Krisis ekonomi global, ketimpangan pendapatan yang kian melebar, tantangan keberlanjutan lingkungan, dan disrupsi teknologi digital telah menyoroti keterbatasan fundamental dari model sistem ekonomi klasik. Baik kapitalisme murni yang didorong oleh pasar bebas maupun sosialisme komando yang dikendalikan oleh negara telah menunjukkan bahwa pendekatan tunggal tidak lagi memadai untuk mengatasi kompleksitas ekonomi modern. Hal ini mendorong munculnya model-model hibrida yang mengintegrasikan elemen-elemen dari berbagai ideologi untuk menciptakan kerangka kerja yang lebih pragmatis dan tangguh.
Laporan ini bertujuan untuk melakukan analisis mendalam dan komparatif terhadap tiga model sistem ekonomi kontemporer yang relevan: Model Nordik, Ekonomi Pasar Sosial (Kapitalisme Rhineland), dan Ekonomi Islam Kontemporer. Laporan ini akan menguraikan prinsip-prinsip dasar dari masing-masing model, mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi keunggulan serta tantangan yang dihadapi, dan membandingkan respons mereka terhadap isu-isu global seperti digitalisasi dan keberlanjutan lingkungan. Analisis ini menggunakan pendekatan kualitatif dan studi kasus yang didukung oleh data sekunder dari berbagai sumber tepercaya untuk memberikan wawasan kebijakan yang relevan dan bernuansa.
Fondasi Teoretis Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi dapat didefinisikan sebagai seperangkat mekanisme dan institusi yang digunakan suatu masyarakat untuk menjawab pertanyaan ekonomi fundamental: apa, bagaimana, dan untuk siapa barang dan jasa diproduksi. Menurut John F. Due, sistem ekonomi adalah sekelompok institusi ekonomi yang dianggap sebagai satu kesatuan, di mana melalui operasionalnya berbagai sumber daya langka dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sementara itu, Theodore Morgan dan Gilarso menekankan peran sistem ini dalam mengkoordinasikan kegiatan ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi, dan investasi, agar menjadi satu kesatuan yang teratur dan dinamis sehingga dapat menghindari kekacauan. Dengan demikian, sistem ekonomi berfungsi secara strategis untuk menjaga dan menjalankan perekonomian, serta menjadi sarana untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.
Penerapan suatu sistem ekonomi di suatu negara dipengaruhi oleh faktor internal, seperti sumber daya manusia, sumber daya alam, letak geografis, dan kondisi fisik, serta faktor eksternal, seperti kondisi perekonomian dunia dan perkembangan teknologi.
Model Klasik sebagai Dasar Perbandingan
Untuk memahami model-model kontemporer, penting untuk terlebih dahulu meninjau model klasik yang menjadi dasar perbandingannya.
- Sistem Ekonomi Kapitalis: Model ini berangkat dari gerakan individualisme dan menekankan kebebasan seluas-luasnya bagi individu untuk memiliki dan mengelola sumber daya. Ciri-cirinya meliputi pengakuan luas atas hak-hak pribadi, perekonomian yang diatur oleh mekanisme pasar (permintaan dan penawaran), dan pandangan bahwa manusia adalah makhluk
homo-economicus yang selalu mengejar keuntungan pribadi. Keunggulannya adalah dapat mendorong inovasi, kreativitas, dan pertumbuhan ekonomi yang cepat, namun kekurangannya adalah dapat menciptakan kesenjangan sosial yang tinggi, eksploitasi tenaga kerja, dan monopoli yang merugikan masyarakat. - Sistem Ekonomi Sosialis: Berbeda dengan kapitalisme, sistem ini didasarkan pada falsafah kolektivisme dan organisme. Sosialis berpandangan bahwa kepentingan masyarakat harus diutamakan daripada kepentingan pribadi, dan negara memiliki peran besar untuk menjamin pemenuhan kebutuhan setiap warga negara. Ciri utamanya adalah negara sangat berkuasa dalam pemilikan bersama (kolektivitas) semua faktor produksi, serta kegiatan ekonomi direncanakan secara terpusat oleh pemerintah. Keunggulannya adalah dapat menciptakan pemerataan ekonomi, namun kelemahannya adalah dapat mematikan inisiatif individu untuk maju dan cenderung menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.
Analisis Model Ekonomi Kontemporer
Model Nordik (Skandinavia): Jalan Ketiga yang Pragmatis
Model Nordik, atau dikenal juga sebagai Model Skandinavia, adalah perpaduan unik antara sistem ekonomi kapitalis yang kompetitif dan negara kesejahteraan yang komprehensif. Model ini menggabungkan pasar bebas dengan kebijakan sosial yang kuat, menjadikannya jalan tengah yang pragmatis antara kapitalisme dan sosialisme.
Karakteristik utamanya meliputi:
- Negara Kesejahteraan yang Kuat: Didanai oleh beberapa tarif pajak tertinggi di dunia, model ini menyediakan jaring pengaman sosial yang elaboratif. Layanan publik berkualitas tinggi seperti pendidikan dan kesehatan universal gratis, cuti orang tua yang panjang, dan tunjangan pengangguran yang besar menjadi ciri khasnya.
- Proteksi Tenaga Kerja yang Kuat: Model ini memiliki sistem social corporatism di mana perwakilan pekerja (serikat pekerja) dan pengusaha bernegosiasi mengenai upah dan kebijakan pasar tenaga kerja, yang sering kali dimediasi oleh pemerintah. Tingginya tingkat keanggotaan serikat pekerja dan tawar-menawar kolektif berperan penting dalam memastikan upah yang tinggi dan distribusi pendapatan yang lebih setara.
- Ekonomi Pasar Berbasis Kapitalis: Meskipun memiliki sektor publik yang besar, model ini didasarkan pada ekonomi pasar kapitalis dengan tingkat kepemilikan swasta yang tinggi. Hal ini didukung oleh hak properti yang kuat, kemudahan berbisnis, dan keterbukaan terhadap perdagangan internasional. Norwegia menjadi pengecualian parsial karena kepemilikan negara yang besar pada perusahaan-perusahaan kunci, terutama di sektor energi.
Kinerja dan Keunggulan
Model Nordik dikenal berhasil dalam mencapai kesetaraan pendapatan dan kesejahteraan sosial yang tinggi. Negara-negara Nordik secara konsisten memiliki koefisien Gini yang rendah, jauh lebih rendah dibandingkan banyak negara lain. Koefisien Gini yang rendah ini bukan hanya hasil dari redistribusi pendapatan melalui pajak yang tinggi, melainkan juga dari pra-distribusi pendapatan pasar yang secara inheren lebih setara, terutama dalam hal upah pekerja. Distribusi upah yang merata di negara-negara ini, terutama upah per jam, adalah faktor utama yang menjelaskan tingkat kesetaraan yang lebih tinggi.
Kombinasi antara pertumbuhan PDB yang solid dan jaring pengaman sosial yang kuat memungkinkan negara-negara Nordik menjaga stabilitas ekonomi sekaligus memberikan perlindungan bagi warganya. Keberhasilan model ini juga didukung oleh faktor budaya, yaitu tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, yang memungkinkan sistem perpajakan yang tinggi dapat berjalan dengan efektif.
Tantangan dan Kritikan
Model Nordik tidak luput dari kritik. Kritik utama datang dari pihak yang menyoroti tarif pajak yang sangat tinggi serta potensi pertumbuhan PDB yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan model kapitalis yang lebih liberal. Selain itu, model ini menghadapi tantangan keberlanjutan yang signifikan, terutama akibat pergeseran demografi ke arah populasi yang menua dan masuknya imigran. Populasi menua membutuhkan lebih banyak layanan sosial sementara basis pembayar pajak menyusut, menciptakan tekanan fiskal. Masuknya imigran juga dapat menjadi beban bagi sistem kesejahteraan yang murah hati ini dan berpotensi mengubah budaya konsensus yang menjadi fondasi model tersebut.
Respons terhadap Isu Kontemporer
- Keberlanjutan Lingkungan: Model Nordik telah menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan. Denmark, misalnya, telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 70% pada tahun 2030 dan mencapai net-zero pada tahun 2050. Kasus Swedia menunjukkan bahwa transisi ke energi terbarukan dapat berjalan beriringan dengan pertumbuhan ekonomi, di mana emisi gas rumah kaca berkurang seiring dengan kenaikan PDB. Kolaborasi internasional, seperti yang dilakukan Pemerintah Indonesia dengan negara-negara Nordik, menunjukkan model ini menjadi referensi dalam mempercepat transisi energi bersih.
- Digitalisasi dan Inklusi: Negara-negara Nordik, seperti Norwegia, menggunakan digitalisasi sebagai alat untuk memperkuat layanan kesejahteraan universal. Strategi digital mereka didasarkan pada prinsip negara kesejahteraan, di mana data penduduk digunakan untuk meningkatkan efisiensi dan jangkauan layanan sosial. Hal ini menunjukkan bahwa digitalisasi tidak dipandang sebagai ancaman, melainkan sebagai kesempatan untuk memperkuat komitmen negara terhadap kesejahteraan warganya. Kerja sama antara Indonesia dan Finlandia dalam transformasi digital juga bertujuan untuk membangun pemerintahan yang lebih inklusif.
Ekonomi Pasar Sosial (Kapitalisme Rhineland): Stabilitas dan Kohesi
Prinsip dan Mekanisme
Ekonomi Pasar Sosial, yang dikenal juga sebagai Kapitalisme Rhineland, adalah model sosioekonomi yang populer di Jerman pasca-Perang Dunia II. Konsep ini merupakan “jalan tengah” antara kapitalisme laissez-faire dan ekonomi sosialis, dengan tujuan menyeimbangkan kebebasan pasar dengan perlindungan sosial. Model ini didasarkan pada gagasan ordoliberalism, yang percaya bahwa pasar bebas adalah mekanisme alokasi paling efektif, tetapi memerlukan kerangka kerja hukum dan regulasi yang kuat untuk memastikan persaingan yang adil dan keseimbangan sosial.
Mekanisme inti dari model ini adalah koordinasi non-pasar dan kemitraan sosial antara perusahaan, serikat pekerja, dan bank. Sistem ini dicirikan oleh sistem keuangan yang berpusat pada bank, hubungan erat antara bank dan perusahaan, serta kemitraan sosial yang kuat antara serikat pekerja dan pengusaha.
Peran Lembaga dan Kinerja
Jerman sering kali dianggap sebagai contoh utama dari keberhasilan Ekonomi Pasar Sosial. Model ini menghasilkan kinerja ekonomi yang stabil, dibuktikan dengan surplus perdagangan yang konsisten sejak tahun 1952, terutama berkat ekspor kendaraan dan mesin yang kuat. Tingkat pengangguran di Jerman juga cenderung stabil. Stabilitas ini merupakan hasil langsung dari mekanisme koordinasi yang mengurangi volatilitas pasar. Kemitraan sosial yang kuat antara pengusaha dan pekerja, seperti yang diwujudkan dalam system codetermination, mendorong investasi jangka panjang dalam pelatihan karyawan. Hal ini menciptakan keunggulan kompetitif dalam inovasi inkremental dan produksi berkualitas, terutama di industri-industri seperti perkakas mesin dan bahan kimia khusus.
Tantangan dan Kritikan
Kritik terhadap Kapitalisme Rhineland sering kali menyoroti potensi kekakuan di pasar tenaga kerja yang membatasi kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan teknologi dan pasar. Kekakuan ini, yang merupakan konsekuensi dari norma-norma ketenagakerjaan jangka panjang, dapat berkontribusi pada tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekonomi Anglo-Saxon.
Selain itu, model yang berfokus pada stabilitas dan konsensus ini dapat menunjukkan adaptasi yang lambat terhadap disrupsi digital. Jerman, meskipun negara maju, masih tertinggal dalam adopsi teknologi digital. Tingginya penggunaan mesin faks oleh bisnis, kurangnya investasi, dan keengganan untuk mencoba hal-hal baru menjadi indikasi bahwa model yang terkoordinasi dan mapan ini terkadang menghadapi hambatan budaya dan kelembagaan dalam menghadapi kecepatan inovasi digital.
Respons terhadap Isu Kontemporer
- Keberlanjutan Lingkungan: Jerman memiliki komitmen kuat untuk transisi energi hijau. Namun, analisis menunjukkan bahwa negara ini kemungkinan akan gagal memenuhi target iklimnya pada tahun 2030. Hal ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh negara industri berat dalam menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan lingkungan. Meskipun demikian, kerja sama internasional, seperti dengan Indonesia dalam aksi iklim, menunjukkan komitmen untuk mendukung transisi energi hijau secara global.
- Digitalisasi dan Inklusi: Meskipun menghadapi tantangan internal dalam adopsi digital, seperti masalah infrastruktur seluler yang disebut funkloch , Jerman juga aktif dalam kerja sama internasional untuk memperkuat transformasi digital, termasuk dengan Indonesia. Ini menunjukkan pengakuan bahwa isu kesenjangan digital perlu ditangani melalui kolaborasi kebijakan dan investasi yang lebih besar.
Model Ekonomi Islam Kontemporer: Sebuah Alternatif Berbasis Nilai
Filosofi dan Karakteristik Dasar
Ekonomi Islam adalah sistem yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dari Al-Qur’an dan Hadits, dengan tujuan mencapai kesejahteraan di dunia dan di akhirat. Sebagai alternatif dari model ekonomi sekuler, ekonomi Islam mengikat aktivitas ekonomi dengan akidah, hukum, dan moralitas.
Karakteristik dasarnya meliputi:
- Kepemilikan dan Pengelolaan Harta: Harta dipandang sebagai milik mutlak Allah, dan manusia hanyalah khalifah (pengelola) yang dipercaya untuk menggunakannya demi kemaslahatan umum.
- Larangan Riba dan Spekulasi: Sistem ini secara tegas melarang riba (bunga) dan praktik spekulasi (gharar dan maisir) yang tidak jelas dan berpotensi merugikan. Model keuangan diganti dengan sistem bagi hasil (mudharabah, murabahah) yang adil.
- Keadilan dan Distribusi Kekayaan: Ekonomi Islam menolak akumulasi kekayaan pada segelintir orang dan menekankan distribusi kekayaan yang adil melalui instrumen seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Perkembangan dan Aplikasi Kontemporer
Pemikiran Ekonomi Islam kontemporer mulai berkembang pada era 1940-an hingga 1980-an sebagai respons terhadap dominasi kapitalisme dan sosialisme. Para pemikir seperti Muhammad Umer Chapra dan Muhammad Najetullah Siddiqi telah berkontribusi besar dalam mengembangkan ide-ide yang relevan dengan tantangan ekonomi modern.
Model ini tidak lagi terbatas pada wacana teoretis, tetapi telah berevolusi menjadi sistem yang pragmatis dan fleksibel. Aplikasi kontemporer dapat dilihat dalam perbankan syariah, di mana transaksi tradisional dimodifikasi agar dapat berlangsung lebih cepat dan efisien sesuai dengan prinsip syariah. Selain itu, perkembangan pesat terjadi di sektor fintech syariah, e-commerce halal, dan transaksi modern lainnya seperti Multi-Level Marketing (MLM) yang disesuaikan dengan etika Islam.
Kinerja dan Tantangan Implementasi
Kinerja keuangan perbankan syariah, khususnya di negara-negara dengan populasi Muslim yang besar seperti Indonesia dan Malaysia, menunjukkan tren positif. Studi kasus PT. Bank Syariah Indonesia menunjukkan kinerja yang baik dalam hal profitabilitas, likuiditas, dan solvabilitas, dengan rasio-rasio seperti BOPO, ROA, ROE, dan CAR yang memenuhi atau melampaui standar. Hal ini mengindikasikan bahwa model bisnis berbasis syariah dapat berjalan efektif dan efisien.
Namun, model ini menghadapi tantangan yang kompleks di era digital. Tantangan utama meliputi kurangnya regulasi yang seragam di tingkat internasional, literasi digital yang masih rendah di kalangan pelaku usaha syariah, serta persaingan ketat dengan bisnis konvensional yang sudah mapan.
Analisis Komparatif dan Wawasan Multidimensi
3.1. Perbandingan Kritis Tiga Model
Untuk menyajikan perbandingan yang jelas, tabel berikut merangkum prinsip-prinsip dan mekanisme utama dari ketiga model ekonomi kontemporer.
Aspek | Model Nordik (Skandinavia) | Ekonomi Pasar Sosial (Rhineland) | Ekonomi Islam Kontemporer |
Aspek Filosofis | Keseimbangan antara individualisme dan kolektivisme. | Keseimbangan antara kebebasan pasar dan kohesi sosial. | Berlandaskan pada nilai-nilai Ketuhanan (Al-Qur’an dan Hadits). |
Mekanisme Pasar | Pasar bebas terbuka yang sangat kompetitif. | Pasar terkoordinasi dengan kemitraan sosial. | Pasar beretika dan adil yang diatur oleh syariah. |
Peran Negara | Penyedia negara kesejahteraan komprehensif, didanai pajak tinggi. | Regulator, penjamin persaingan sehat, dan mitra sosial. | Pengelola harta publik, penegak moralitas, dan fasilitator keadilan. |
Peran Lembaga Sosial | Serikat pekerja sangat kuat dalam tawar-menawar upah kolektif. | Serikat pekerja adalah mitra sosial dalam codetermination. | Lembaga sosial (misalnya, badan amil zakat) berperan dalam distribusi. |
Distribusi Kekayaan | Redistribusi melalui pajak progresif dan tunjangan sosial. | Kemitraan sosial, jaring pengaman, dan investasi jangka panjang. | Zakat, infak, sedekah, dan larangan riba untuk pemerataan. |
Respons Terhadap Tantangan Global
- Digitalisasi dan Inklusi Digital: Model Nordik menunjukkan bagaimana digitalisasi dapat digunakan untuk memperkuat negara kesejahteraan. Strategi digital Norwegia, misalnya, secara proaktif memanfaatkan teknologi untuk memperluas dan mengoptimalkan layanan publik, menunjukkan bahwa inovasi digital dapat menjadi instrumen untuk mencapai tujuan sosial, bukan hanya keuntungan. Sebaliknya, Ekonomi Pasar Sosial Jerman, meskipun stabil, menunjukkan bahwa ketergantungan pada struktur tradisional dapat memperlambat adopsi digital. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang trade-off antara stabilitas yang diupayakan oleh model terkoordinasi dengan kebutuhan akan kecepatan adaptasi digital. Sementara itu, Ekonomi Islam menghadapi tantangan unik dalam konteks digital. Ada potensi besar untuk pertumbuhan fintech syariah dan e-commerce halal, tetapi realisasinya sangat bergantung pada peningkatan literasi digital dan harmonisasi regulasi global.
- Keberlanjutan Lingkungan dan Perubahan Iklim: Keterpaduan antara kebijakan ekonomi dan sosial yang kuat, ciri khas model Nordik, juga meluas ke kebijakan lingkungan. Negara-negara Nordik menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pengurangan emisi dapat berjalan beriringan, didorong oleh kolaborasi dan investasi yang terencana. Ini menyiratkan bahwa komitmen jangka panjang terhadap kesejahteraan masyarakat dan lingkungan bisa lebih mudah diwujudkan dalam sistem yang berbasis konsensus dan kepercayaan tinggi. Di sisi lain, meskipun Ekonomi Pasar Sosial Jerman memiliki komitmen iklim, adanya kemungkinan kegagalan untuk memenuhi targetnya menunjukkan bahwa transisi energi dapat menghadapi resistensi dari sektor-sektor industri yang mapan. Hal ini menyoroti ketegangan yang mungkin timbul antara kepentingan industri dengan tujuan lingkungan yang lebih luas. Sementara itu, Ekonomi Islam, dengan prinsip-prinsip dasarnya seperti maslahah (kemaslahatan umum) dan larangan pemborosan, memiliki fondasi filosofis yang kuat untuk mendukung keberlanjutan. Namun, implementasi praktis dari prinsip-prinsip ini menjadi tantangan yang perlu terus dikembangkan dalam kebijakan nyata di negara-negara yang menganutnya.
Wawasan Kritis dan Pembelajaran
Dari analisis ketiga model ini, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satu model ekonomi “sempurna” yang dapat diterapkan secara universal. Keberhasilan setiap model sangat bergantung pada konteks budaya, sejarah, dan kelembagaan yang unik. Namun, ada beberapa pelajaran berharga yang dapat diambil.
- Pentingnya Keseimbangan: Model-model yang relevan saat ini adalah model hibrida yang secara aktif menyeimbangkan dinamika pasar dengan tujuan sosial dan moral, menolak ideologi tunggal yang ekstrem.
- Investasi dalam Kesejahteraan: Pelajaran dari Model Nordik menunjukkan bahwa investasi yang kuat dalam sumber daya manusia dan jaring pengaman sosial tidak hanya mengurangi ketimpangan, tetapi juga mendorong partisipasi angkatan kerja yang tinggi dan inovasi.
- Nilai Kemitraan Sosial: Ekonomi Pasar Sosial mengajarkan nilai dari kemitraan sosial yang terkoordinasi dan regulasi yang mendukung untuk mencapai stabilitas ekonomi dan mengurangi volatilitas pasar dalam sistem kapitalis.
- Fondasi Moral dan Etika: Ekonomi Islam menunjukkan potensi dari pendekatan berbasis nilai dan moralitas dalam menciptakan sistem yang lebih adil dan berkelanjutan, serta relevansinya sebagai alternatif terhadap model konvensional yang sering kali dipertanyakan keadilan sosialnya.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Model-model ekonomi yang relevan saat ini adalah model yang secara sadar berupaya menyeimbangkan efisiensi pasar dengan tujuan sosial dan moral yang lebih luas. Model Nordik, Ekonomi Pasar Sosial, dan Ekonomi Islam Kontemporer masing-masing menawarkan kerangka kerja yang unik untuk mencapai keseimbangan ini. Mereka membuktikan bahwa pasar bebas tidak harus mengorbankan kesejahteraan sosial, dan bahwa tujuan-tujuan kolektif dapat dicapai tanpa harus mengorbankan inisiatif individu sepenuhnya.
Untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, seperti digitalisasi dan keberlanjutan lingkungan, pemerintah dan pembuat kebijakan dapat mengadopsi elemen-elemen terbaik dari setiap model, yang disesuaikan dengan konteks domestik. Misalnya, membangun jaring pengaman sosial ala Nordik, mempromosikan koordinasi industri ala Rhineland, atau mengintegrasikan prinsip-prinsip etis dari Ekonomi Islam. Yang terpenting, setiap model menyoroti perlunya membangun kepercayaan publik dan kemitraan sosial yang kuat sebagai fondasi untuk kebijakan yang stabil dan berkelanjutan. Dengan demikian, prospek ke depan dari sistem ekonomi akan terus berevolusi, menuntut pendekatan yang lebih inovatif, holistik, dan adaptif.
Daftar Pustaka :
- SEJARAH SISTEM EKONOMI Heru Maruta, S.E., M.E.Sy Abstrak Sistem ekonomi kapitalis berangkat dari gerakan individualisme. Sistem, diakses Agustus 8, 2025, https://ejournal.isnjbengkalis.ac.id/index.php/iqtishaduna/article/download/43/43/
- 4 Perbedaan Sistem Ekonomi Pasar dan Sistem Ekonomi Komando | kumparan.com, diakses Agustus 8, 2025, https://kumparan.com/sejarah-dan-sosial/4-perbedaan-sistem-ekonomi-pasar-dan-sistem-ekonomi-komando-23wzktUYxdB
- Makalah Perbandingan Sistem Ekonomiislam | PDF – Scribd, diakses Agustus 8, 2025,
- Kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi kapitalis – LMS-SPADA INDONESIA, diakses Agustus 8, 2025, https://lmsspada.kemdiktisaintek.go.id/mod/forum/discuss.php?d=26458
- Sistem dan Reformasi Ekonomi Indonesia – MODUL 1, diakses Agustus 8, 2025, https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA431403-M1.pdf
- Nordic Model: Comparing the Economic System to the U.S., diakses Agustus 8, 2025, https://www.investopedia.com/terms/n/nordic-model.asp
- The Nordic Model: Pros and Cons – Investopedia, diakses Agustus 8, 2025, https://www.investopedia.com/articles/investing/100714/nordic-model-pros-and-cons.asp
- Meninjau Desain Pajak Nordic Countries, Wilayah Paling Bahagia Sedunia – DDTC News, diakses Agustus 8, 2025, https://news.ddtc.co.id/review/analisis/1805116/meninjau-desain-pajak-nordic-countries-wilayah-paling-bahagia-sedunia
- Interpretations of the Nordic Model since the 1930s, diakses Agustus 8, 2025, https://nordics.info/nnl/show/artikel/interpretations-of-the-nordic-model-since-the-1930s
- The Nordic model and income equality: Myths, facts, and policy lessons – CEPR, diakses Agustus 8, 2025, https://cepr.org/voxeu/columns/nordic-model-and-income-equality-myths-facts-and-policy-lessons
- GINI coefficient (income distribution) (Norway) – European Health Information Gateway, diakses Agustus 8, 2025, https://gateway.euro.who.int/en/hfa-explorer/gini-coefficient/norway/
- PDB per kapita Norwegia | 1960-2024 Data | 2025-2027 Perkiraan, diakses Agustus 8, 2025, https://id.tradingeconomics.com/norway/gdp-per-capita
- UU Iklim – Bisakah Indonesia Seperti Denmark?, diakses Agustus 8, 2025, https://komitmeniklim.id/uu-iklim-bisakah-indonesia-seperti-denmark/
- Mewujudkan Kota Net Zero Emissions Ala Denmark Dengan Prinsip Berkelanjutan, diakses Agustus 8, 2025, https://m.kumparan.com/yudhistiroadhipermono/mewujudkan-kota-net-zero-emissions-ala-denmark-dengan-prinsip-berkelanjutan-256TyfcK4K4
- KEPENTINGAN SWEDIA DALAM RATIFIKASI PARIS AGREEMENT MELALUI PROGRAM FOSSIL-FUEL-FREE Afrizal Fauzi Gunawan Jurusan Ilmu Hubungan – UMY Repository, diakses Agustus 8, 2025, http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/21671/11.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf?sequence=11
- Energi Bersih Jadi Bahasan Indonesia-Nordik – Ditjen Migas, diakses Agustus 8, 2025, https://migas.esdm.go.id/post/energi-bersih-jadi-bahasan-indonesia-nordik
- Digitalisasi Negara Kesejahteraan Norwegia – ETD UGM, diakses Agustus 8, 2025, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/239140
- The German social market: a concept of the past? – lib@ui, diakses Agustus 8, 2025, https://lib.ui.ac.id/detail?id=89606&lokasi=lokal
- Rhenish Capitalism: New Insights from a Business History Perspective – – Routledge, diakses Agustus 8, 2025, https://www.routledge.com/Rhenish-Capitalism-New-Insights-from-a-Business-History-Perspective/Marx-Reitmayer/p/book/9781032193175
- Rhenish Capitalism – Oxford Reference, diakses Agustus 8, 2025, https://www.oxfordreference.com/display/10.1093/oi/authority.20110803100418483
- Neraca Perdagangan Jerman | 1962-2025 Data | 2026-2027 Perkiraan – ID | TRADINGECONOMICS.COM, diakses Agustus 8, 2025, https://id.tradingeconomics.com/germany/balance-of-trade
- Tingkat Pengangguran Jerman | 1950-2025 Data – ID | TRADINGECONOMICS.COM, diakses Agustus 8, 2025, https://id.tradingeconomics.com/germany/unemployment-rate
- 1 An Introduction to Varieties of Capitalism – Scholars at Harvard, diakses Agustus 8, 2025, https://scholar.harvard.edu/files/hall/files/vofcintro.pdf
- Kenapa Jerman Sangat Lambat dalam Digitalisasi? |#MeettheGermans – YouTube, diakses Agustus 8, 2025, https://www.youtube.com/watch?v=6ob4qOfeaXc
- Jerman Kemungkinan Gagal Penuhi Target Iklim 2030 – Katadata Green, diakses Agustus 8, 2025, https://green.katadata.co.id/berita/665e9dd34cd4f/jerman-kemungkinan-gagal-penuhi-target-iklim-2030
- Menko Perekonomian RI Lakukan Pertemuan dengan Menteri Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman dan Tandatangani Joint Declaration of Intent (JDoI) Indonesia, diakses Agustus 8, 2025, https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/5093/menko-perekonomian-ri-lakukan-pertemuan-dengan-menteri-urusan-ekonomi-dan-aksi-iklim-jerman-dan-tandatangani-joint-declaration-of-intent-jdoi-indonesia-jerman
- PERENCANAAN DAN PERKEMBANGAN PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM KONTEMPORER: STUDI SEJARAH DAN IMPLIKASINYA DALAM KONTEKS MODEREN, diakses Agustus 8, 2025, https://ejournal.stai-mifda.ac.id/index.php/jekis/article/view/972
- Perpaduan Antara Pandangan Ekonomi Konvensional Dengan Ekonomi Syariah Melahirkan Sebuah Paham Ekonomi Yang Baru Dari Sebuah Sistem Yang Telah Ada, diakses Agustus 8, 2025, https://www.isnjbengkalis.ac.id/kolompikiran-11-perpaduan-antara-pandangan-ekonomi-konvensional-dengan-ekonomi-syariah-melahirkan-sebuah-paham-ekonomi-yang-baru-dari-sebuah-sistem-yang-telah-ada.html
- komparasi madzhab ekonomi kontemporer antara madzhab mainstream dan madzhab baqir shadr perspketif re-engineering islamic economic – Jurnal Hamfara, diakses Agustus 8, 2025, https://jurnalhamfara.ac.id/index.php/jb/article/download/696/372/
- PEMIKIRAN EKONOMI ILMUWAN MUSLIM KONTEMPORER MADZHAB MAINSTREAM 1 – Kampus Akademik, diakses Agustus 8, 2025, https://ejurnal.kampusakademik.co.id/index.php/jirs/article/download/616/559/2522
- model transaksi ekonomi kontemporer dalam islam – UIN – Ar Raniry Repository, diakses Agustus 8, 2025, https://repository.ar-raniry.ac.id/28681/1/Buku%20Model%20Transaksi%20Ekonomi-2020.pdf
- Perbankan Syariah: Menyelaraskan Keuangan dengan Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, diakses Agustus 8, 2025, https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/perbankan-syariah/
- Ekonomi Islam di Era Digital: Peluang dan Tantangan dalam Dunia Bisnis Modern – Ekonomis: Journal of Economics and Business, diakses Agustus 8, 2025, http://ekonomis.unbari.ac.id/index.php/ojsekonomis/article/download/2467/896
- Analisis Kinerja Keuangan PT Bank Syariah Indonesia Periode 2021-2022, diakses Agustus 8, 2025, https://journal.areai.or.id/index.php/anggaran/article/download/231/249/977
- PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH INDONESIA DENGAN MALAYSIA, diakses Agustus 8, 2025, https://eprints.umm.ac.id/4911/1/Mahdi%20-%20Perbandingan%20Kinerja%20Keuangan%20Perbankan%20Syariah%20Indonesia%20dengan%20Malaysia.pdf
- konsep literasi ekonomi digital – Markas Jurnal STAI Al Hidayah Bogor, diakses Agustus 8, 2025, https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/ad/article/download/486/368/1173