KERJA DALAM PEMIKIRAN FILSUF KLASIK

 

 “Bekerjalah seolah-olah kau akan hidup seratus tahun, dan beribadahlah seolah-olah kau akan mati besok.” —Hadis Nabi Muhammad SAW.

  

  1. Aristoteles: Kerja sebagai Aktualisasi Diri
  • Dalam Nicomachean Ethics, Aristoteles membedakan “poiesis” (kerja untuk menghasilkan sesuatu) dan “praxis” (tindakan bernilai moral).
  • Kerja yang ideal, menurutnya, adalah yang mendorong keutamaan (arete) dan membantu manusia mencapai eudaimonia (kebahagiaan sejati).
  • Pekerjaan kasar (seperti budak) dianggap rendah karena tidak melibatkan akal budi.

 

  1. Seneca: Kerja dan Kemerdekaan Batin
  • Filsuf Stoa ini melihat kerja sebagai sarana latihan kebijaksanaan, tetapi memperingatkan agar manusia tidak diperbudak oleh pekerjaannya.
  • “Bukan sedikitnya waktu yang kita miliki, tapi bagaimana kita menggunakannya.” —Seneca mengajarkan efisiensi dan keseimbangan.

 

  1. Pandangan Agama tentang Kerja

 Protestan (Max Weber: Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme)

  • Weber meneliti bagaimana nilai Calvinis (kerja keras, disiplin, dan kesederhanaan) membentuk mentalitas kapitalis modern.
  • Kerja dipandang sebagai “panggilan” (beruf)—bentuk pengabdian kepada Tuhan.

 Islam: Kerja sebagai Ibadah

  • Konsep “amal shalih” menekankan bahwa kerja yang jujur dan bermanfaat adalah bagian dari ibadah.
  • Hadis Nabi: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

 

  1. Filsafat Modern: Alienasi vs. Pembebasan

 Karl Marx: Kerja dan Alienasi

  • Marx mengkritik kapitalisme yang mengalienasi pekerja dari:
    1. Hasil kerjanya (upah tak sebanding dengan nilai produksi).
    2. Proses kerja (rutinitas monoton tanpa kreativitas).
    3. Sesama pekerja (kompetisi menggantikan solidaritas).
  • Solusinya: sistem ekonomi yang mengembalikan hakikat kerja sebagai ekspresi kebebasan manusia.

 Hannah Arendt: Labor, Work, dan Action

  • Dalam The Human Condition, Arendt membedakan:
    • Labor: Aktivitas repetitif untuk memenuhi kebutuhan biologis (contoh: buruh pabrik).
    • Work: Menciptakan produk yang bertahan lama (contoh: seniman, pengrajin).
    • Action: Partisipasi dalam ruang publik untuk perubahan sosial.
  • Masyarakat modern terlalu fokus pada labor, mengabaikan makna politik dari kerja.
  1. Filsafat Timur: Kerja sebagai Meditasi

 Zen Buddhisme: “Kerja adalah Zen”

  • Prinsip “Chop wood, carry water”—kerja sehari-hari bisa menjadi jalan pencerahan jika dilakukan dengan kesadaran penuh.
  • Contoh: Ritual minum teh atau berkebun sebagai praktik mindfulness.

 Bhagavad Gita: Karma Yoga

  • Bekerja tanpa keterikatan pada hasil (nishkama karma).
  • “Lebih baik melakukan tugas sendiri dengan buruk daripada meniru orang lain dengan sempurna.”

 

 Relevansi di Era Kontemporer

 Tantangan Dunia Kerja Modern

  • Burnout: Kerja berlebihan tanpa makna.
  • Automation: Ancaman pengangguran vs. peluang kreativitas.
  • Quiet Quitting: Fenomena menolak eksploitasi kerja.

 

  1. Solusi Filsafat
  • Mencari “Ikigai” (Jepang): Titik temu antara passion, mission, vocation, dan profession.
  • Slow Movement: Menolak budaya sibuk, memilih kerja bermakna.

Kesimpulan: Kerja yang Manusiawi

Filsafat mengajarkan bahwa kerja bukan sekadar alat survival, tetapi medium untuk menemukan identitas, kebebasan, dan kontribusi sosial. Di tengah tekanan kapitalistik, kita perlu merefleksikan:

  • Apakah pekerjaan saya mengembangkan potensi diri?
  • Apakah ia memberi nilai bagi sesama?
  • Bagaimana saya bisa lebih hadir dalam setiap tindakan kerja?

Seperti kata Nietzsche: “Dia yang memiliki ‘mengapa’ untuk hidup, akan mampu menanggung hampir semua ‘bagaimana’.”

 

Referensi:

  • Marx, K. (1844). Economic and Philosophic Manuscripts.
  • Arendt, H. (1958). The Human Condition.
  • Weber, M. (1905). The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA ImageChange Image

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.