Adalah hasrat, merangkai makna dari ketiadaan,

Mencari keabadian, di pusaran waktu yang fana.

Menyulam kebenaran, dari benang ilusi yang usang,

Sebuah harapan, yang melampaui batas pemahaman.

 

Ingin ku genggam esensi, dari setiap hembusan napas,

Menyingkap tabir rahasia, di balik alam semesta yang luas.

Menyatukan fragmen diri, yang tercerai dalam batas,

Menemukan keutuhan, di tengah eksistensi yang terbatas.

 

Kuingin merobek tirai dualitas, yang memisahkan,

Antara terang dan gelap, ada dan tiada, kebahagiaan dan kesengsaraan.

Mencapai titik nol, di mana semua perbedaan lenyap,

Sebuah kesatuan agung, yang tak terucap.

 

Kuingin memahami bisikan angin, bahasa bintang-bintang,

Menyelami kedalaman jiwa, tanpa sekat dan penghalang.

Mencapai pencerahan sempurna, yang tak pernah padam,

Melampaui siklus kelahiran dan kematian, dalam keabadian yang sunyi.

 

Namun, cermin realitas, selalu retak dan buram,

Memantulkan bayangan, yang tak pernah utuh dan terang.

Setiap upaya mendekat, hanya menambah jarak yang panjang,

Karena hakikat diri, terikat pada keterbatasan.

 

Harapan ini, bagai jejak kaki di atas air,

Tercipta sesaat, lalu lenyap tanpa akhir.

Sebuah paradoks abadi, yang terus mengalir,

Antara keinginan tak terbatas, dan kenyataan yang getir.

 

Mungkin, dalam ketidakmungkinan itulah, letak keindahan,

Dalam pencarian tanpa henti, makna hidup ditemukan.

Meski takkan terwujud, harapan ini tetap bersemayam,

Sebagai pengingat, akan batas dan kebesaran.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CAPTCHA ImageChange Image

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.