Membuka Dialog Antara Iman dan Nalar

Peristiwa Isra Miraj adalah salah satu mukjizat terbesar dalam sejarah Islam, sebuah perjalanan spiritual dan fisik yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW dalam satu malam. Secara teologis, peristiwa ini tidak hanya mengukuhkan kenabian beliau, tetapi juga menjadi tonggak penting dengan diturunkannya perintah salat lima waktu, yang menjadi kewajiban fundamental bagi setiap Muslim. Perjalanan ini juga memiliki makna historis sebagai penghiburan ilahi (‘Amul Huzn), yang diberikan kepada Nabi di tengah kesedihan mendalam akibat kehilangan orang-orang terkasihnya dan tekanan hebat dari kaum Quraisy. Peristiwa ini sejak awal telah menjadi ujian keimanan yang memisahkan mereka yang beriman dari mereka yang meragukan, sebagaimana tercermin dalam pengukuhan gelar “al-Shiddiq” (yang membenarkan) kepada Abu Bakar.

Di era modern, dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, muncul ketertarikan untuk menafsirkan peristiwa transenden ini melalui kerangka berpikir ilmiah, khususnya fisika teoretis dan kosmologi. Laporan ini disusun untuk memberikan analisis yang mendalam dan seimbang mengenai upaya-upaya tersebut. Tujuannya bukan untuk membuktikan atau menyanggah, melainkan untuk mengeksplorasi titik-titik temu dan batasan antara narasi keimanan yang bersifat absolut dan kebenaran wahyu dengan teori ilmiah yang didasarkan pada observasi empiris dan bersifat tentatif.

Tulisan ini akan mengupas tuntas narasi Isra Miraj berdasarkan dalil-dalil kanonis, menjelaskan konsep-konsep sains modern yang sering dikaitkan dengannya, menganalisis pandangan yang mencoba menjelaskan peristiwa ini secara ilmiah, dan menyajikan kritik epistemologis yang mendalam terhadap pendekatan tersebut. Pada akhirnya, laporan ini akan menyintesiskan pemahaman yang bernuansa mengenai dialog abadi antara iman dan nalar.

Landasan Teologis dan Naratif Peristiwa Isra Miraj

Peristiwa Isra Miraj terbagi menjadi dua bagian utama: Isra dan Miraj. Peristiwa ini dicatat secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan diperinci dalam berbagai hadis sahih, yang bersama-sama membentuk landasan naratif bagi umat Islam.

Naratif Isra dan Miraj dalam Sumber-Sumber Kanonis

Perjalanan Isra adalah perjalanan malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem. Perjalanan ini ditempuh Nabi Muhammad SAW dengan menunggangi Buraq, makhluk yang digambarkan lebih cepat dari kilat. Sebelum keberangkatan, diriwayatkan bahwa Malaikat Jibril AS membelah dada Nabi, membersihkan hatinya, dan mengisinya dengan hikmah dan iman. Setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW menjadi imam salat bagi para nabi dan rasul terdahulu, sebuah peristiwa yang menegaskan statusnya sebagai pemimpin mereka.

Setelah perjalanan Isra selesai, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan Miraj, yaitu kenaikan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha, tempat yang paling tinggi di sisi Allah SWT. Dalam perjalanan ini, beliau singgah di tujuh lapis langit. Di setiap langit, beliau bertemu dengan para nabi terdahulu, yang menunjukkan kesinambungan risalah dan persaudaraan para nabi. Pertemuan ini mencakup Nabi Adam AS di langit pertama, Nabi Yahya AS dan Nabi Isa AS di langit kedua, Nabi Yusuf AS di langit ketiga, Nabi Idris AS di langit keempat, Nabi Harun AS di langit kelima, Nabi Musa AS di langit keenam, dan Nabi Ibrahim AS di langit ketujuh. Puncak dari Miraj adalah pertemuan Nabi dengan Allah SWT, di mana beliau menerima perintah salat lima waktu, yang semula berjumlah lima puluh waktu, hingga akhirnya diringankan atas nasihat Nabi Musa AS.

Dalil-Dalil Kanonis dan Kedudukan Mukjizat

Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Qur’an, terutama dalam Surah Al-Isra’ Ayat 1, yang dimulai dengan kalimat “سُبْحَـٰنَ” (Subhana) yang berarti “Maha Suci”. Penggunaan kata ini di awal ayat menegaskan kesempurnaan kekuasaan Allah (kamal al-qudrah) yang melampaui segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh makhluk, menempatkan peristiwa ini di luar batas kemampuan manusia dan menjadikannya sebuah mukjizat mutlak. Peristiwa Miraj juga disebutkan dalam Surah An-Najm Ayat 13-18, yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW melihat tanda-tanda kebesaran Tuhannya yang paling agung di Sidratul Muntaha.

Selain Al-Qur’an, peristiwa ini didukung oleh banyak riwayat hadis sahih, termasuk yang terdapat dalam Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim. Hadis-hadis ini tidak selalu menjelaskan peristiwa secara lengkap dari awal hingga akhir, tetapi masing-masing memberikan potongan narasi yang melengkapi gambaran keseluruhan, termasuk detail penting seperti dialog antara Nabi Muhammad SAW dan Nabi Musa AS mengenai keringanan salat.

Makna Teologis dan Historis di Balik Peristiwa

Peristiwa Isra Miraj bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan perjalanan dengan makna simbolis dan teologis yang sangat dalam. Secara historis, peristiwa ini terjadi pada masa yang sangat sulit bagi Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai Amul Huzn (Tahun Kesedihan). Beliau baru saja kehilangan istri tercinta, Khadijah, dan pamannya, Abu Thalib, serta menghadapi penolakan dan tekanan yang semakin intensif dari kaum Quraisy. Oleh karena itu, Isra Miraj berfungsi sebagai penghiburan ilahi dan penguatan spiritual langsung dari Allah SWT.

Makna sentral dan paling mendasar dari Miraj adalah perintah salat lima waktu. Salat dipandang sebagai inti kehidupan seorang Muslim dan merupakan “mi’rajnya orang mukmin,” sebuah jembatan yang menghubungkan hamba secara langsung dengan Tuhannya. Peristiwa ini juga mengajarkan pentingnya keteguhan hati, keyakinan penuh kepada Allah, dan optimisme dalam menghadapi cobaan. Dengan merenungi kisah ini, umat Islam diharapkan dapat memperkuat iman, meneladani kesabaran Nabi, dan meningkatkan ketakwaan.

Konsep Sains Modern yang Relevan: Menjelajahi Alam Semesta

Dalam upaya menafsirkan peristiwa Isra Miraj dari sudut pandang ilmiah, berbagai konsep fisika teoretis dan kosmologi modern sering kali dijadikan kerangka acuan. Konsep-konsep ini memberikan “bahasa” atau model hipotetis yang dapat membantu memvisualisasikan bagaimana sebuah perjalanan seperti itu mungkin terjadi dalam konteks ruang, waktu, dan materi. Namun, perlu ditekankan bahwa konsep-konsep ini bersifat spekulatif dan tidak dapat membuktikan mukjizat secara empiris.

Teori Relativitas Einstein

Teori Relativitas Albert Einstein mengubah pandangan manusia tentang ruang dan waktu dari entitas yang absolut menjadi relatif.

  • Relativitas Khusus (Special Relativity): Teori ini, yang dipublikasikan pada tahun 1905, didasarkan pada dua postulat utama: hukum fisika memiliki bentuk matematis yang sama untuk semua pengamat yang bergerak dengan kecepatan konstan, dan kecepatan cahaya (c) dalam ruang hampa adalah konstan, tidak bergantung pada gerak sumber cahaya maupun pengamat. Konsekuensi dari teori ini adalah fenomena  dilatasi waktu (time dilation), di mana waktu berjalan lebih lambat bagi suatu objek yang bergerak mendekati kecepatan cahaya dibandingkan dengan pengamat yang diam. Hipotesis ini sering digunakan untuk menjelaskan bagaimana perjalanan yang sangat panjang dapat diselesaikan dalam waktu sesingkat satu malam di Bumi.
  • Relativitas Umum (General Relativity): Teori yang lebih komprehensif ini, dipublikasikan pada tahun 1916, merevolusi pemahaman tentang gravitasi. Teori ini mengemukakan bahwa gravitasi bukanlah sebuah gaya, melainkan manifestasi dari kelengkungan  ruang-waktu empat dimensi yang disebabkan oleh adanya massa dan energi. Konsep ini membuka pintu untuk gagasan-gagasan teoretis seperti  wormhole dan black hole, yang memprediksi efek-efek baru dalam kosmologi.

Kosmologi Modern dan Fisika Teoretis

Kosmologi, sebagai studi tentang asal-usul dan evolusi alam semesta, telah mengembangkan konsep-konsep yang melampaui pemahaman klasik.

  • Dimensi dan Ruang-Waktu: Fisika modern tidak hanya berurusan dengan tiga dimensi ruang (panjang, lebar, tinggi) tetapi juga dimensi keempat, yaitu waktu. Teori Relativitas Umum menyatukan ruang dan waktu menjadi sebuah kesatuan yang disebut  ruang-waktu.
  • Konsep Lubang Cacing (Wormhole): Berdasarkan solusi dari persamaan Einstein, wormhole adalah sebuah hipotesis yang menggambarkan “jalan pintas” teoretis yang dapat menghubungkan dua titik yang sangat jauh dalam ruang dan waktu. Wormhole sering digambarkan sebagai gerbang yang dapat melipat ruang-waktu, memungkinkan perjalanan antargalaksi dalam tempo yang sangat singkat. Teori ini sering dikutip sebagai mekanisme hipotetis untuk perjalanan Miraj yang seketika menempuh jarak kosmik yang sangat jauh. Meskipun demikian, konsep ini tetap bersifat spekulatif dan membutuhkan materi eksotik dengan kepadatan energi negatif untuk dapat stabil dan dilalui.

Fisika Kuantum dan Transformasi Materi

Beberapa penafsiran ilmiah mencoba menjelaskan aspek fisik dari perjalanan Nabi dengan mengacu pada prinsip-prinsip fisika kuantum, terutama yang berkaitan dengan transformasi materi.

  • Fenomena Anihilasi: Teori fisika yang dikenal sebagai Anihilasi menjelaskan proses di mana materi dan antimateri saling bertemu dan lenyap, menghasilkan energi dalam bentuk foton atau sinar gamma. Beberapa pandangan spekulatif mengadopsi teori ini untuk menjelaskan bagaimana tubuh fisik Nabi Muhammad SAW diubah menjadi entitas yang dapat bergerak dengan kecepatan cahaya tanpa hancur. Hipotesis ini menyatakan bahwa tubuh Nabi, yang terdiri dari partikel organik, diubah menjadi partikel-partikel cahaya (foton) sebelum perjalanan, sehingga beliau dapat menyertai Malaikat Jibril dan Buraq yang terbuat dari cahaya. Reaksi ini telah dibuktikan dalam eksperimen laboratorium, di mana pertemuan proton-antiproton atau elektron-positron menghasilkan sinar gamma, menunjukkan bahwa materi dapat diubah menjadi cahaya.

Dialog dan Titik Temu: Penafsiran Ilmiah Terhadap Isra Miraj

Upaya untuk menghubungkan peristiwa Isra Miraj dengan sains modern, yang sering disebut sebagai Tafsir Ilmi, mencerminkan hasrat intelektual untuk menemukan harmoni antara keyakinan spiritual dan pemahaman rasional.

Analisis Fenomena Waktu: Korelasi dengan Relativitas Khusus

Salah satu korelasi paling sering dibahas adalah hubungan antara perjalanan satu malam Isra Miraj dengan konsep dilatasi waktu. Menurut teori Relativitas Khusus, objek yang bergerak mendekati kecepatan cahaya akan mengalami perlambatan waktu. Jika Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan dengan kecepatan yang sangat tinggi, waktu yang ia alami akan berjalan jauh lebih lambat dibandingkan waktu di Bumi. Dengan demikian, perjalanan yang terasa sangat panjang baginya mungkin hanya berlangsung dalam hitungan menit atau jam bagi pengamat di Bumi.

Analisis Fenomena Kecepatan dan Tubuh: Hipotesis Transformasi Fisik

Untuk mengatasi masalah ketahanan fisik manusia pada kecepatan superluminal, beberapa pandangan mengemukakan bahwa tubuh Nabi Muhammad SAW secara harfiah diubah. Hipotesis ini didasarkan pada teori Anihilasi, yang memungkinkan materi diubah menjadi energi atau cahaya. Dalam konteks ini, dijelaskan bahwa sebelum perjalanan, dada Nabi dibelah dan dibersihkan dengan air Zamzam oleh Malaikat Jibril untuk mengubah tubuhnya menjadi  tubuh cahaya yang terdiri dari foton. Perubahan ini dianggap memungkinkan Nabi untuk melesat dengan kecepatan cahaya tanpa hancur. Penafsiran ini memberikan jawaban teoretis terhadap pertanyaan tentang bagaimana tubuh fisik dapat bertahan dalam perjalanan luar biasa seperti itu.

Analisis Ruang dan Dimensi: Teori Lubang Cacing

Spekulasi lain berfokus pada bagaimana jarak yang sangat jauh dapat ditempuh secara instan. Teori wormhole menjadi kerangka kerja yang menarik dalam hal ini.   Wormhole adalah sebuah konsep teoretis dalam Relativitas Umum yang mengusulkan adanya “jalan pintas” di dalam ruang-waktu. Menurut pandangan ini, perjalanan Miraj bukan merupakan perjalanan linier melintasi alam semesta, melainkan perjalanan melalui  wormhole atau dimensi lain yang memungkinkan perpindahan seketika dari satu titik ke titik lain. Konsep ini menawarkan penjelasan untuk mengatasi masalah jarak yang tak terhingga dan waktu yang terbatas, mengalihkan fokus dari kecepatan yang luar biasa menjadi “pelipatan” ruang dan waktu.

Kritik, Batasan, dan Perdebatan Intelektual

Meskipun upaya untuk menafsirkan Isra Miraj secara ilmiah terlihat menarik, pendekatan ini tidak luput dari kritik dan perdebatan epistemologis yang fundamental. Para kritikus berpendapat bahwa mencoba menjelaskan mukjizat dengan sains justru dapat menimbulkan masalah teologis dan intelektual yang lebih kompleks.

Perbedaan Landasan Epistemologi: Sains Positivis vs. Wahyu

Kritik utama terhadap Tafsir Ilmi adalah perbedaan mendasar dalam landasan epistemologi antara sains modern dan keyakinan agama. Sains modern didasarkan pada filsafat Positivisme, yang mensyaratkan bahwa setiap hipotesis harus dapat diobservasi, diuji, dan direproduksi secara empiris. Isra Miraj, bagaimanapun, adalah peristiwa  singular yang hanya terjadi satu kali dan tidak dapat diulangi. Dengan demikian, secara metodologis, peristiwa ini berada di luar jangkauan pembuktian ilmiah.

Pendekatan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang tujuan utama peristiwa Isra Miraj. Para ulama menekankan bahwa tujuan utamanya adalah untuk menguji dan memperkuat keimanan (tauhid) umat Islam. Mencoba membuktikan kebenaran mukjizat secara ilmiah dianggap dapat mengalihkan makna sejati peristiwa tersebut, mereduksinya dari ujian keimanan menjadi sekadar studi kasus fisika.

Kritik Terhadap “Tafsir Ilmi”

Tafsir Ilmi, termasuk upaya yang dilakukan oleh lembaga seperti Kementerian Agama Republik Indonesia, telah menghadapi kritik tajam.

  • Penyempitan Makna Al-Qur’an: Jika ayat-ayat Al-Qur’an dikaitkan dengan teori sains, yang bersifat non-absolut dan dapat dibantah di masa depan, hal ini berisiko menyempitkan makna Al-Qur’an. Kebenaran Al-Qur’an bersifat mutlak dan abadi, sedangkan teori sains bersifat relatif dan terus berkembang. Menggantungkan kebenaran wahyu pada teori yang tentatif dapat mengikis otoritas wahyu itu sendiri.
  • Penggambaran yang Merendahkan: Penafsiran yang terlalu fokus pada aspek fisik dan teknologi, seperti “reaksi anihilasi” atau “perjalanan antardimensi”, dapat secara tidak sengaja mengurangi status Nabi Muhammad SAW dan mukjizat itu sendiri. Ini seolah-olah merendahkan keajaiban ilahi menjadi sebuah fenomena ilmiah biasa, menghilangkan unsur sublim atau keagungan spiritual yang seharusnya menjadi inti dari peristiwa tersebut.
  • Kesenjangan Penjelasan: Beberapa kritik menyoroti bahwa Tafsir Ilmi sering kali tidak menyertakan penjelasan yang memadai mengenai keterkaitan antara teori sains dan peristiwa Isra Miraj, sehingga dapat menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini menciptakan kekosongan analitis yang membuat pembaca sulit untuk memahami hubungan yang sesungguhnya antara keduanya.

Kesimpulan: Harmoni dan Batasan

Peristiwa Isra Miraj adalah sebuah mukjizat yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sains modern. Meskipun teori-teori seperti relativitas Einstein, konsep wormhole, dan fisika kuantum menawarkan kerangka hipotetis yang menarik untuk memahami aspek-aspek fisik dari peristiwa tersebut—seperti waktu, kecepatan, dan jarak—mereka tidak mampu menangkap dimensi spiritual, ilahi, dan tujuan utamanya. Nilai sejati dari Isra Miraj tidak terletak pada kemampuannya untuk divalidasi oleh sains, melainkan pada maknanya sebagai perintah salat, simbol keteguhan hati, dan pengingat akan kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas.

Nilai-nilai ini bersifat abadi dan universal, tidak bergantung pada kemajuan atau perubahan teori ilmiah. Dialog antara iman dan sains dalam konteks ini harus dilandasi oleh kesadaran akan batasan epistemologis masing-masing.

Tabel Perbandingan: Dimensi Teologis dan Ilmiah Peristiwa Isra Miraj

Aspek Peristiwa Penjelasan Teologis (Al-Qur’an & Hadis) Teori Sains Modern yang Relevan Analisis Kritis dan Batasan
Jarak Tempuh & Durasi Waktu Jarak kosmik yang sangat jauh ditempuh dalam satu malam. Dilatasi Waktu & Kontraksi Panjang (Relativitas Khusus): Waktu melambat bagi objek yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Teori ini hanya kerangka teoretis. Tidak dapat dibuktikan secara empiris karena tidak dapat direproduksi.
Kecepatan Nabi Muhammad SAW mengendarai Buraq, makhluk yang lebih cepat dari kilat. Kecepatan Relativistik (Relativitas Khusus): Kecepatan mendekati kecepatan cahaya (c). Teori ini hanya menjelaskan kemungkinan, bukan realitas. Menggantungkan mukjizat pada teori yang bersifat tentatif dapat mereduksi kebenaran wahyu.
Keberadaan Tubuh Perjalanan dilakukan dengan ruh dan jasad secara fisik. Anihilasi & Fisika Kuantum: Tubuh diubah menjadi foton atau tubuh cahaya untuk menahan kecepatan superluminal. Pendekatan ini berisiko merendahkan status mukjizat menjadi sekadar reaksi fisika.
Perjalanan Antarlangit Perjalanan menembus tujuh lapis langit menuju Sidratul Muntaha. Konsep Lubang Cacing (Wormhole): Jalan pintas teoretis yang melipat ruang-waktu. Wormhole hanya sebuah solusi matematis, belum terbukti secara fisik. Mengaitkannya dapat menimbulkan kesalahpahaman.
Tujuan Peristiwa Ujian keimanan (tauhid), penguatan spiritual, dan penerimaan perintah salat. Ilmiah-Positivistik: Membutuhkan pembuktian empiris yang berulang dan terukur. Adanya perbedaan fundamental dalam landasan epistemologis. Tujuan utama adalah keimanan, bukan pembuktian ilmiah.

Rekomendasi untuk Studi Lanjutan

Untuk menjaga keberlanjutan dialog antara agama dan sains, disarankan agar studi lebih lanjut difokuskan pada:

  • Dialog Interdisipliner: Mendorong kolaborasi antara ulama, ilmuwan, dan filsuf untuk menjajaki titik temu antara keimanan dan sains tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar masing-masing.
  • Pembatasan Tafsir Ilmi: Menekankan pentingnya membedakan antara pemahaman ilmiah (sebagai alat) dan kebenaran wahyu (sebagai landasan). Upaya menafsirkan mukjizat secara ilmiah harus disajikan dengan jelas sebagai model hipotetis, bukan sebagai kebenaran mutlak yang dapat menggantikan narasi teologis.
  • Fokus pada Nilai-Nilai Abadi: Studi lebih lanjut harus lebih mendalami makna dan hikmah Isra Miraj yang bersifat universal dan praktis bagi kehidupan modern, seperti nilai keteguhan hati, spiritualitas salat, dan penguatan iman di tengah tantangan zaman.

 

Daftar Pustaka:

  1. Isra Miraj dan Makna Sholat Lima Waktu – Universitas Muhammadiyah Jakarta, accessed September 19, 2025, https://umj.ac.id/edisi_fakultas/isra-miraj-dan-makna-sholat-lima-waktu/
  2. Sejarah Isra Miraj: Perjalanan Nabi Muhammad ke Sidratul Muntaha – BAZNAS, accessed September 19, 2025, https://baznas.go.id/artikel-show/Sejarah-Isra-Miraj:-Perjalanan-Nabi-Muhammad-ke-Sidratul-Muntaha/1047
  3. Isra Miraj 2025: Sejarah, Makna, dan Hikmah – detikcom, accessed September 19, 2025, https://www.detik.com/bali/berita/d-7744235/isra-miraj-2025-sejarah-makna-dan-hikmah
  4. Isrâ’ dan Mi’râj – Almanhaj, accessed September 19, 2025, https://almanhaj.or.id/2329-isra-dan-miraj.html
  5. Menag: Isra’ Mi’raj Simbol Kesucian Hati dan Kejujuran – Kementerian Agama RI, accessed September 19, 2025, https://kemenag.go.id/read/menag-isra-miraj-simbol-kesucian-hati-dan-kejujuran-5dj4x
  6. Isra Mi`raj: Kekuatan Spiritual dan Kesadaran Intelektual, accessed September 19, 2025, https://balitbangdiklat.kemenag.go.id/berita/isra-mi-raj-kekuatan-spiritual-dan-kesadaran-intelektual
  7. 9 Ayat Al-Quran tentang Isra Miraj Lengkap Arti dan Penjelasannya – detikcom, accessed September 19, 2025, https://www.detik.com/sulsel/berita/d-7750816/9-ayat-al-quran-tentang-isra-miraj-lengkap-arti-dan-penjelasannya
  8. Hadits Tentang Kisah Isra’ Mi’raj – Radio Rodja 756 AM, accessed September 19, 2025, https://www.radiorodja.com/47694-hadits-tentang-kisah-isra-miraj/
  9. Kisah Isra Mi’raj Dalam Tinjauan Sains – Seratus Institute, accessed September 19, 2025, https://www.seratusinstitute.com/news/kisah-isra-mi-raj-dalam-tinjauan-sains
  10. Isra Miraj, Kisah Perjalanan Rasulullah SAW Dalam Semalam Yang Penting Bagi Umat Islam – BAZNAS, accessed September 19, 2025, https://kabjombang.baznas.go.id/news-show/isramiraj/4680?back=https://kabjombang.baznas.go.id/news-all
  11. Surah Al-Isra – 1-111 – Quran.com, accessed September 19, 2025, https://quran.com/al-isra
  12. Isra’ dan Mi’raj di Dalam Hadith Sahih Terpilih – abidfana.com, accessed September 19, 2025, https://abidfana.com/2015/05/12/isra-dan-miraj-di-dalam-hadith-sahih-terpilih/
  13. Membumikan Makna Isra Mi’raj – Kementerian Agama RI, accessed September 19, 2025, https://kemenag.go.id/opini/membumikan-makna-isra-mirsquoraj-8rzhe9
  14. Makna di Balik Isra’ Mi’raj – Hidayatullah.com, accessed September 19, 2025, https://hidayatullah.com/artikel/2024/01/24/266641/makna-di-balik-isra-miraj.html
  15. ISRA’ MI’RAJ NABI MUHAMMAD SAW: DARI SAINS MODERN HINGGA SHALAT, accessed September 19, 2025, https://uin-malang.ac.id/r/200301/isra-mi-raj-nabi-muhammad-saw-dari-sains-modern-hingga-shalat.html
  16. Makalah Relativitas Umum Dan Khusus | PDF – Scribd, accessed September 19, 2025, https://id.scribd.com/document/465237681/makalah-relativitas-umum-dan-khusus-docx
  17. PANDANGAN IQBAL TENTANG MATERI, RUANG, DAN WAKTU – Neliti, accessed September 19, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/222974-pandangan-iqbal-tentang-materi-ruang-dan.pdf
  18. Teori Relativitas Khusus dan Fenomena Kuantum – Fisika Kelas 12 – Quipper Blog, accessed September 19, 2025, https://www.quipper.com/id/blog/mapel/fisika/teori-relativitas-khusus-dan-fenomena-kuantum/
  19. Hubungan Teori Relativitas Albert Einstein Dengan Kebenaran Isra | PDF – Scribd, accessed September 19, 2025, https://id.scribd.com/document/556933688/Hubungan-Teori-Relativitas-Albert-Einstein-dengan-Kebenaran-Isra
  20. Relativitas Waktu Ditinjau dari Kisah-kisah dalam Al-Qur’an (Studi Komparatif Tafsīr Ibnu Kaṡīr dan Tafsīr Al-Munīr) – STAI AL AKBAR SURABAYA, accessed September 19, 2025, https://www.ejournal.staialakbarsurabaya.ac.id/index.php/firdaus/article/download/289/104/1000
  21. “Pintasan Interstellar: Kejayaan Saintis dalam Penciptaan Lubang Cacing” – Editverse, accessed September 19, 2025, https://editverse.com/ms/teori-lubang-cacing/
  22. Apa Kata Sains Soal Isra Mikraj? Halaman 4 – Kompasiana.com, accessed September 19, 2025, https://www.kompasiana.com/kitarakyatjelata/621e7835bb448657b94bab76/apa-kata-sains-soal-isra-mikraj?page=4&page_images=3
  23. Isra dan Mi’raj dalam Pandangan Ilmuwan – Republika.id, accessed September 19, 2025, https://www.republika.id/posts/14885/isra-dan-miraj-dalam-pandangan-ilmuwan
  24. Pandangan Sains Mengenai Peristiwa Isra Mi’raj: Sebuah Tinjauan Ilmiah – Jateng, accessed September 19, 2025, https://jateng.suara.com/read/2025/01/04/090156/pandangan-sains-mengenai-peristiwa-isra-miraj-sebuah-tinjauan-ilmiah
  25. Isra’ Mi’raj Wujud Relasi Islam dan Sains Modern – Repository UIN Mataram, accessed September 19, 2025, https://repository.uinmataram.ac.id/3324/3/3.%20Makalah_Isra%20Mikraj%20Wujud%20Relasi%20Islam%20dan%20Sains%20Modern.pdf
  26. Isra Mi’raj Tidak Bisa Didekati dengan Konsep Ilmiah – UIN Alauddin …, accessed September 19, 2025, https://uin-alauddin.ac.id/berita/detail/isra-miraj-tidak-bisa-didekati-dengan-konsep-ilmiah-7935
  27. Analisis Reproduksi Makna Isra’ Mi’raj dalam Tafsir … – Jurnal UMP, accessed September 19, 2025, https://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/Alhamra/article/download/22133/7440/70249
  28. Hubungan Islam dan Sains: Tawaran Syed Muhammad Naquib Al-Attas – Neliti, accessed September 19, 2025, https://media.neliti.com/media/publications/419111-none-2c47f81b.pdf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA ImageChange Image

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.