Anakku, jiwa yang terukir dari cintaku,

Engkau melangkah, memasuki samudra luas bernama dunia.

Bukan sekadar daratan, bukan pula sekadar cakrawala,

Ia adalah cermin purba, memantulkan hakikat dirimu.

 

Kupanjatkan doa, agar matamu bening,

Mampu melihat di balik tirai fatamorgana.

Membedakan ilusi dari realitas sejati,

Menemukan kebijaksanaan dalam setiap bayangan.

 

Semoga batinmu adalah akar yang menancap dalam,

Tak goyah oleh badai prasangka, tak lapuk oleh erosi keduniawian.

Jadilah pemikir, bukan sekadar peniru gema,

Pencari kebenaran, bukan pemburu ilusi fana.

 

Ketika kejatuhan mengikis ego,

Biarkan ia menjadi pupuk bagi pertumbuhan.

Setiap retakan, adalah celah bagi cahaya untuk masuk,

Mengukir peta kearifan pada prasasti jiwamu.

 

Berikanlah esensi dirimu pada semesta,

Seperti sungai yang mengalir, tak pernah berhenti memberi.

Bukan untuk pengakuan, melainkan untuk keseimbangan,

Menciptakan harmoni dalam simfoni keberadaan.

 

Ayah hanya penunjuk arah, bisikan di batas cakrawala,

Perjalanan ini milikmu, penemuan ini adalah takdirmu.

Jadilah bintang yang bersinar dari dalam,

Menerangi jalanmu sendiri, tanpa perlu cahaya pinjaman.

 

Semoga Keberadaan Agung merangkulmu dalam misteri-Nya,

Memberimu kekuatan untuk memahami, bukan sekadar melihat.

Dan dalam setiap napas, engkau menemukan kedalaman,

Mampu menghadapi dunia, karena engkau telah menemukan dirimu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA ImageChange Image

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.