Tentang lanskap investasi asing langsung = Foreign Direct Investment (FDI) di Indonesia, dengan fokus pada tren terkini, perbandingan dengan negara-negara pesaing di Asia Tenggara, serta identifikasi peluang, hambatan, dan ancaman. Data terbaru menunjukkan bahwa kinerja investasi di Indonesia, khususnya FDI, berada dalam tren pertumbuhan yang kuat, didukung oleh realisasi proyek-proyek strategis. Sepanjang tahun 2024, total realisasi investasi kumulatif (PMA dan PMDN) mencapai Rp1.714,2 triliun, di mana Rp900,2 triliun berasal dari PMA. Momentum ini berlanjut hingga kuartal pertama tahun 2025, di mana total investasi tumbuh 15,9% di tengah gejolak ekonomi global.
Namun, pertumbuhan yang mengesankan ini tidak mencerminkan gambaran yang sepenuhnya seragam. Laporan ini mengidentifikasi dikotomi yang signifikan: meskipun investasi jangka panjang dalam proyek-proyek besar (FDI) meningkat, terdapat penurunan kepercayaan di kalangan investor portofolio dan penurunan modal dari pasar saham. Kesenjangan ini mencerminkan adanya hambatan struktural dan ancaman politik yang masih mengikis daya tarik investasi secara keseluruhan.
Secara komparatif, Indonesia menunjukkan keberhasilan dalam pendekatan yang terarah, terutama melalui kebijakan hilirisasi industri yang berhasil menarik investasi besar di sektor logam dasar dan nikel. Namun, jika dibandingkan dengan Vietnam, yang dianggap memiliki pendekatan yang lebih “ramah investor” melalui simplifikasi birokrasi dan kepastian regulasi, Indonesia masih berjuang untuk melepaskan persepsi negatif terkait kerumitan prosedur dan ketidakpastian hukum.
Untuk memperkuat posisinya, Indonesia harus bergerak melampaui strategi yang hanya mengandalkan proyek-proyek mega dan kebijakan command-and-control. Rekomendasi strategis yang muncul dari analisis ini mencakup reformasi regulasi yang lebih transparan dan konsisten, mitigasi risiko sosial dan politik, serta investasi yang merata pada sumber daya manusia dan infrastruktur di luar Jawa. Dengan menyeimbangkan fokusnya pada proyek-proyek strategis dengan penciptaan iklim investasi yang stabil, adil, dan efisien secara keseluruhan, Indonesia dapat memastikan aliran modal yang lebih beragam dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan ekonomi jangka panjangnya.
Pendahuluan: Posisi Indonesia di Arus Modal Global
Investasi, baik dari dalam maupun luar negeri, telah lama diakui sebagai salah satu pilar utama penggerak perekonomian suatu negara. Di Indonesia, investasi asing langsung (FDI) memainkan peran krusial dalam menyediakan suntikan modal, memfasilitasi transfer teknologi, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan menciptakan lapangan pekerjaan baru yang vital untuk pembangunan ekonomi makro. Meskipun memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan pasar domestik yang besar, realisasi investasi Indonesia sering kali tidak berkorelasi positif secara langsung dengan potensi yang dimilikinya.
Tulisan ini bertujuan untuk mengupas tuntas kondisi investasi asing di Indonesia, melampaui data dan statistik permukaan. Analisisnya akan menempatkan kinerja Indonesia dalam konteks persaingan regional yang ketat, khususnya dengan negara-negara tetangga di Asia Tenggara yang juga berupaya menarik modal global. Laporan ini juga akan mengidentifikasi sektor-sektor utama yang menjadi mesin pertumbuhan FDI, sekaligus mengkaji secara kritis hambatan-hambatan struktural dan ancaman geopolitik yang dapat membahayakan prospek jangka panjang. Metodologi yang digunakan adalah pendekatan holistik yang menggabungkan data kuantitatif dari lembaga resmi seperti Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), UNCTAD, dan World Bank, dengan analisis kualitatif terhadap isu-isu regulasi, politik, dan studi kasus proyek-proyek investasi. Dengan demikian, laporan ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang bernuansa dan otoritatif bagi para pembuat kebijakan dan pelaku bisnis yang ingin menavigasi kompleksitas lanskap investasi Indonesia.
Tren dan Kinerja Investasi Asing di Indonesia (2024-2025)
Realisasi FDI Keseluruhan dan Kuartalan
Data dari Kementerian Investasi/BKPM menunjukkan bahwa Indonesia telah berhasil mempertahankan momentum pertumbuhan investasinya. Pada kuartal ketiga tahun 2021, realisasi investasi mencapai Rp216,7 triliun, menunjukkan peningkatan 3,7% secara tahunan. Lebih lanjut, data kumulatif sepanjang Januari hingga September 2021 tercatat sebesar Rp659,4 triliun, atau 73,3% dari target tahunan Rp900 triliun. Realisasi ini terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp331,7 triliun (50,3%) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp327,7 triliun (49,7%).
Dalam periode 2024-2025, pertumbuhan investasi terus berlanjut. Realisasi investasi kumulatif dari Januari hingga Desember 2024 mencapai Rp1.714,2 triliun, di mana PMA berkontribusi sebesar Rp900,2 triliun. Kinerja positif ini berlanjut hingga pertengahan tahun 2025, dengan total realisasi investasi pada semester pertama 2025 mencapai Rp942,9 triliun. Angka-angka ini menunjukkan pertumbuhan yang stabil, yang diklaim pemerintah sebagai hasil dari reformasi struktural yang berkelanjutan di tengah gejolak ekonomi global.
Meskipun data resmi tentang realisasi FDI menunjukkan tren yang stabil dan positif, terdapat indikasi adanya arus modal yang tidak seragam. Meskipun investasi langsung dalam proyek-proyek riil terus tumbuh, terjadi arus keluar dana yang signifikan dari pasar saham domestik. Data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada September 2025 menunjukkan dana asing keluar dari pasar saham sebesar Rp358,27 miliar. Fenomena ini diperkuat oleh laporan yang mencatat penurunan Indeks Kepercayaan Investor asing dari 105,2 pada Desember 2024 menjadi 92,1 pada Maret 2025. Penurunan ini mencerminkan peningkatan persepsi risiko di kalangan investor internasional terhadap prospek ekonomi Indonesia.
Beberapa faktor disinyalir memicu ketidakpercayaan ini, termasuk kekhawatiran tentang kebijakan fiskal yang kurang jelas, seperti program populis “Makan Bergizi Gratis,” yang dapat memperlebar defisit anggaran. Selain itu, usulan revisi undang-undang utama, seperti RUU Polri dan RUU KUHAP, menciptakan ketidakpastian hukum, yang sangat dihindari oleh investor. Arus keluar modal sebesar Rp28,6 triliun dari pasar saham Indonesia pada periode ini secara langsung terkait dengan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal dan kebijakan yang tidak konsisten. Situasi ini menggambarkan adanya dikotomi antara FDI, yang cenderung terikat pada proyek-proyek jangka panjang dan kurang sensitif terhadap fluktuasi jangka pendek, dengan investasi portofolio yang sangat reaktif terhadap sentimen pasar, politik, dan ketidakpastian kebijakan.
Distribusi Sektor dan Geografis
Keberhasilan investasi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir banyak ditopang oleh kebijakan hilirisasi industri. Sektor industri logam dasar, barang logam, dan non-mesin merupakan kontributor terbesar terhadap realisasi PMA, dengan total investasi mencapai Rp72,3 triliun (21,8%) dari Januari hingga September 2021. Sektor ini, yang sangat terkait dengan hilirisasi nikel, terus menjadi motor utama pertumbuhan investasi. Selain itu, terdapat investasi yang signifikan di sektor digital, energi terbarukan, dan infrastruktur. Pemerintah secara proaktif mempromosikan proyek-proyek seperti pembangunan data center AI senilai Rp6 triliun dan pabrik manufaktur panel surya.
Meskipun investasi terdiversifikasi ke beberapa sektor, distribusi geografisnya masih belum merata. Lebih dari 60% investasi asing masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Pada kuartal II 2024, Jawa Barat menjadi provinsi dengan realisasi investasi asing terbanyak, meskipun wilayah-wilayah di luar Jawa, seperti Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, juga mencatatkan realisasi besar yang didorong oleh proyek hilirisasi. Ketidakmerataan ini mengindikasikan adanya “risiko kota” atau risiko regional yang memengaruhi keputusan investor. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko investasi di suatu daerah dipengaruhi oleh variabel-variabel seperti kualitas infrastruktur, peraturan daerah, keamanan, akses lahan, dan integritas kepala daerah. Konflik terkait lahan dan relokasi masyarakat, seperti yang terjadi pada proyek Rempang Eco-city, menyoroti betapa rentannya investasi besar terhadap risiko-risiko di tingkat lokal dan sosial. Kegagalan dalam mengelola faktor-faktor ini dapat menyebabkan proyek-proyek triliunan rupiah terhambat, bahkan dibatalkan.
Asal Negara Investor Utama
Pada kuartal I 2025, daftar negara investor asing terbesar di Indonesia didominasi oleh negara-negara dari Asia, dengan Singapura berada di peringkat pertama dengan nilai investasi US4,6miliar. Singapura telah secara konsisten menjadi investor terbesar di Indonesia selama10−11tahun terakhir. Posisi selanjutnya ditempati oleh HongKong (US2,2 miliar) dan Tiongkok (US1,8miliar). Investor besar lainnya termasuk Malaysia (US1 miliar), Jepang (US1miliar), danAmerikaSerikat (US802,16 juta). Jepang menunjukkan tren positif dengan investasi yang meningkat, terutama di sektor energi terbarukan.
Analisis lebih dalam diperlukan untuk memahami gambaran yang lebih akurat tentang asal modal. Realisasi investasi dari Singapura dan Hong Kong tidak selalu berasal dari entitas yang berkantor pusat di sana. Banyak perusahaan multinasional dari Tiongkok, Eropa, dan Amerika Serikat menyalurkan investasi mereka melalui kantor pusat regional di Singapura dan Hong Kong untuk mendapatkan kemudahan regulasi, insentif pajak, dan kepastian hukum yang lebih baik. Praktik ini dapat membiaskan data dan menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah melakukan reformasi, banyak investor masih merasa perlu menggunakan struktur perantara yang lebih stabil dan efisien. Situasi ini menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk perbaikan iklim investasi domestik agar Indonesia dapat menarik modal secara langsung dari sumber aslinya.
Analisis Komparatif: Indonesia vs. Pesaing Utama Asia Tenggara
Kinerja FDI Regional ASEAN
Di tengah penurunan FDI global, kawasan Asia Tenggara (ASEAN) tetap menjadi “titik panas” bagi modal asing. Laporan UNCTAD 2024 menunjukkan bahwa aliran FDI ke blok ASEAN naik 10% menjadi US$225 miliar di tahun 2024. Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan di negara-negara utama seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Pertumbuhan ini terjadi meskipun terjadi penurunan FDI global sebesar 10%.
Kinerja ASEAN yang tangguh dapat dijelaskan oleh beberapa faktor. Kawasan ini diuntungkan oleh tren diversifikasi rantai pasok global dari Tiongkok, sebuah strategi yang sering disebut “China+1”. Meskipun total nilai proyek greenfield di Asia menurun, jumlah proyek greenfield baru di ASEAN meningkat 5% pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa investor memiliki kepercayaan jangka panjang untuk membangun fasilitas dan operasi baru di ASEAN, alih-alih hanya berinvestasi melalui akuisisi. Namun, keberhasilan kawasan ini juga meningkatkan persaingan di antara negara-negara anggotanya, menekan Indonesia untuk terus meningkatkan daya saingnya.
Studi Kasus: Indonesia vs. Vietnam
Vietnam secara luas dianggap sebagai salah satu negara tujuan investasi paling menarik di ASEAN. Perbedaan mendasar antara iklim investasi Indonesia dan Vietnam terletak pada filosofi kebijakan pemerintah. Indonesia cenderung menerapkan pendekatan command-and-control, seperti kebijakan hilirisasi yang melarang ekspor bahan mentah untuk memaksa pembangunan pabrik pengolahan di dalam negeri. Strategi ini berhasil menarik investasi besar di sektor nikel , tetapi bisa kurang efektif dalam menarik investasi di sektor lain yang tidak terkait dengan sumber daya alam.
Sebaliknya, Vietnam lebih fokus pada penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment) dengan menyederhanakan regulasi dan memangkas birokrasi. Vietnam telah secara proaktif merevisi UU Investasi 2020 dan memberikan insentif pajak yang jelas. Pihak berwenang Vietnam juga mendelegasikan otoritas persetujuan investasi ke tingkat provinsi untuk proyek-proyek tertentu, yang menunjukkan komitmen pada efisiensi dan desentralisasi. Hal ini kontras dengan masalah birokrasi yang masih menjadi keluhan klasik bagi investor di Indonesia.
Persepsi investor terhadap kedua negara juga sangat berbeda. Indonesia, meskipun telah meluncurkan UU Cipta Kerja untuk menyederhanakan izin (Online Single Submission), masih dianggap sebagai negara yang “tidak ramah investasi” karena masalah tumpang tindih regulasi dan ketidakpastian hukum. Kasus-kasus investasi yang gagal masuk, seperti Tesla, menjadi bukti nyata preferensi investor terhadap Vietnam yang menawarkan proses perizinan yang lebih cepat. Selain itu, Vietnam berhasil melipatgandakan pendanaan startup mereka di paruh pertama tahun 2025, sementara Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, yang mencerminkan kepercayaan investor yang lebih besar terhadap transparansi dan kepastian kebijakan Vietnam.
Perbandingan dengan Tiongkok: Fluktuasi dan Diversifikasi
Meskipun Tiongkok merupakan salah satu investor terbesar di Indonesia, tren FDI di negara tersebut menunjukkan gambaran yang kompleks. Laporan UNCTAD mencatat bahwa aliran investasi asing ke Tiongkok menurun tajam sebesar 29% pada tahun 2024, meskipun negara ini masih menjadi penerima FDI terbesar di antara negara berkembang. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh faktor-faktor siklus global, seperti kondisi likuiditas global yang lebih ketat dan biaya pinjaman yang lebih tinggi di luar negeri, yang mendorong perusahaan asing di Tiongkok untuk merepatriasi keuntungan dan melunasi utang. Selain itu, laporan lain mencatat penurunan tajam sebesar 49% dalam penjualan merger dan akuisisi lintas batas di Tiongkok.
Namun, Tiongkok tetap menjadi pemain penting dalam FDI global, termasuk di Asia Tenggara. Sebagai salah satu dari lima ekonomi Asia yang berada di antara 10 sumber investasi keluar teratas, perusahaan-perusahaan Tiongkok aktif berinvestasi di ASEAN, khususnya di sektor manufaktur, otomotif, elektronik, dan energi terbarukan. Perang dagang antara AS dan Tiongkok juga telah memicu pergeseran strategi perusahaan, di mana banyak perusahaan multinasional mencari lokasi alternatif untuk produksi dan investasi untuk menghindari tarif tinggi. Negara-negara ASEAN, termasuk Indonesia, diuntungkan dari tren ini karena dianggap menawarkan biaya tenaga kerja yang kompetitif dan insentif investasi yang menarik.
Perbandingan dengan Malaysia: Diversifikasi dan Sektor Strategis
Malaysia juga merupakan tujuan investasi utama di Asia Tenggara yang bersaing ketat dengan Indonesia. Negara ini mencatatkan net inflow FDI sebesar RM51,5 miliar pada tahun 2024, meningkat dari RM38,6 miliar pada tahun sebelumnya. Realisasi investasi yang disetujui secara keseluruhan mencapai rekor tertinggi RM378,5 miliar pada tahun 2024, sebuah peningkatan signifikan sebesar 14,9%. Namun, menariknya, meskipun total investasi yang disetujui naik, aliran FDI bersih mengalami penurunan 9,5% menjadi RM170,4 miliar. Dari perspektif makroekonomi, rasio FDI terhadap PDB Malaysia pada tahun 2024 tercatat sebesar 3,7%, lebih tinggi dibandingkan Indonesia yang berada di angka 1,7%.
Seperti Indonesia, Malaysia telah mengidentifikasi sektor-sektor strategis untuk menarik modal asing. Sektor jasa, khususnya informasi & komunikasi serta keuangan & asuransi, menjadi kontributor terbesar terhadap aliran FDI pada tahun 2024. Sektor manufaktur juga menjadi pendorong utama, terutama dalam industri produk listrik & elektronik, serta produk mineral non-logam. Untuk mendukung sektor-sektor ini, Malaysia telah menerapkan serangkaian insentif, termasuk skema Pioneer Status dan Investment Tax Allowance (ITA) serta tarif pajak khusus (0%) untuk perusahaan manufaktur baru yang melakukan investasi besar. Selain itu, pemerintah juga meluncurkan insentif pajak Malaysia Digital (MD) untuk menarik investasi di bidang AI, big data analytics, dan blockchain. Sebuah kerangka kerja insentif investasi baru yang dijadwalkan akan diimplementasikan pada kuartal ketiga tahun 2025 akan memberikan insentif pajak baru bagi perusahaan multinasional dengan pengeluaran manufaktur yang besar.
Investor utama di Malaysia pada tahun 2024 berasal dari Singapura, Hong Kong, dan Amerika Serikat. Kemitraan ekonomi dan perdagangan dengan negara-negara ini sangat penting bagi pertumbuhan investasi Malaysia.
Perbandingan dengan Filipina: Pertumbuhan Ekonomi dan Tantangan Struktural
Filipina diproyeksikan menjadi salah satu ekonomi utama di Asia-Pasifik, dengan potensi mencapai nominal GDP satu triliun dolar pada tahun 2033, didukung oleh peningkatan PDB per kapita dan standar hidup. Namun, kinerja FDI Filipina saat ini cenderung bergejolak. Pada kuartal pertama tahun 2025, total investasi asing yang disetujui menurun 82% dibandingkan periode yang sama tahun 2024, dan total FDI bersih selama paruh pertama tahun 2025 turun 23,8% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Meskipun demikian, ada beberapa sektor yang menarik modal asing, seperti real estat (37%), manufaktur (33%), dan keuangan dan asuransi (9%). Investor utama berasal dari Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan. Filipina menghadapi tantangan serupa dengan Indonesia terkait birokrasi dan kepastian hukum. Laporan menyebutkan adanya masalah dengan regulasi pajak yang tidak konsisten, proses pendaftaran properti yang rumit dan mahal, serta masalah korupsi yang meluas. Untuk mencapai proyeksi ekonomi jangka panjangnya, Filipina harus mengatasi masalah infrastruktur yang masih menjadi hambatan utama bagi investasi.
Perbandingan dengan Thailand: Fokus pada Industri dan Inovasi
Thailand secara historis dikenal sebagai salah satu negara paling sukses di kawasan ini dalam menarik FDI berkat iklim investasinya yang ramah. Negara ini telah menerapkan strategi “Thailand 4.0” yang bertujuan mengubah ekonominya menjadi model berbasis inovasi dan teknologi. Strategi ini mencakup fokus pada penelitian dan pengembangan serta kemitraan antara sektor publik dan swasta untuk meningkatkan produktivitas.
FDI ke Thailand, bersama dengan Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam, mendorong pertumbuhan investasi di seluruh blok ASEAN yang naik 10% pada tahun 2024. Meskipun demikian, Thailand juga menghadapi tantangan struktural, termasuk populasi yang menua, tingginya utang rumah tangga, dan kerentanan terhadap perubahan iklim. Dari perspektif industri, Indonesia unggul dalam nilai tambah manufaktur (Manufacturing Value Added atau MVA). Pada tahun 2023, MVA Indonesia mencapai US255,96 miliar, jauh diatas Thailand (US128 miliar) dan Vietnam (US$102 miliar). Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Thailand memiliki lingkungan yang ramah investor, Indonesia berhasil menarik investasi yang menghasilkan nilai tambah lebih besar di sektor manufaktur.
Peluang Pertumbuhan Investasi di Indonesia
Hilirisasi Industri
Kebijakan hilirisasi telah menjadi strategi andalan pemerintah untuk menarik FDI bernilai tambah. Keberhasilan ini paling terlihat di sektor nikel, di mana larangan ekspor bijih nikel mentah memaksa investor untuk membangun smelter dan fasilitas pengolahan di dalam negeri, menciptakan ekosistem industri yang terintegrasi, terutama untuk produksi baterai kendaraan listrik. Strategi ini kini diperluas ke komoditas lain seperti bauksit, tembaga, dan pulp. Proyek-proyek besar yang dikawal pemerintah, seperti smelter tembaga Freeport dan klaster industri energi bersih, menunjukkan komitmen untuk terus mendorong investasi di sektor ini.
Sektor Strategis Lainnya
Selain hilirisasi, Indonesia menawarkan peluang investasi yang signifikan di sektor-sektor strategis lainnya:
- Infrastruktur: Pemerintah telah mengakui adanya kesenjangan pendanaan infrastruktur sebesar Rp752,8 triliun untuk periode 2025-2029. Ini membuka peluang besar bagi skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU). Proyek-proyek strategis nasional, seperti pembangunan bendungan dan jalan tol, terus ditawarkan kepada investor global. Namun, investor asing diketahui masih enggan untuk menggarap proyek-proyek jalan tol, yang sebagian disebabkan oleh kompleksitas dan risiko yang ada.
- Energi Terbarukan: Dengan komitmen menuju emisi nol-bersih pada tahun 2060, sektor energi terbarukan di Indonesia sangat prospektif. Program seperti Just Energy Transition Partnership (JETP) dan acara promosi seperti Indonesia Sustainable Forum (ISF) 2025 menjadi platform utama untuk menarik investasi di sektor ini. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 dan Perpres Nomor 22 Tahun 2017 memberikan landasan hukum dan target bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025.
- Ekonomi Digital: Indonesia memiliki ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai yang diproyeksikan mencapai US$146 miliar pada tahun 2025. Peluang investasi sangat besar di bidang-bidang seperti infrastruktur IT, data center, cloud computing, dan layanan keuangan digital (fintech).
Kebijakan Pendukung dan Promosi
Kementerian Investasi/BKPM telah berupaya meningkatkan kemudahan berinvestasi dengan meluncurkan sistem Online Single Submission (OSS) berbasis risiko, yang telah menerbitkan 10 juta Nomor Induk Berusaha (NIB). Selain itu, pemerintah secara aktif mempromosikan peluang investasi melalui berbagai forum dan kerja sama bilateral. Investor yang berinvestasi di sektor prioritas juga diberikan berbagai insentif, seperti kepemilikan asing hingga 100%, libur pajak, dan pembebasan bea masuk.
Hambatan dan Ancaman terhadap Aliran FDI
Hambatan Struktural dan Prosedural
Meskipun ada kemajuan, hambatan struktural dan prosedural masih menjadi tantangan signifikan. Masalah birokrasi yang berbelit-belit dan rantai perizinan yang panjang masih sering dikeluhkan oleh calon investor. Selain itu, adanya tumpang tindih regulasi, baik secara horizontal maupun vertikal antara pemerintah pusat dan daerah, menciptakan ketidakpastian hukum yang merugikan.
Isu ketenagakerjaan juga menjadi pertimbangan penting bagi investor. Undang-Undang Ketenagakerjaan yang lama dianggap terlalu memberatkan, terutama terkait besaran upah minimum dan tingginya pembayaran pesangon saat Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Meskipun UU Cipta Kerja berusaha mengatasi isu-isu ini, terdapat kekhawatiran tentang fleksibilitas dan perlindungan pekerja lokal yang dapat memengaruhi keputusan investasi.
Ancaman Geopolitik dan Politik Domestik
Selain hambatan struktural, beberapa ancaman geopolitik dan politik domestik dapat mengikis kepercayaan investor:
- Ketidakpastian Kebijakan: Kebijakan pemerintah yang kontroversial atau tidak konsisten, seperti rencana pencabutan subsidi listrik, dapat meningkatkan biaya operasional dan menakut-nakuti investor, terutama di sektor manufaktur dan energi.
- Risiko Sosial: Konflik sosial yang berkaitan dengan proyek investasi, seperti kasus Rempang, menunjukkan bahwa negosiasi lahan dan relokasi masyarakat masih menjadi risiko besar yang dapat menyebabkan proyek bernilai triliunan rupiah terhambat atau bahkan dibatalkan.
- Perubahan Iklim Investasi Global: Implementasi skema pajak global seperti Global Minimum Tax (GMT) pada awal tahun 2025 menimbulkan ancaman baru bagi Indonesia. GMT, yang menetapkan tarif pajak minimum 15%, dapat mengurangi daya tarik insentif pajak yang ditawarkan Indonesia. Hal ini memaksa pemerintah untuk merumuskan kembali strategi kompetitifnya agar tetap menarik bagi investor asing.
Kesimpulan
Analisis ini menyimpulkan bahwa meskipun Indonesia menunjukkan pertumbuhan FDI yang kuat dan stabil, terutama didorong oleh keberhasilan strategi hilirisasi, terdapat dualisme dalam iklim investasinya. Keberhasilan dalam menarik mega-proyek di sektor-sektor prioritas berbanding terbalik dengan hambatan sistemik dan persepsi risiko yang masih tinggi di kalangan investor, khususnya dibandingkan dengan pesaing regional seperti Vietnam. Kesenjangan ini tercermin dari kontradiksi antara kenaikan FDI dan arus keluar modal dari pasar saham serta penurunan indeks kepercayaan investor.
Untuk mengatasi tantangan ini dan memperkuat daya tarik investasinya, laporan ini merekomendasikan langkah-langkah strategis berikut:
- Reformasi Regulasi Menyeluruh: Pemerintah harus melanjutkan penyederhanaan birokrasi, terutama di tingkat daerah, dengan menyelesaikan masalah tumpang tindih regulasi. Sistem Online Single Submission (OSS) perlu diperkuat dan diintegrasikan secara penuh untuk memberikan kepastian hukum dan efisiensi yang sebanding dengan praktik terbaik di Vietnam.
- Mitigasi Risiko Politik dan Sosial: Penting untuk memastikan stabilitas politik dan kepastian hukum melalui proses legislasi yang transparan dan partisipatif. Pemerintah harus menyusun kerangka kerja yang jelas dan adil untuk penanganan konflik sosial dan masalah lahan, sehingga investor tidak menghadapi risiko litigasi yang berkepanjangan.
- Pengembangan SDM dan Infrastruktur: Fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia lokal di sektor-sektor strategis sangat krusial untuk memenuhi kebutuhan industri dan mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja asing. Pembangunan infrastruktur yang merata di luar Jawa juga harus dipercepat untuk mengurangi kesenjangan regional dan menyebarkan investasi ke seluruh pelosok negeri.
Dengan menyeimbangkan strategi yang terarah dengan penciptaan iklim investasi yang stabil dan efisien secara keseluruhan, Indonesia dapat memastikan aliran modal yang lebih beragam dan berkelanjutan. Kemampuan untuk mengelola risiko domestik dan merespons perubahan iklim investasi global, seperti penerapan GMT, akan menentukan prospek jangka panjang Indonesia dalam persaingan ketat untuk menarik modal asing.
Daftar Pustaka :
- press release kementerian investasi dan hilirisasi/ bkpm ri tahun 2024 – SipLa PM, accessed on September 19, 2025, https://siplapm.kaltaraprov.go.id/uploads/article/attachment/19/Press_Release_Tahun_2024.pdf
- Di Tengah Gejolak Ekonomi Global, Investasi RI Q1-2025 Tumbuh 15,9% – BKPM, accessed on September 19, 2025, https://www.bkpm.go.id/id/info/siaran-pers/di-tengah-gejolak-ekonomi-global-investasi-ri-q1-2025-tumbuh-15-9
- IHSG Tembus 8.000, Dana Asing Malah Cabut dari Pasar Saham – Investasi Kontan, accessed on September 19, 2025, https://investasi.kontan.co.id/news/ihsg-tembus-8000-dana-asing-malah-cabut-dari-pasar-saham
- Kala Kuasa Menyulam Pasar: Jejak Stabilitas Politik dalam Arus …, accessed on September 19, 2025, https://pmii.id/post/kala-kuasa-menyulam-pasar–jejak-stabilitas-politik-dalam-arus-pertumbuhan-ekonomi-global-indonesia-di-tengah-bayang-bayang-problematika-negeri
- Bukti Nyata Hilirisasi Nikel, Indonesia Siap Produksi Massal Baterai Kendaraan Listrik pada April 2024 – BKPM, accessed on September 19, 2025, https://www.bkpm.go.id/id/info/siaran-pers/bukti-nyata-hilirisasi-nikel-indonesia-siap-produksi-massal-baterai-kendaraan-listrik-pada-april-2024
- Realisasi Investasi Asing di Indonesia pada Triwulan II 2024 – GoodStats, accessed on September 19, 2025, https://goodstats.id/article/realisasi-investasi-asing-di-indonesia-pada-triwulan-ii-2024-frUP4
- “MEMBEDAH PARAMETER BERUSAHA DALAM UPAYA MENINGKATKAN KEMUDAHAN BERINVE” by Hilda Swandani Prastiti, accessed on September 19, 2025, https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol2/iss1/34/
- Investor Asing Gagal Masuk Indonesia Bikin Jokowi Gregetan – Kompasiana.com, accessed on September 19, 2025, https://www.kompasiana.com/indah91983/60335cb78ede48430052c302/investor-asing-gagal-masuk-indonesia-bikin-jokowi-gregetan
- Peran Investasi Asing Dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi Makro di Asia Tenggara, accessed on September 19, 2025, https://rayyanjurnal.com/index.php/jahe/article/download/5755/pdf
- Minat Investasi Asing di Indonesia Dinilai Terhalang Birokrasi dan Infrastruktur – KONTAN, accessed on September 19, 2025, https://nasional.kontan.co.id/news/minat-investasi-asing-di-indonesia-dinilai-terhalang-birokrasi-dan-infrastruktur
- Gov’t Releases Q3 Investment Realization Report – Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, accessed on September 19, 2025, https://setkab.go.id/en/govt-releases-q3-investment-realization-report/
- Serap 2,4 Juta Tenaga Kerja, Kinerja Investasi Capai Rp 1.714 T – BKPM, accessed on September 19, 2025, https://www.bkpm.go.id/id/info/siaran-pers/serap-2-4-juta-tenaga-kerja-kinerja-investasi-capai-rp-1-714-t
- Peluang investasi infrastruktur di Indonesia – Infografik ANTARA News, accessed on September 19, 2025, https://www.antaranews.com/infografik/4901713/peluang-investasi-infrastruktur-di-indonesia
- OUTLOOK INVESTASI ENERGI TERBARUKAN DI INDONESIA: Semester 2 2023, accessed on September 19, 2025, https://keuanganberkelanjutan.ojk.go.id/keuanganberkelanjutan/id/articleriset/detail/18/indonesia-renewable-energy-investment-outlook-semester-2-2023
- Pengungkit Baru Pertumbuhan Ekonomi Nasional – Kementerian Komunikasi dan Digital, accessed on September 19, 2025, https://www.komdigi.go.id/transformasi-digital/ekonomi-digital
- Priority Business Sectors for Foreign Investment in Indonesia 2025 – Kusuma Law Firm, accessed on September 19, 2025, https://kusumalawfirm.com/article/priority-business-sectors-for-foreign-investment-in-indonesia-2025/
- Investasi Langsung Asing Indonesia | 2010-2025 Data | 2026-2027 …, accessed on September 19, 2025, https://id.tradingeconomics.com/indonesia/foreign-direct-investment
- ANALISIS TINGKAT RISIKO INVESTASI DAERAH (KABUPATEN …, accessed on September 19, 2025, https://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/57773
- Konflik Rempang di Tengah Urgensi Kelanjutan Investasi Asing – CNN Indonesia, accessed on September 19, 2025, https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230919064248-92-1000684/konflik-rempang-di-tengah-urgensi-kelanjutan-investasi-asing
- Daftar Negara dengan Investasi Terbesar di RI, Nomor 1 Bukan China, accessed on September 19, 2025, https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-7892229/daftar-negara-dengan-investasi-terbesar-di-ri-nomor-1-bukan-china
- Developing Asia: Mixed picture for foreign investment in 2024 – UNCTAD, accessed on September 19, 2025, https://unctad.org/news/developing-asia-mixed-picture-foreign-investment-2024
- Developing Asia: Mixed Picture for Foreign Investment in 2024 – UNCTAD, accessed on September 19, 2025, https://unctad.org/press-material/developing-asia-mixed-picture-foreign-investment-2024
- ASEAN Investment Report 2024 – ASEAN Economic … – ASEAN.org, accessed on September 19, 2025, https://asean.org/wp-content/uploads/2024/10/AIR2024-3.pdf
- Why Did Indonesia’s Startup Funding Drop as Vietnam’s Grew? – Tech in Asia, accessed on September 19, 2025, https://www.techinasia.com/question/why-did-indonesia-lose-67-of-its-startup-funding-while-vietnam-nearly-tripled
- omnibus law sebagai landasan harmonisasi hukum dalam bidang hukum perdata indonesia, accessed on September 19, 2025, https://lkbh.umsida.ac.id/wp-content/uploads/2020/01/OMNIBUS-LAW-SEBAGAI-LANDASAN-HARMONISASI-HUKUM-DALAM-BIDANG-HUKUM-PERDATA-INDONESIA.pdf
- Key Changes to the Investment Law 2020, accessed on September 19, 2025, https://vietnam-business-law.info/blog/2025/8/1/key-changes-to-the-investment-law-2020
- Birokrasi Masih Jadi Hambatan Investor – IndoPremier, accessed on September 19, 2025, https://www.indopremier.com/ipotnews/newsDetail.php?jdl=Birokrasi_Masih_Jadi_Hambatan_Investor&news_id=326207&group_news=RESEARCHNEWS&news_date=&taging_subtype=NATURALRESOURCES&name=&search=y_general&q=komoditas,%20&halaman=1
- Metode Omnibus Law dalam Pembaharuan Hukum Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia (Studi Perbandingan Negara Kanada, Amerika Serikat, Filipina dan Vietnam) – Journal UII, accessed on September 19, 2025, https://journal.uii.ac.id/IUSTUM/article/view/25694
- PERIZINAN INVESTASI, ANTARA PENGHAMBAT DAN PENDORONG INVESTOR ASING KE INDONESIA – Business Law, accessed on September 19, 2025, https://business-law.binus.ac.id/2019/08/23/perizinan-investasi-antara-penghambat-dan-pendorong-investor-asing-ke-indonesia/
- World Investment Report 2025: International investment in the digital economy – UNCTAD, accessed on September 19, 2025, https://unctad.org/publication/world-investment-report-2025
- China Still An Attractive FDI Destination – ASEAN+3 Macroeconomic Research Office, accessed on September 19, 2025, https://amro-asia.org/china-still-an-attractive-fdi-destination
- Dampak Perang Dagang AS-China Terhadap Perdagangan Internasional dan Ekonomi Global – ResearchGate, accessed on September 19, 2025, https://www.researchgate.net/publication/387602648_Dampak_Perang_Dagang_AS-China_Terhadap_Perdagangan_Internasional_dan_Ekonomi_Global
- Latest Releases | Philippine Statistics Authority – PSA.gov.ph, accessed on September 19, 2025, https://psa.gov.ph/statistics/foreign-investments/index
- Investasi Langsung Asing di Filipina | 2005-2025 Data – ID | TRADINGECONOMICS.COM, accessed on September 19, 2025, https://id.tradingeconomics.com/philippines/foreign-direct-investment
- Investasi Asing Langsung ke Filipina Turun 27,8% pada Maret, accessed on September 19, 2025, https://id.tradingeconomics.com/philippines/foreign-direct-investment/news/462733
- 2024 Investment Climate Statements: Philippines – State Department, accessed on September 19, 2025, https://2021-2025.state.gov/reports/2024-investment-climate-statements/philippines/
- Foreign Direct Investment – Open Development Thailand, accessed on September 19, 2025, https://thailand.opendevelopmentmekong.net/topics/foreign-direct-investment-in-thailand/
- Economic Report 2024 Thailand – SECO, accessed on September 19, 2025, https://www.seco.admin.ch/dam/seco/en/dokumente/Aussenwirtschaft/Wirtschaftsbeziehungen/L%C3%A4nderinformationen/Asien_Ozeanien/wirtschaftsbericht_thailand.pdf.download.pdf/Wirtschaftsbericht_Thailand_2025.pdf
- Thailand 4.0 strategy | Digital Watch Observatory, accessed on September 19, 2025, https://dig.watch/resource/thailand-4-0-strategy
- Foreign Investment, Sustainability, and AI Dominate APAC’s Financial Media Coverage – Fintech News Singapore, accessed on September 19, 2025, https://fintechnews.sg/118456/ai/foreign-investment-sustainability-and-ai-dominate-apacs-financial-media-coverage/
- Thailand’s Economy Set for 2.9% Growth in 2025, Driven by SMEs and Innovation, accessed on September 19, 2025, https://thailand.prd.go.th/en/content/category/detail/id/52/iid/366038
- Menperin: Nilai Tambah Manufaktur RI Lampaui Thailand dan Vietnam – Tempo.co, accessed on September 19, 2025, https://www.tempo.co/ekonomi/menperin-nilai-tambah-manufaktur-ri-lampaui-thailand-dan-vietnam-1344511
- Nilai Tambah Manufaktur RI Masuk 12 Besar Dunia, Unggul dari Vietnam-Thailand, accessed on September 19, 2025, https://finance.detik.com/industri/d-7899565/nilai-tambah-manufaktur-ri-masuk-12-besar-dunia-unggul-dari-vietnam-thailand
- Tawarkan Tiga Belas Proyek Investasi Berkelanjutan, Indonesia Investment Forum 2023 Sukses Tarik Minat Investor Inggris dan Sekitarnya – BKPM, accessed on September 19, 2025, https://www.bkpm.go.id/id/info/siaran-pers/tawarkan-tiga-belas-proyek-investasi-berkelanjutan-indonesia-investment-forum-2023-sukses-tarik-minat-investor-inggris-dan-sekitarnya
- Peluang Investasi Proyek Infrastruktur Indonesia dalam ICI 2025 – DPR RI, accessed on September 19, 2025, https://berkas.dpr.go.id/pusaka/files/isu_sepekan/Isu%20Sepekan—III-PUSLIT-Juni-2025-230.pdf
- Investor Asing Masih Ogah Garap Proyek Jalan Tol di Indonesia, Ini Sebabnya, accessed on September 19, 2025, https://ekbis.sindonews.com/read/1431893/34/investor-asing-masih-ogah-garap-proyek-jalan-tol-di-indonesia-ini-sebabnya-1723126117
- Kebijakan Energi Terbarukan – Renewable Energy Indonesia, accessed on September 19, 2025, https://renewableenergy.id/kebijakan-energi-terbarukan/
- URGENSI UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA DALAM MENARIK INVESTOR ASING KE INDONESIA – Awang Long Law Review, accessed on September 19, 2025, https://ejournal.stih-awanglong.ac.id/index.php/juris/article/download/594/379/
- UU Ketenagakerjaan hambat investor asing masuk ke Indonesia – ANTARA News, accessed on September 19, 2025, https://www.antaranews.com/berita/986872/uu-ketenagakerjaan-hambat-investor-asing-masuk-ke-indonesia
- Perlindungan Hukum Tenaga Kerja Asing dalam Dinamika Investasi dan Bisnis di Indonesia Tahun 2025, accessed on September 19, 2025, https://jurnal.bundamediagrup.co.id/index.php/iuris/article/download/890/556
- Perbedaan UU Ketenagakerjaan dengan RUU Omnibus Law Cipta Kerja – Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi Provinsi Nusa Tenggara Barat – Disnakertrans NTB, accessed on September 19, 2025, https://disnakertrans.ntbprov.go.id/perbedaan-uu-ketenagakerjaan-dengan-ruu-omnibus-law-cipta-kerja/
- Tax Strategy as an Alternative to Tax Incentives to Stimulate Investment in the Global Minimum Tax Era in Indonesia – MDPI, accessed on September 19, 2025, https://www.mdpi.com/2075-471X/14/5/66
- Analisis Perbandingan Hukum Penanaman Modal Asing Antara Indonesia Dengan Vietnam, accessed on September 19, 2025, https://jurnal.uai.ac.id/index.php/JAISS/article/viewFile/509/pdf
- PENGARUH PENANAMAN MODAL ASING, TENAGA KERJA ASING DAN INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN INDONESIA Otniel Chrisopras Wildo R – Repository | Universitas Hasanuddin, accessed on September 19, 2025, https://repository.unhas.ac.id/36457/2/A011201113_skripsi_16-08-2024%20bab%20I-II.pdf
- Ini yang Bikin Banyak Investasi Gagal Masuk RI – Metro TV, accessed on September 19, 2025, https://www.metrotvnews.com/read/kBVC9LBa-ini-yang-bikin-banyak-investasi-gagal-masuk-ri
- 25 JUNE 2025 | #127 – Department of Statistics Malaysia, accessed on September 19, 2025, https://www.statistics.gov.my/portal-main/release-document-log?release_document_id=14819&cat=stats_alert&type=pdf
- Malaysia records RM51.5bn in foreign direct investment inflows for 2024, accessed on September 19, 2025, https://www.humanresourcesonline.net/malaysia-records-rm51-5bn-in-foreign-direct-investment-inflows-for-2024
- Malaysia’s 2024 Total Approved Investment At Historic High Of RM378.5 Billion, accessed on September 19, 2025, https://www.businesstoday.com.my/2025/02/25/malaysias-2024-total-approved-investment-at-historic-high-of-rm378-5-billion/
- Malaysia recorded RM378.5b investments in 2024, highest in history, accessed on September 19, 2025, https://themalaysianreserve.com/2025/02/25/malaysia-recorded-rm378-5b-investments-in-2024-highest-in-history/
- Data for Thailand, Malaysia, Indonesia, Singapore, Philippines, Viet Nam – World Bank Open Data, accessed on September 19, 2025, https://data.worldbank.org/?locations=TH-MY-ID-SG-PH-VN
- Expanding Opportunities: Malaysia’s 2024 Investment Incentives for Foreign Investors, accessed on September 19, 2025, https://amcham.com.my/wp-content/uploads/Expanding-Opportunities-Malaysias-2024-Investment-Incentives-for-Fore.pdf