Cukup!
Kami muak jadi angka,
diperas pelan-pelan
dalam jam-jam kerja yang tak manusiawi.
Setiap detik kami dijumlahkan,
tapi hak kami dikurangi.
Kalian bilang “efisiensi”,
kami dengar itu sebagai “eksploitasi”.
Kalian sebut “pertumbuhan ekonomi”,
kami tahu itu artinya:
lebih kaya kalian,
lebih miskin kami.
Kami bukan mesin,
bukan baut dalam pabrik besar yang tak berhati.
Kami punya keluarga,
punya rasa lapar yang tak bisa ditunda
oleh kata-kata motivasi yang kalian tempel di dinding.
Di lantai pabrik,
kami berdiri 10 jam,
sementara kalian di ruang AC
menghitung laba sambil tertawa,
memotong upah seperti potong kue pesta.
Kami lihat,
kami tahu:
bonus-bonus itu bukan dari kerja kalian.
Itu darah kami,
keringat kami,
punggung yang nyaris patah
agar saham kalian naik
di layar yang tak pernah kami sentuh.
Tapi dengar ini:
suatu hari kami akan berhenti tunduk.
Kami akan berdiri,
bersama-sama,
seperti gelombang yang tak bisa ditahan tembok.
Kami akan berjalan di jalanan,
dengan spanduk dan suara serak,
menyanyikan lagu-lagu
yang tak pernah kalian dengar
di gedung kaca pencakar langit itu.
Kami akan menyalakan api
di setiap hati yang pernah merasa sendiri.
Kami akan menggugah
yang dibungkam,
membangkitkan
yang lama tidur dalam takut.
Revolusi tak selalu datang dengan senjata,
kadang cukup dengan keberanian
untuk berkata:
“Tidak lagi.”
Tidak lagi untuk upah yang dihina.
Tidak lagi untuk kerja tanpa jaminan.
Tidak lagi untuk sistem
yang menjadikan kami alat produksi,
bukan manusia.
Kami bukan mesin—
kami nyala yang kalian kira akan padam.
Kami badai yang kalian kira akan reda.
Kami tanah
yang tak mau diinjak lagi.
Dan saat kami bersatu,
tak ada pagar yang terlalu tinggi,
tak ada bos yang terlalu besar,