and-phenomenon/
- STEREOTIP GENDER DAN HIERARKI TRADISIONAL DALAM CERPEN “SEMUSIM SETELAH KEMARAU” KARYA MIRANDA SEFTIANA – E-journal Undiksha, diakses September 8, 2025, https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPBS/article/download/89800/31346/255628
- Arsitektur Dekonstruksi sebagai Karakteristik Desain pada Bangunan Modern | Arsitekno, diakses September 8, 2025, https://ojs.unimal.ac.id/index.php/arsitekno/article/view/1220
- PENERAPAN DEKONSTRUKSI DEMI MENEMUKAN KEADILAN DALAM PRAKTEK HUKUM PERSPEKTIF JACQUES DERRIDA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas F, diakses September 8, 2025, https://repository.unwira.ac.id/4846/2/Bagian%20Awal.pdf
- Keadilan dalam Pandangan Dekonstruksi, diakses September 8, 2025, http://repo.driyarkara.ac.id/1254/1/JD-94-Keadilan-Christ.pdf
- Searle–Derrida debate – Wikipedia, diakses September 8, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Searle%E2%80%93Derrida_debate
- Derrida/Searle: Deconstruction and Ordinary Language | Reviews, diakses September 8, 2025, https://ndpr.nd.edu/reviews/rida-searle-deconstruction-and-ordinary-language/
- Derrida-Searle debate – any information? – Philosophy Stack Exchange, diakses September 8, 2025, https://philosophy.stackexchange.com/questions/3911/derrida-searle-debate-any-information
- KRITIK TERHADAP TEORI DEKONSTRUKSI DERRIDA – ResearchGate, diakses September 8, 2025, https://www.researchgate.net/publication/334392480_KRITIK_TERHADAP_TEORI_DEKONSTRUKSI_DERRIDA