Kesimpulan ini menyajikan analisis komprehensif, mendalam, dan berbasis bukti mengenai Pekerjaan Pengasuhan Tidak Dibayar (Unpaid Care Work, UCW) dan dampaknya yang transformatif terhadap ketidaksetaraan global dan agenda pembangunan internasional. Fokus utama adalah membahas pekerjaan domestik dan pengasuhan anak yang tidak dibayar sebagai faktor penentu utama ketidaksetaraan dalam tenaga kerja internasional, serta menjustifikasi mengapa keseimbangan kerja dan hidup merupakan isu pembangunan internasional yang mendesak.
Arsitektur Ekonomi Global yang Tidak Terlihat
Pernyataan Tesis: Pekerjaan Pengasuhan Tidak Dibayar sebagai Fondasi Pembangunan Internasional
Pekerjaan pengasuhan tidak dibayar (UCW), yang mencakup pengasuhan anak, perawatan lansia atau orang sakit, dan tugas-tugas domestik harian, berfungsi sebagai infrastruktur sosial yang tak terlihat namun krusial, yang menjadi prasyarat bagi keberlangsungan hidup masyarakat dan produktivitas angkatan kerja formal global. Tugas-tugas ini, yang secara historis dan sosiologis didominasi oleh perempuan dan anak perempuan, secara efektif bertindak sebagai subsidi tersembunyi yang sangat besar bagi ekonomi pasar.
Analisis mendalam menunjukkan bahwa kegagalan untuk mengakui, menghitung, dan berinvestasi dalam UCW menciptakan inefisiensi ekonomi yang mendalam dan merupakan faktor penentu utama ketidaksetaraan gender. Keseimbangan kerja dan hidup adalah isu pembangunan internasional yang mendasar, sebab ketidaksetaraan distribusi UCW secara struktural menghambat pencapaian hampir semua Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Dampak ini melampaui SDG 5 (Kesetaraan Gender) dan secara eksplisit berkaitan dengan SDG 1 (Mengakhiri Kemiskinan), SDG 3 (Kesehatan yang Baik dan Kesejahteraan), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif), dan SDG 10 (Mengurangi Ketidaksetaraan). Tanpa fondasi perawatan yang stabil dan terdistribusi secara merata, pertumbuhan ekonomi yang dikejar di tingkat global tidak dapat dianggap inklusif atau berkelanjutan.
Definisi Konseptual dan Skala Kesenjangan Gender
Dalam kerangka kerja ekonomi pembangunan, UCW didefinisikan secara operasional sebagai produksi non-pasar yang bersifat non-moneter tetapi menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomi melalui survei penggunaan waktu.
Skala global dari fenomena ini menunjukkan betapa besarnya kontribusi yang tak terhitung ini: perempuan dan anak perempuan secara kolektif menyediakan sekitar 16 miliar jam pekerjaan pengasuhan tidak dibayar setiap hari—sebuah tenaga kerja tak berbayar yang menopang keluarga, komunitas, dan ekonomi.
Kesenjangan gender dalam beban UCW sangat mencolok di kawasan berkembang, membatasi peluang perempuan untuk berpartisipasi penuh dalam kehidupan publik dan ekonomi. Sebagai contoh, di Afrika Sub-Sahara, perempuan menghabiskan rata-rata 3,5 kali lebih banyak waktu untuk pekerjaan perawatan tidak berbayar dan domestik dibandingkan dengan laki-laki. Rasio beban waktu yang tidak proporsional ini secara langsung berkontribusi pada kesenjangan partisipasi angkatan kerja dan pendapatan, yang menjadikan pilar Recognize (Pengakuan) dan Redistribute (Redistribusi) sangat penting untuk agenda kebijakan.
Kerangka Aksi Multilateral: Evolusi dari 3R ke 5R dan 6R
Untuk mengatasi masalah UCW, organisasi internasional telah mengembangkan kerangka aksi yang terus berevolusi untuk mencakup sektor perawatan, baik yang berbayar maupun tidak berbayar.
Awalnya, fokus diletakkan pada kerangka 3R: Recognize (Mengakui), Reduce (Mengurangi), dan Redistribute (Meredistribusikan) pekerjaan perawatan yang tidak dibayar. Kerangka ini mengakui perlunya pengakuan statistik dan moneter terhadap UCW, pengurangan beban waktu melalui investasi infrastruktur, dan redistribusi tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki, serta antara rumah tangga dan negara.
Namun, pengalaman implementasi menunjukkan bahwa redistribusi UCW yang efektif ke dalam layanan berbayar (misalnya, penitipan anak) memerlukan peningkatan kualitas layanan tersebut. Kualitas ini sangat bergantung pada kondisi kerja para pekerja perawatan berbayar. Oleh karena itu, kerangka kerja ini diperluas menjadi 5R oleh Organisasi Perburuhan Internasional (ILO), yang menambahkan Reward (Memberi Imbalan) dan Represent (Mewakili). Pilar Reward bertujuan untuk menjamin pekerjaan yang layak (Decent Work) bagi pekerja perawatan berbayar, termasuk upah yang adil dan perlindungan sosial, sementara Represent memastikan hak pekerja dan penerima perawatan terwakili dalam pengambilan keputusan.
UN Women lebih lanjut menekankan pentingnya pendanaan publik dengan menambahkan komponen Resource (Sumber Daya/Pendanaan Publik) dalam seruannya untuk revolusi perawatan. Pendekatan holistik 5R/6R ini mengakui adanya keterkaitan kausal level 2: Kegagalan dalam pilar Reward (upah yang adil) dan Represent (keterwakilan pekerja) akan menghasilkan layanan perawatan berbayar yang berkualitas rendah dan tidak stabil, yang pada gilirannya akan gagal secara efektif dalam mengurangi beban waktu perempuan di rumah tangga. Dengan kata lain, solusi UCW harus bersifat holistik dan transformatif, tidak hanya sekadar memindahkan beban eksploitasi dari rumah tangga ke pasar tenaga kerja berupah rendah.
Table 1: Beban Waktu Pekerjaan Pengasuhan Tidak Dibayar: Kesenjangan Gender Global
| Indikator | Nilai Global / Contoh Regional | Implikasi Kesenjangan Gender | Sumber Data Kunci |
| Kontribusi Perempuan (Jam/Hari) | 16 Miliar jam setiap hari secara global | Menunjukkan skala UCW yang tak terlihat yang menopang masyarakat dan ekonomi. | UN Women |
| Rasio Beban Waktu (Perempuan:Laki-laki) | 3.5:1 (Afrika Sub-Sahara) | Hambatan signifikan terhadap partisipasi pendidikan dan pekerjaan berbayar perempuan. | UN Women |
| Temuan TUS Regional | Perempuan menghabiskan hampir 5x lebih banyak waktu daripada laki-laki (Georgia) | Menjadi dasar bukti untuk kebijakan Recognize dan Redistribute. | UN Women / Statistik Nasional Georgia |
Biaya Partisipasi: Hambatan Pengasuhan dalam Ketenagakerjaan Perempuan
Data Kesenjangan dan Pengaruh Tanggung Jawab Perawatan
Tanggung jawab pengasuhan yang tidak dibayar secara langsung menentukan tingkat partisipasi dan hasil pasar tenaga kerja perempuan. Data ILO mengonfirmasi adanya kesenjangan gender yang persisten dalam partisipasi angkatan kerja, yang secara langsung disebabkan oleh kewajiban pengasuhan.
Di tingkat nasional, tren ini tercermin di berbagai wilayah. Misalnya, data dari Badan Pusat Statistik Sulawesi Selatan, Indonesia, membuktikan bahwa tingkat partisipasi kerja perempuan masih relatif lebih rendah dibandingkan laki-laki, menunjukkan bagaimana dunia kerja global masih didominasi oleh laki-laki.
Sebaliknya, bukti menunjukkan potensi transformatif dari intervensi yang ditargetkan. Akses terhadap layanan pengasuhan anak yang memadai dan berkualitas telah terbukti dapat meningkatkan hasil kerja perempuan, seperti yang ditunjukkan dalam studi kasus di Indonesia. Peningkatan akses ini memungkinkan perempuan untuk beralih dari pekerjaan informal atau paruh waktu yang tidak stabil ke pekerjaan formal yang lebih produktif, sehingga meningkatkan keamanan ekonomi rumah tangga dan kontribusi PDB.
Isu Kualitas, Ketersediaan, dan Keterjangkauan (AfQCCS)
Salah satu hambatan struktural terbesar adalah kegagalan pasar untuk menyediakan layanan penitipan anak yang berkualitas, terjangkau, mudah diakses, dan aman (Affordable, Quality Childcare Services, AfQCCS). Dalam banyak konteks, layanan yang tersedia tidak memenuhi standar kualitas yang diperlukan, harganya terlalu mahal, atau lokasinya tidak dapat dijangkau.
Hambatan biaya dan kualitas ini memaksa perempuan untuk menghadapi pilihan biner: melepaskan karier atau mengurangi jam kerja formal, atau mengandalkan jaringan perawatan informal yang sering kali tidak stabil dan tidak teregulasi. Dampaknya menciptakan risiko modal manusia (Human Capital Risk) jangka panjang. Ketika perempuan membatasi karier mereka, mereka tidak hanya kehilangan pendapatan saat ini, tetapi juga menghadapi penurunan keterampilan seiring waktu dan kesenjangan pendapatan seumur hidup (lifetime earnings gap) yang struktural. Ini memastikan bahwa meskipun perempuan berpendidikan tinggi, potensi produktif mereka di pasar formal terhambat secara sistemik.
Pelajaran dari Implementasi Lokal (Studi Kasus Afrika)
Program-program yang berfokus pada kerangka 3R telah memberikan pembelajaran penting mengenai bagaimana solusi yang disesuaikan dapat menghasilkan dampak transformatif. Program percontohan 3R UN Women di Rwanda, Senegal, dan Afrika Selatan menunjukkan bahwa solusi yang paling efektif harus bersifat bottom-up, didasarkan pada penilaian kebutuhan spesifik perempuan di komunitas mereka.
Intervensi berhasil diimplementasikan melalui pendekatan sebagai berikut:
- Penguatan Layanan Komunitas: Peningkatan layanan Pengembangan Anak Usia Dini (ECD) di tingkat komunitas, seperti yang dilakukan di Rwanda, di mana layanan tersebut dihubungkan dengan kegiatan nutrisi (penanaman pohon buah-buahan dan kebun sayur) untuk mengatasi kekurangan gizi pada anak.
- Peralatan Hemat Waktu dan Tanggap Iklim: Penyediaan peralatan yang mengurangi beban waktu untuk tugas-tugas dasar domestik, seperti kompor hemat energi dan teknologi pengolahan pertanian, yang juga tanggap terhadap tantangan perubahan iklim.
Investasi dalam infrastruktur (seperti pompa air dan energi bersih) yang mengurangi waktu yang dihabiskan untuk tugas-tugas domestik (berkontribusi pada SDG 7: Energi Terjangkau dan Bersih) memiliki dampak kausal level 2: ia secara langsung membebaskan waktu perempuan, meningkatkan jam kerja yang tersedia bagi mereka di pasar formal, dan secara langsung mendukung SDG 8 (Pekerjaan Layak). Ini menunjukkan bahwa investasi infrastruktur perawatan adalah prasyarat untuk pencapaian tujuan ekonomi yang lebih luas.
Mengubah Waktu Menjadi Nilai: Valuasi Ekonomi Pekerjaan Pengasuhan Tidak Dibayar
Mengapa Valuasi (Recognize) adalah Langkah Kebijakan Pertama
Proses Recognize (Pengakuan) adalah langkah kebijakan pertama yang krusial. Valuasi ekonomi mengubah UCW dari aktivitas pribadi yang tak terlihat menjadi kontribusi ekonomi yang dapat dihitung, yang kemudian dapat dipertimbangkan dalam dialog fiskal dan kebijakan. Proses ini menyediakan justifikasi berbasis bukti untuk investasi publik yang ditargetkan pada sektor perawatan. Tanpa nilai moneter yang jelas, pembuat kebijakan sulit untuk membenarkan pengeluaran anggaran untuk infrastruktur perawatan dibandingkan dengan investasi tradisional (misalnya, jalan atau telekomunikasi).
Metodologi Kuantifikasi: TUS dan Akun Satelit Rumah Tangga
Untuk melakukan valuasi yang kredibel, lembaga statistik nasional mengandalkan dua alat utama:
- Survei Penggunaan Waktu (Time Use Surveys, TUS): TUS adalah alat utama untuk mengukur alokasi waktu secara kuantitatif. Survei ini mencatat bagaimana orang menghabiskan waktu mereka dalam periode tertentu, menyediakan data penting yang tidak hanya menginformasikan kebijakan ekonomi tetapi juga kebijakan sosial. Data ini sangat penting untuk merancang intervensi Reduce yang responsif terhadap waktu.
- Akun Satelit (Satellite Accounts for Unpaid Household Work): Ini adalah standar metodologis untuk memberikan nilai moneter pada UCW. Valuasi biasanya dilakukan dengan menggunakan pendekatan biaya penggantian (replacement cost approach), menghitung biaya yang harus dikeluarkan jika pekerjaan tersebut dilakukan oleh pekerja berbayar (misalnya, membayar pengasuh atau petugas kebersihan).
Studi Akun Satelit pertama di Georgia, yang dilakukan oleh UN Women dan Kantor Statistik Nasional Georgia pada tahun 2020–2021, membuktikan bahwa perempuan di negara tersebut menghabiskan hampir lima kali lebih banyak waktu untuk pekerjaan domestik dan perawatan tidak dibayar dibandingkan laki-laki. Data yang tak terbantahkan ini berfungsi sebagai basis bukti yang kuat untuk advokasi kebijakan.
Pengembangan Akun Satelit meningkatkan transparansi anggaran negara. Ketika Kementerian Keuangan disajikan dengan data yang menunjukkan bahwa 9% PDB berasal dari sektor tak berbayar, muncul urgensi untuk “mengkompensasi” kontribusi ini melalui investasi publik yang ditargetkan (Chain-of-Thought Level 2). Upaya ini mengubah paradigma fiskal, mendorong pemerintah untuk melihat layanan pengasuhan sebagai investasi infrastruktur yang produktif yang mendukung PDB berbayar, bukan sekadar pengeluaran sosial yang pasif.
Skala Ekonomi Bayangan: US$11 Triliun
Valuasi global memberikan gambaran skala ekonomi bayangan yang disubsidi oleh UCW. Diperkirakan bahwa UCW, jika dikompensasi dengan upah minimum yang layak, bernilai US$11 Triliun secara global, setara dengan 9% dari PDB global. Nilai ini melebihi kontribusi banyak industri individu, menegaskan bahwa UCW adalah variabel makroekonomi yang fundamental.
Di kawasan tertentu, nilai ini bahkan lebih signifikan. Di Amerika Latin dan Karibia (LAC), pekerjaan perawatan tidak dibayar setara dengan 21% dari PDB regional, dengan perempuan berkontribusi tiga perempat dari angka tersebut. Kesimpulan lain menunjukkan angkanya bisa mencapai antara 15,7% hingga 24,2% dari PDB regional. Nilai ekonomi yang masif ini adalah bukti tak terbantahkan bahwa ekonomi global disubsidi oleh tenaga kerja tak berbayar perempuan. Pengakuan formal atas nilai ini memperkuat argumen bahwa mengatasi UCW adalah prasyarat untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.
Table 2: Valuasi Ekonomi Pekerjaan Pengasuhan Tidak Dibayar (UCW) dan Keterkaitan PDB
| Metrik Valuasi | Nilai Ekonomi | Persentase PDB | Signifikansi Kebijakan |
| Nilai Global UCW (Estimasi Kompensasi) | US$11 Triliun | 9% PDB Global | Menegaskan UCW sebagai variabel makroekonomi utama; mensubsidi Ekonomi Global. |
| Nilai Regional UCW (LAC) | N/A | 15.7% hingga 24.2% PDB Regional | Menunjukkan dampak yang lebih besar di negara berkembang, di mana pasar perawatan kurang berkembang. |
| Kontribusi Perempuan di LAC | N/A | 75% dari total nilai UCW regional | Menyoroti perempuan sebagai penanggung utama subsidi PDB regional. |
Rantai Perawatan Global (Global Care Chains) dan Kompleksitas Migrasi
Kerangka Global Care Chains (GCC)
Ketidaksetaraan UCW di tingkat nasional memiliki korelasi mendalam dengan dinamika migrasi internasional, yang dirangkum dalam konsep Rantai Perawatan Global (Global Care Chains, GCC). GCC menggambarkan fenomena di mana perempuan dari negara berkembang bermigrasi untuk menjadi pengasuh berbayar di negara maju, mengisi kebutuhan tenaga kerja di care industry. Migran ini pada gilirannya harus meninggalkan tanggung jawab pengasuhan mereka sendiri kepada pengasuh pengganti di negara asal (seringkali pengasuh keluarga atau kerabat, yang kembali melakukan UCW).
Di negara tujuan, seperti Singapura, transformasi menjadi global city menciptakan kebutuhan mendesak akan pekerja domestik dan pengasuh yang diimpor dari negara-negara yang lebih miskin, seperti Indonesia. Hal ini memungkinkan perempuan karir di negara tujuan untuk mempertahankan partisipasi angkatan kerja formal mereka.
Di negara asal, keputusan migrasi seringkali didorong oleh kebutuhan mendesak akibat kegagalan ekonomi lokal, seperti kegagalan lahan pertanian untuk menopang mata pencaharian, menjadikan pekerjaan di luar negeri sebagai “jalan yang harus ditempuh” karena hampir tidak ada alternatif lain.
Paradoks Pengasuh dan Dampak Transnasional
Paradoks utama GCC adalah bahwa perempuan bermigrasi untuk menyediakan perawatan, tetapi menciptakan defisit perawatan di rumah mereka sendiri.
Perempuan migran yang menjadi bagian dari rantai ini sangat rentan. Di negara tujuan, mereka menghadapi eksploitasi, kekerasan, dan seringkali dianggap hanya sebagai sumber mata uang asing oleh negara asal. Pentingnya perlindungan pekerja migran perempuan ditegaskan dalam kerangka global, di mana Target SDG 8.8 secara eksplisit menuntut perlindungan hak-hak buruh dan promosi lingkungan kerja yang aman dan terjamin untuk semua pekerja, termasuk pekerja migran, khususnya perempuan migran.
Dampak migrasi orang tua terhadap anak-anak yang ditinggalkan (left-behind children) di negara asal menunjukkan biaya pembangunan jangka panjang dari GCC. Remitan yang dikirim oleh orang tua migran dapat meningkatkan pendapatan rumah tangga dan meningkatkan standar hidup. Namun, ketidakhadiran pengasuh primer (terutama ibu) membawa risiko spesifik terhadap modal manusia generasi berikutnya.
Studi kasus di Indonesia menggunakan data IFLS menunjukkan bahwa meskipun migrasi setidaknya satu orang tua dapat mengurangi kemungkinan malnutrisi secara umum, migrasi ibu secara spesifik memiliki hubungan positif dengan risiko wasting (kurang gizi akut) pada anak yang ditinggalkan. Dampak wasting ini, yang memiliki konsekuensi kognitif dan kesehatan jangka panjang, menunjukkan adanya trade-off kualitatif (Chain-of-Thought Level 2). Peningkatan pendapatan (kuantitatif) melalui remitan tidak dapat sepenuhnya menggantikan kualitas perawatan spesifik (terutama gizi dan praktik higienis) yang disediakan oleh ibu. Oleh karena itu, strategi migrasi yang didorong oleh kebutuhan ekonomi saat ini menciptakan biaya pembangunan jangka panjang yang ditanggung oleh generasi berikutnya, menuntut kebijakan perawatan sosial domestik yang ditargetkan untuk anak-anak yang ditinggalkan.
Merumuskan Agenda Pembangunan Internasional: Kebijakan Transformatif 5R
Pendekatan untuk mengatasi UCW harus komprehensif, memanfaatkan kerangka 5R/6R untuk menghasilkan perubahan struktural dan normatif.
Recognize and Reduce: Investasi Infrastruktur dan Nexus Perawatan-Iklim
Pilar Reduce dicapai melalui investasi cerdas dalam infrastruktur. Infrastruktur dasar seperti akses air bersih, sanitasi, dan energi yang efisien (seperti kompor hemat energi) adalah alat paling efektif untuk mengurangi waktu yang dihabiskan perempuan untuk tugas-tugas domestik harian.
Selain itu, kebijakan harus mengintegrasikan nexus perawatan-iklim. Perubahan iklim secara langsung meningkatkan beban UCW; misalnya, kekeringan atau deforestasi memaksa perempuan dan anak perempuan menghabiskan waktu lebih lama untuk mencari air atau kayu bakar. Oleh karena itu, integrasi pertimbangan iklim dalam perencanaan infrastruktur perawatan sangat penting untuk mengurangi beban waktu tambahan ini dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Investasi ini menghubungkan kebijakan perawatan secara langsung dengan investasi infrastruktur berkelanjutan (SDG 7).
Redistribute: Layanan Sosial, Perlindungan, dan Inovasi Finansial
Pilar Redistribute menuntut negara dan sektor swasta mengambil alih sebagian tanggung jawab perawatan melalui penyediaan layanan pengasuhan anak/lansia berkualitas, cuti berbayar orang tua, dan sistem perlindungan sosial.
Di tingkat inovasi, program percontohan di Senegal memberikan contoh mekanisme finansial yang cerdas untuk meredistribusi risiko terkait UCW. Beban UCW yang besar seringkali berasal dari tugas perawatan yang tidak terencana akibat penyakit. Model inovatif mikroasuransi kesehatan di Senegal memungkinkan perempuan pedesaan mengakses cakupan kesehatan yang fleksibel, dengan premi yang lebih rendah, opsi pembayaran yang luwes (termasuk pembayaran dalam bentuk barang), dan memanfaatkan saluran digital.
Model ini mengatasi sumber beban UCW yang sering diabaikan: ketidakstabilan kesehatan (Chain-of-Thought Level 2). Dengan menstabilkan biaya kesehatan dan mengurangi kebutuhan waktu yang tidak terencana untuk merawat anggota yang sakit, waktu perempuan dibebaskan. Keberhasilan ini mendorong pengintegrasian solusi bottom-up seperti ini ke dalam reformasi kebijakan struktural, seperti program asuransi nasional.
Gender-Transformative Approaches: Mengubah Norma Sosial
Perubahan berkelanjutan dalam pembagian UCW tidak hanya memerlukan layanan dan infrastruktur (perubahan materi) tetapi juga reformasi norma sosial (perubahan perilaku). Untuk mencapai perubahan yang transformatif, perlu adanya fokus pada akar penyebab ketidaksetaraan: norma sosial diskriminatif dan hubungan kekuasaan yang tidak setara.
Pendekatan gender-transformative yang efektif melibatkan pria dan anak laki-laki di tingkat rumah tangga dan komunitas. Contoh praktik baik di Rwanda, melalui Rwanda Men’s Resource Centre (RWAMREC), menunjukkan pentingnya mempromosikan maskulinitas positif dan menyediakan ruang aman bagi pasangan untuk berdialog mengenai pembagian tugas UCW. Ini sangat penting untuk memastikan bahwa pilar Redistribute berhasil secara sosial dan budaya dalam jangka panjang.
Reward, Represent, and Resource: Investasi Publik dan Swasta
Untuk melengkapi 3R, pilar Reward dan Represent harus memastikan bahwa sektor perawatan berbayar adalah sektor Decent Work. Ini mencakup upah yang adil, kondisi kerja yang aman, dan hak untuk bernegosiasi kolektif bagi pekerja perawatan, termasuk pekerja migran.
Pilar Resource (Pendanaan) menegaskan bahwa investasi dalam ekonomi perawatan bukanlah pengeluaran sosial pasif, tetapi investasi kunci untuk pertumbuhan yang kuat dan berkelanjutan. Inisiatif pembangunan internasional (misalnya, Transforming the Care Economy through Impact Investing yang didanai oleh IDRC dan Soros Economic Development Fund) bertujuan untuk mengarahkan modal dampak ke dalam solusi berbasis pasar yang inovatif di sektor perawatan di negara-negara berkembang. Ini memposisikan pembiayaan perawatan sebagai isu investasi pembangunan internasional yang krusial, menghubungkannya secara langsung dengan pencapaian SDG 1, 3, 4, 8, dan 10.
Table 3: Matriks Implementasi dan Pembelajaran 5R/3R (Studi Kasus Transformasi Gender)
| Pilar (R) | Fokus Kebijakan Kunci | Contoh Implementasi Inovatif | Pembelajaran Kunci Transformasi |
| Recognize & Resource | Pemanfaatan Data Lokal | Dialog kebijakan berbasis bukti data TUS di Rwanda, Senegal, Afrika Selatan. | Data terkontekstualisasi sangat penting untuk melegitimasi intervensi dan memicu perubahan kebijakan. |
| Reduce & Climate Nexus | Investasi Infrastruktur | Penyediaan teknologi hemat waktu dan tahan iklim (kompor efisien, pompa air). | Mengintegrasikan solusi perawatan ke dalam perencanaan iklim untuk mitigasi beban UCW adalah esensial. |
| Redistribute & Innovation | Mekanisme Finansial | Model mikroasuransi kesehatan yang disesuaikan untuk perempuan pedesaan (Senegal). | Inovasi finansial dapat meredistribusi risiko terkait kesehatan, membebaskan waktu perempuan secara efektif. |
| Transformative Approach | Perubahan Norma Sosial | Pelibatan pria dan anak laki-laki dalam dialog pembagian UCW (RWAMREC, Rwanda). | Perubahan perilaku memerlukan pendekatan yang didanai dengan baik untuk memastikan keberhasilan Redistribute dalam jangka panjang. |
Kesimpulan
Kesimpulan ini menyimpulkan bahwa pekerjaan pengasuhan yang tidak dibayar adalah mesin ekonomi senilai US$11 triliun yang menopang PDB global, berfungsi sebagai subsidi tersembunyi, dan merupakan penentu utama ketidaksetaraan gender. Ketidaksetaraan ini dimanifestasikan melalui hambatan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja formal dan diperparah oleh dinamika Rantai Perawatan Global (GCC).
Solusi kebijakan harus bersifat ekosistem (5R/6R), menghubungkan valuasi ekonomi formal, investasi infrastruktur, reformasi norma sosial, dan perlindungan pekerja migran. Mengabaikan UCW berarti merancang pembangunan ekonomi yang secara struktural eksploitatif dan tidak akan mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pengakuan atas nilai ekonomi UCW menjadi dasar untuk mendefinisikan keseimbangan kerja dan hidup sebagai isu pembangunan internasional, bukan hanya isu sosial.
Roadmap Investasi Jangka Panjang
Investasi dalam ekonomi perawatan adalah kunci pertumbuhan yang inklusif. Argumen ekonomi (economic case) sangat kuat: investasi dalam layanan perawatan menciptakan pekerjaan berbayar (SDG 8), meningkatkan Human Capital Index (SDG 3 dan 4), dan secara signifikan meningkatkan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan (Female Labor Force Participation Rate, FLFPR).
Pemerintah dan lembaga keuangan multilateral harus memprioritaskan anggaran untuk layanan perawatan terjangkau. Selain itu, mendorong kemitraan sektor swasta (Public-Private Partnerships) dan Impact Investing dapat mendukung model bisnis perawatan yang inovatif dan terukur di pasar berkembang.
Rekomendasi Kebijakan Lintas Sektoral untuk Aksi Global
Berdasarkan analisis di atas, direkomendasikan empat area aksi strategis untuk pembuat kebijakan global:
- Mandat Valuasi UCW dan Akuntabilitas Fiskal
Lembaga statistik nasional harus diwajibkan untuk secara rutin melakukan Survei Penggunaan Waktu (TUS) dan menerbitkan Akun Satelit Pekerjaan Rumah Tangga Tidak Dibayar sebagai bagian dari pekesimpulan PDB standar. Ini akan memperkuat pilar Recognize dan menyediakan data yang diperlukan untuk dialog kebijakan berbasis bukti.
- Infrastruktur Perawatan sebagai Pembangunan Berkelanjutan
Lembaga keuangan multilateral (seperti Bank Dunia atau Bank Investasi Infrastruktur Asia) harus secara eksplisit mengklasifikasikan investasi dalam layanan perawatan sosial (misalnya, pengembangan anak usia dini dan penitipan anak) dan infrastruktur hemat waktu (misalnya, air, sanitasi, dan energi) sebagai investasi pembangunan infrastruktur primer yang produktif. Tindakan ini secara resmi mengintegrasikan tujuan perawatan ke dalam agenda pembangunan ekonomi makro.
- Reformasi Kebijakan Migrasi dan Mitigasi Biaya Sosial GCC
Negara asal dan negara tujuan migran harus bekerja sama secara ekstensif untuk memperkuat Target SDG 8.8, memastikan perlindungan pekerja migran perempuan. Lebih lanjut, negara asal harus berinvestasi dalam layanan perawatan sosial domestik yang ditargetkan untuk anak-anak yang ditinggalkan. Tujuannya adalah untuk memitigasi risiko human capital jangka panjang (seperti wasting) yang disebabkan oleh ketidakhadiran pengasuh primer. Remitan harus melengkapi, bukan menggantikan, layanan perawatan domestik yang berkualitas.
- Peningkatan Skala Pendekatan Transformatif Gender
Lembaga donor dan pemerintah harus mendanai program Reduce dan Redistribute yang disertai dengan komponen perubahan norma sosial. Ini berarti secara eksplisit mendanai kegiatan yang melibatkan pria dan anak laki-laki untuk mengubah peran gender yang kaku dan mempromosikan pembagian UCW yang setara di tingkat rumah tangga. Pendekatan gender-transformative ini adalah kunci untuk memastikan bahwa keberhasilan Redistribute bersifat berkelanjutan dan struktural.