Analisis Komprehensif tentang Moral dan Etika dalam Kehidupan Kontemporer
Oleh : Ade Parlaungan Nasution
Pendahuluan: Memahami Fondasi Moral dan Etika
Konsep moral dan etika merupakan pilar fundamental yang membentuk perilaku individu dan struktur masyarakat. Meskipun sering digunakan secara bergantian, kedua istilah ini memiliki nuansa makna yang berbeda, yang berasal dari akar etimologisnya dan berkembang melalui pemikiran filosofis. Pemahaman mendalam tentang perbedaan dan keterkaitan antara moral dan etika sangat krusial untuk menavigasi kompleksitas kehidupan kontemporer.
Definisi Etika dan Moral: Asal-usul dan Konsep Dasar
Etika berasal dari bahasa Yunani kuno, “ethos”, yang merujuk pada watak atau kesusilaan. Sebagai sebuah disiplin ilmu, etika mengkaji adat kebiasaan, termasuk moral, yang berisi nilai dan norma sebagai pedoman hidup. Etika mendorong pemikiran kritis dan rasional mengenai apa yang dianggap benar dan salah, baik dan buruk, serta tindakan yang sesuai dengan standar moral tertentu. Dalam filsafat, etika adalah cabang yang secara sistematis membahas sikap dan tingkah laku manusia dari perspektif baik dan buruk, berfungsi sebagai ilmu yang memberikan orientasi dan pijakan bagi tindakan manusia.1
Di sisi lain, moral berakar dari kata Latin “mos” (jamak: “mores”), yang juga berarti adat istiadat atau tata krama. Dalam konteks Bahasa Belanda, “moural” memiliki arti kesusilaan atau budi pekerti. Moral merujuk pada seperangkat nilai, prinsip, dan norma yang secara konkret mengatur perilaku individu atau kelompok dalam masyarakat, membimbing tindakan dan keputusan mereka. Moral seringkali beroperasi sebagai pandangan internal atau konvensional yang secara implisit mengarahkan tindakan seseorang tanpa memerlukan analisis mendalam, dan penerapannya seringkali terjadi secara spontan.
Evolusi konseptual dari akar etimologis yang serupa menuju aplikasi modern yang berbeda menunjukkan adanya kebutuhan yang berkembang untuk pendekatan yang lebih terstruktur dan analitis terhadap perilaku manusia dalam masyarakat yang semakin kompleks. Meskipun awalnya memiliki makna yang berdekatan, diferensiasi menjadi domain teoretis (etika) dan praktis/terapan (moral) mencerminkan spesialisasi penyelidikan filosofis yang diperlukan untuk mengatasi dilema yang semakin rumit. Ini menegaskan bahwa, sementara respons moral intuitif memiliki perannya, isu-isu kompleks seringkali menuntut analisis etis yang lebih dalam, melampaui sekadar kepatuhan terhadap kebiasaan.
Perbedaan dan Persamaan Etika, Moral, dan Akhlak
Untuk memahami sepenuhnya lanskap perilaku manusia, penting untuk membedakan etika dan moral dari konsep ‘akhlak’, yang memiliki dimensi transendental dalam konteks keagamaan.
Perbedaan Utama:
- Sumber Prinsip: Etika seringkali bersumber dari aturan eksternal, seperti kode etik profesional atau prinsip keagamaan yang ditetapkan oleh lembaga, kelompok, atau budaya. Moral, meskipun juga dipengaruhi oleh budaya, lebih banyak berasal dari prinsip internal individu mengenai benar dan salah. Akhlak, khususnya dalam konteks Islam, bersifat transendental dan bersumber langsung dari ajaran ilahi.
- Sikap dan Pendekatan: Etika cenderung bersifat teoretis dan filosofis, menyelami pertanyaan abstrak tentang kebenaran dan keadilan. Moral lebih konkret dan praktis, berfokus pada penerapan nilai-nilai dalam perilaku sehari-hari.
- Generalitas dan Spesifik: Etika bersifat umum dan universal, merumuskan prinsip-prinsip yang dapat diterapkan dalam berbagai situasi. Moral lebih spesifik dan kontekstual, mencerminkan nilai-nilai yang dianut oleh individu atau kelompok tertentu.
- Fleksibilitas/Dinamisme: Etika memiliki sifat evolusioner dan dapat berubah seiring waktu. Moral juga dapat berubah atau tetap konsisten tergantung pada faktor budaya atau pandangan individu. Namun, akhlak dianggap lebih mutlak dan tidak dinamis karena bersumber dari wahyu ilahi, berbeda dengan etika dan moral yang merupakan hasil pemahaman manusia.
- Tolak Ukur: Akhlak memiliki tolok ukur Al-Qur’an dan As-Sunnah. Etika menggunakan akal pikiran dan pemikiran kritis sebagai tolok ukurnya. Sementara itu, moral menjadikan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat atau adat kebiasaan sebagai tolok ukurnya.
- Penerapan: Etika membimbing tindakan manusia yang dikehendaki, membedakan antara benar dan salah. Moral adalah tindakan yang memiliki aturan dari hati seseorang, berfungsi sebagai pengarah perilaku. Akhlak, di sisi lain, adalah tindakan yang seringkali dilakukan tanpa didasari pertimbangan mendalam, bersifat spontan.
Persamaan:
Meskipun terdapat perbedaan yang jelas, etika dan moral juga memiliki beberapa persamaan mendasar. Keduanya merujuk pada ajaran atau gambaran tentang penilaian sosial seseorang terhadap orang lain. Keduanya berfungsi sebagai prinsip hidup yang memandu individu untuk memberikan tanggapan dan respons yang bertujuan meningkatkan kualitas diri. Selain itu, baik etika maupun moral dibentuk oleh berbagai aspek dan pengaruh dalam kehidupan, dan keduanya secara fundamental berkaitan dengan perilaku yang benar dan salah.
Hubungan dialektis antara universalitas dan relativitas dalam norma perilaku merupakan aspek yang mendalam. Etika berupaya mencapai prinsip-prinsip universal yang berdasarkan akal, sementara moral seringkali terikat pada konteks budaya dan bersifat dinamis. Konsep akhlak menambahkan dimensi absolut dan transendental. Ini menciptakan hubungan yang kompleks di mana cita-cita etis universal harus diinterpretasikan dan diterapkan dalam lanskap moral yang beragam dan terus berkembang. Tantangannya adalah bagaimana menyelaraskan kebutuhan akan kerangka etika yang stabil dengan realitas norma moral yang bervariasi dan berubah. Ini menunjukkan bahwa pendidikan moral dan diskursus etika harus bersifat nuansa, tidak hanya memaksakan aturan universal, tetapi juga menumbuhkan pemikiran kritis yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk menyesuaikan praktik moral mereka sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip etika inti.
Hubungan Timbal Balik antara Etika dan Moral
Hubungan antara etika dan moral adalah hubungan timbal balik yang erat. Moral dapat dipahami sebagai konsep yang merujuk pada nilai-nilai, prinsip-prinsip, dan norma-norma yang telah ada dalam masyarakat dan diinternalisasi oleh individu. Dalam pengertian ini, moral adalah ekspresi konkret dari prinsip-prinsip etika dalam tindakan dan perilaku sehari-hari.
Etika, pada gilirannya, adalah kajian sistematis tentang moral. Etika berfungsi sebagai ilmu yang mencari orientasi dan memberikan arah pada tindakan manusia, membantu individu bertanggung jawab atas kehidupannya. Etika menyediakan landasan konseptual untuk memahami kebenaran dan keadilan secara umum, sementara moral memberikan pedoman praktis untuk tindakan sehari-hari.
Hubungan ini dapat dijelaskan sebagai etika yang bertindak sebagai refleksi kritis atas moralitas yang berpraktik. Sementara moral adalah praktik hidup dan norma-norma yang seringkali intuitif dalam masyarakat atau individu, etika adalah refleksi meta-level terhadap praktik-praktik ini. Etika mempertanyakan mengapa moral tertentu dipegang, prinsip apa yang mendasarinya, dan bagaimana moral tersebut harus berkembang. Hubungan ini tidak bersifat satu arah; refleksi etis juga dapat mendorong perubahan dalam norma-norma moral. Dengan demikian, memiliki “moral” saja tidak cukup untuk pengambilan keputusan yang kompleks, terutama dalam konteks modern. Masyarakat memerlukan penyelidikan etis untuk mengevaluasi secara kritis tradisi moralnya, mengatasi tantangan baru, dan memastikan bahwa kompas moralnya tetap relevan dan adil. Hal ini sangat relevan dalam bidang-bidang seperti teknologi, di mana dilema moral baru muncul dengan cepat, membutuhkan kerangka etika untuk memandu respons.
Tabel 1: Perbandingan Konsep Etika dan Moral
Aspek | Etika | Moral | Akhlak (Sebagai Perbandingan) | |
Asal Kata | Yunani: ethos (watak, kesusilaan) | Latin: mos (adat istiadat, tata krama) | Arab: khuluqun (budi pekerti, tingkah laku) | |
Sifat | Teoritis, filosofis, ilmu, kajian sistematis | Praktis, konkret, seperangkat nilai/norma, pandangan internal | Transendental, mutlak, bersumber dari ilahi | |
Ruang Lingkup | Umum, universal, prinsip-prinsip abstrak tentang kebenaran dan keadilan | Khusus, kontekstual, nilai-nilai yang dipegang individu/kelompok, perilaku sehari-hari | Tingkah laku manusia berdasarkan pandangan agama | |
Tolak Ukur | Akal pikiran, pemikiran kritis | Norma yang hidup dalam masyarakat, adat kebiasaan | Al-Qur’an dan As-Sunnah | |
Fleksibilitas | Cenderung evolusioner, dapat berubah seiring waktu | Dapat tetap konsisten atau berubah tergantung faktor budaya/individu | Tidak mutlak, tidak dinamis | |
Penerapan | Memberikan panduan moral, membantu pengambilan keputusan rasional, tindakan yang dikehendaki | Memberikan pedoman praktis, tindakan yang lahir dari adat/kebiasaan, pengarah perilaku dari hati | Tindakan tanpa didasari pertimbangan (spontan) | |
Fokus | Pemikiran kritis tentang apa yang benar dan salah secara moral | Norma-norma yang mengatur perilaku untuk menilai apakah suatu tindakan benar atau salah | Perilaku individu dalam berinteraksi dengan masyarakat |
Pentingnya Moral dan Etika dalam Kehidupan Individu dan Masyarakat
Moral dan etika bukan sekadar konsep abstrak, melainkan fondasi vital bagi kehidupan individu yang bermakna dan masyarakat yang berfungsi harmonis. Peran mereka meluas dari pembentukan karakter pribadi hingga pembangunan struktur sosial yang adil dan berkelanjutan.
Mengarahkan Perilaku dan Membentuk Karakter
Etika menyediakan kerangka kerja yang jelas untuk memandu tindakan individu, memungkinkan mereka membuat keputusan yang baik dan bertanggung jawab. Penerapan nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten membantu membentuk karakter seseorang, menjadikannya pribadi yang jujur, peduli, dan bertanggung jawab. Etika berfungsi sebagai kompas internal dan eksternal. Sebagai kompas internal, etika membentuk integritas pribadi dan memandu pengambilan keputusan individu. Sebagai kerangka eksternal, etika menyediakan pedoman yang jelas untuk interaksi sosial dan kode etik profesional. Fungsi ganda ini menunjukkan bahwa pengembangan etika memerlukan refleksi diri individu dan penguatan dari masyarakat melalui pendidikan, hukum, dan praktik budaya. Tidak cukup hanya “mengetahui” apa yang benar; seseorang juga harus “terdorong” untuk melakukannya, dan masyarakat harus menciptakan lingkungan yang mendukung perilaku tersebut.
Membangun Hubungan Sehat dan Harmoni Sosial
Etika merupakan fondasi bagi hubungan yang kuat dan sehat antarindividu. Dengan bertindak berdasarkan integritas dan empati, individu dapat membangun rasa saling percaya dan hormat dalam interaksi sosial. Dalam masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika, tercipta suasana harmoni dan kedamaian, karena setiap anggota saling menghormati, memahami, dan bekerja sama untuk mencapai kebaikan bersama. Etika berfungsi sebagai perekat sosial yang krusial dalam masyarakat pluralistik. Mengingat bahwa moralitas dapat bersifat relatif dan beragam antarbudaya, prinsip-prinsip etika universal seperti keadilan, rasa hormat, dan non-maleficence dapat menyediakan landasan bersama untuk interaksi dan resolusi konflik, mencegah fragmentasi sosial. Dalam dunia yang semakin terglobalisasi, di mana tradisi moral yang berbeda saling berinteraksi, pemahaman dan komitmen yang kuat terhadap prinsip-prinsip etika universal menjadi sangat penting untuk mendorong koeksistensi damai dan kerja sama. Pernyataan Rektor Universitas Labuhanbatu, Ade Parlaungan Nasution, bahwa “musuh kebangsaan adalah orang yang mengingkari Tuhan dan agama” , meskipun menyoroti pandangan moral tertentu, secara implisit juga menunjukkan kebutuhan akan nilai-nilai dasar yang dianut bersama untuk kohesi nasional.
Mendorong Keadilan Sosial dan Kepemimpinan Berkualitas
Etika mendorong individu dan masyarakat untuk memperjuangkan keadilan sosial. Ini mencakup upaya memerangi diskriminasi, menegakkan hak asasi manusia, dan memperjuangkan kesetaraan bagi semua anggota masyarakat. Selain itu, kepemimpinan yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh keahlian dan kecerdasan, tetapi juga oleh integritas dan moralitas. Etika membantu para pemimpin dalam mengambil keputusan yang adil dan bertanggung jawab, serta memimpin dengan memberikan contoh yang baik. Etika berfungsi sebagai pilar tata kelola yang baik. Fokus pada keadilan sosial, anti-diskriminasi, dan kepemimpinan etis secara langsung menunjukkan peran etika dalam integritas pemerintahan dan institusi. Tata kelola yang baik, baik di sektor publik maupun swasta, sangat bergantung pada prinsip-prinsip etika untuk memastikan keadilan, akuntabilitas, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Ketiadaan etika dalam kepemimpinan dapat menyebabkan korupsi, ketidakadilan, dan erosi kepercayaan publik.
Tanggung Jawab Lingkungan dan Warisan Positif
Cakupan etika juga meluas hingga mencakup tanggung jawab manusia terhadap lingkungan. Ini melibatkan pelestarian alam, penggunaan sumber daya secara berkelanjutan, dan pertimbangan dampak ekologis dari setiap tindakan. Dengan menerapkan etika dalam setiap aspek kehidupan, individu dan masyarakat dapat menciptakan warisan positif bagi generasi mendatang, berkontribusi pada pembangunan dunia yang lebih baik secara keseluruhan. Etika adalah prasyarat untuk keberlanjutan jangka panjang. Penyebutan eksplisit tanggung jawab lingkungan dan penciptaan warisan positif memperluas cakupan etika melampaui interaksi antarmanusia langsung, mencakup pertimbangan intergenerasi dan ekologis. Ini menunjukkan bahwa perspektif etika yang sejati harus mencakup keberlanjutan jangka panjang, mengakui kewajiban moral manusia terhadap planet dan generasi mendatang. Hal ini memperluas penerapan prinsip-prinsip etika ke tantangan global seperti perubahan iklim dan penipisan sumber daya, menjadikan etika komponen penting dari strategi pembangunan berkelanjutan.
Teori-Teori Etika Utama dalam Filsafat
Filsafat etika menyediakan kerangka kerja intelektual untuk memahami, menganalisis, dan memecahkan dilema moral. Berbagai teori etika telah berkembang sepanjang sejarah, masing-masing menawarkan perspektif unik tentang apa yang membuat suatu tindakan “benar” atau “baik”.
Pengantar Filsafat Moral
Filsafat moral adalah cabang filsafat yang secara khusus membahas etika (norma), prinsip-prinsip etika, dan berbagai teori etika. Objek studinya adalah segala kebiasaan individu dan perilaku manusia. Untuk menghasilkan pemahaman yang valid, etika memerlukan pendekatan berpikir yang kritis, metodis, dan sistematis. Ini menjadikan filsafat etika sebagai disiplin ilmiah yang rigor, mampu melakukan analisis mendalam dan penalaran terstruktur. Penekanan pada pendekatan yang kritis, metodis, dan sistematis mengangkat studi etika dari sekadar opini subjektif menjadi disiplin akademik yang ketat. Hal ini menyoroti pentingnya pelatihan akademik dalam etika bagi para profesional dan pembuat kebijakan, memungkinkan mereka menavigasi lanskap moral yang kompleks dengan ketelitian intelektual, daripada hanya mengandalkan intuisi atau opini populer.
Etika Deontologi: Kewajiban dan Aturan
Etika deontologi, yang dikemukakan oleh filsuf Immanuel Kant, berfokus pada kewajiban dan aturan. Teori ini menilai baik buruknya suatu tindakan berdasarkan kesesuaiannya dengan kewajiban moral atau aturan yang berlaku, terlepas dari akibat yang mungkin ditimbulkan. Deontologi menekankan pentingnya motivasi, kemauan baik, dan watak yang kuat untuk bertindak sesuai dengan kewajiban. Deontologi berfungsi sebagai penjaga prinsip di tengah tekanan konsekuensi. Penekanannya pada kewajiban, tanpa memandang hasil, menempatkannya sebagai penyeimbang penting bagi pemikiran utilitarian murni. Dalam situasi di mana hasil “baik” mungkin dicapai melalui cara-cara yang dipertanyakan secara etis, deontologi menyediakan kerangka kerja untuk menegakkan hak-hak fundamental dan kewajiban moral. Teori ini sangat relevan dalam konteks profesional, seperti etika medis, di mana tindakan tertentu secara inheren benar atau salah, terlepas dari manfaat yang dirasakan. Misalnya, otonomi pasien adalah prinsip deontologis yang mengharuskan penghormatan terhadap hak pasien untuk membuat keputusan, bahkan jika keputusan tersebut mengarah pada hasil kesehatan yang kurang optimal dari perspektif medis murni.
Etika Konsekuensialisme (Utilitarianisme): Tujuan dan Akibat
Berbeda dengan deontologi, etika konsekuensialisme, yang dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart Mill, menilai suatu tindakan berdasarkan tujuan dan akibat yang dihasilkannya. Suatu tindakan dianggap baik jika bertujuan baik dan mendatangkan akibat yang baik, khususnya yang menghasilkan manfaat terbesar bagi jumlah orang terbanyak. Teori ini sering digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari kebijakan tertentu. Konsekuensialisme berfungsi sebagai alat evaluasi dampak kebijakan. Pernyataan eksplisit bahwa konsekuensialisme “sering kali digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari kebijakan tertentu” menyoroti kegunaan praktisnya di luar filsafat abstrak, menjadikannya alat penting bagi pembuat kebijakan dan perencana. Teori ini sangat berlaku di bidang-bidang seperti kebijakan publik, strategi bisnis, dan manajemen lingkungan, di mana fokusnya adalah memaksimalkan kesejahteraan keseluruhan atau meminimalkan kerugian bagi sebagian besar orang. Namun, teori ini juga menimbulkan tantangan etis, seperti potensi mengorbankan hak-hak individu demi kebaikan kolektif, yang mengarah pada perdebatan moral kontemporer dengan deontologi.
Etika Keutamaan (Virtue Ethics): Watak dan Karakter
Etika keutamaan, yang berasal dari pemikiran Aristoteles, mengalihkan fokus dari tindakan atau konsekuensi ke karakter moral pelaku. Teori ini berpendapat bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang mencerminkan watak yang baik, yang berada di tengah-tengah antara dua ekstremitas (prinsip moderasi). Dalam kehidupan sehari-hari, prinsip ini dapat diterapkan dengan mencari keseimbangan dalam segala hal dan menghindari sikap ekstrem. Etika keutamaan berfungsi sebagai fondasi pengembangan karakter holistik. Berbeda dengan deontologi (aturan) atau konsekuensialisme (hasil), etika keutamaan menekankan pada
agen yang bertindak. Ini menggeser fokus dari apa yang dilakukan seseorang ke siapa yang ia adalah. Perspektif ini sangat penting untuk memahami perkembangan moral di luar sekadar kepatuhan atau perhitungan, menekankan disposisi internal seperti kejujuran, keberanian, dan kasih sayang. Teori ini sangat relevan untuk pendidikan moral dan pengembangan kepemimpinan, karena berfokus pada penanaman kualitas moral intrinsik daripada hanya mengajarkan aturan atau mengevaluasi hasil.
Prinsip-Prinsip Moral Fundamental (Bioetika)
Dalam bidang etika terapan, khususnya etika medis, terdapat empat prinsip moral fundamental yang secara luas diakui dan menjadi landasan praktik profesional:
- Beneficence (Berbuat Baik): Prinsip ini mewajibkan tenaga medis untuk bertindak demi keuntungan pasien. Ini mencakup melindungi dan membela hak orang lain, mencegah bahaya, menghilangkan kondisi yang dapat menyebabkan bahaya, membantu individu dengan disabilitas, dan menolong orang dalam situasi berbahaya.
- Nonmaleficence (Tidak Merugikan): Prinsip ini melarang tindakan yang dapat membahayakan atau memperburuk keadaan pasien. Dikenal dengan adagium “primum non nocere” (pertama, jangan merugikan), prinsip ini mencakup tidak membunuh, tidak menyebabkan rasa sakit atau penderitaan, tidak melumpuhkan, tidak menyinggung, dan tidak merampas barang-barang kehidupan orang lain.
- Autonomy (Otonomi): Prinsip ini menghormati hak-hak pasien, terutama hak untuk membuat keputusan sendiri mengenai perawatan medis mereka. Ini melibatkan kewajiban untuk menyampaikan kebenaran, menghormati privasi orang lain, melindungi informasi rahasia, mendapatkan persetujuan untuk intervensi, dan membantu pasien membuat keputusan penting.
- Justice (Keadilan): Prinsip ini menekankan kewajiban untuk berlaku adil dalam alokasi sumber daya dan perlakuan terhadap pasien. Ini memastikan bahwa setiap individu menerima perawatan yang setara dan sumber daya didistribusikan secara merata.
Prinsip bioetika ini berfungsi sebagai model etika terapan. Perumusan yang konsisten dari keempat prinsip ini sebagai fundamental dalam etika medis menunjukkan bagaimana konsep filosofis abstrak diterjemahkan menjadi pedoman yang konkret dan dapat ditindaklanjuti untuk profesi tertentu. Evolusi historisnya juga menunjukkan adaptasi terhadap nilai-nilai masyarakat yang berubah dan kemajuan medis. Prinsip-prinsip ini menjadi contoh kuat tentang bagaimana teori etika dapat diterapkan secara efektif pada skenario dunia nyata yang kompleks, menyediakan kerangka kerja yang kuat untuk pengambilan keputusan dan resolusi konflik dalam domain profesional.
Tabel 2: Ringkasan Teori Etika Utama
Teori Etika | Tokoh Utama | Fokus Utama | Penilaian Tindakan | Contoh Aplikasi | |
Deontologi | Immanuel Kant | Kewajiban, aturan, motivasi, watak | Baik/buruk berdasarkan kesesuaian dengan kewajiban, terlepas dari akibat | Menjaga kerahasiaan pasien, mematuhi hukum, tidak berbohong | |
Konsekuensialisme | Jeremy Bentham, John Stuart Mill | Tujuan, akibat, hasil | Baik/buruk berdasarkan tujuan baik dan akibat yang baik (manfaat terbesar) | Kebijakan publik (lingkungan, ekonomi), strategi bisnis untuk keuntungan sosial | |
Keutamaan (Virtue Ethics) | Aristoteles | Watak, karakter moral, disposisi | Tindakan yang berada di “jalan tengah” antara dua ekstremitas (moderasi) | Mengembangkan kejujuran, keberanian, keadilan dalam diri individu | |
Prinsip Bioetika | (Beauchamp & Childress) | Kewajiban moral dalam praktik medis | Kepatuhan pada Beneficence, Nonmaleficence, Autonomy, Justice | Informed consent, kerahasiaan medis, alokasi sumber daya kesehatan adil |
Penerapan Etika dalam Berbagai Domain
Penerapan etika tidak terbatas pada ranah filosofis semata, melainkan meresap ke dalam berbagai aspek kehidupan profesional dan sosial. Etika menyediakan pedoman praktis yang esensial untuk menjaga integritas, membangun kepercayaan, dan memastikan keberlanjutan.
Etika Bisnis: Integritas, Transparansi, dan Tanggung Jawab Sosial
Etika bisnis adalah seperangkat aturan yang harus dipatuhi oleh setiap karyawan dalam menjalankan tugas bisnis, dan berlaku dalam interaksi antar karyawan, dengan mitra, pelanggan, serta masyarakat umum. Prinsip-prinsip etika bisnis mencakup kepemimpinan yang berintegritas, akuntabilitas, kejujuran, kepatuhan hukum, rasa hormat, tanggung jawab, transparansi, kasih sayang, keadilan, loyalitas, dan kepedulian terhadap lingkungan.
Contoh Penerapan:
- Jujur dan Transparan: Perusahaan harus menampilkan produk dan layanan secara jujur dan akurat dalam iklan atau konten media sosial, tanpa melebih-lebihkan atau memalsukan informasi. Pelaporan keuangan juga harus transparan kepada pemegang saham dan pemangku kepentingan.
- Perlakuan Adil terhadap Karyawan: Memberikan upah/gaji yang adil, menerapkan jam kerja yang wajar, memperhatikan hak-hak cuti, dan mengatur kondisi kerja yang aman sesuai undang-undang ketenagakerjaan.
- Tanggung Jawab Lingkungan: Berpartisipasi dalam gerakan mengurangi sampah (prinsip 3R), meminimalkan limbah produksi, dan menghasilkan produk yang ramah lingkungan.
- Anti-Korupsi: Menerapkan aturan tegas terhadap suap dan korupsi dalam bentuk apapun untuk menciptakan budaya kerja yang sehat dan berintegritas.
- Perlindungan Privasi Pelanggan: Menerapkan aturan dan sanksi tegas untuk melindungi data privasi pelanggan, menjaga kepercayaan terhadap bisnis.
- Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR): Aktif berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat melalui sumbangan atau beasiswa.
- Perlindungan Karyawan Pelapor: Membuat kebijakan khusus untuk melindungi karyawan yang melaporkan perilaku tidak etis dalam lingkungan kerja dari tindakan balasan.
- Kesempatan Kerja yang Sama: Memberikan kesempatan yang sama bagi setiap karyawan untuk berkembang, tanpa membeda-bedakan suku, ras, agama, jenis kelamin, usia, atau hal lainnya.
- Etika Rantai Pasokan: Memastikan pemasok mematuhi standar etika, termasuk tanggung jawab ekonomi, lingkungan, dan sosial.
- Persaingan Sehat: Menetapkan harga yang wajar, tidak memonopoli pasar, dan tidak mengalahkan kompetitor dengan cara tidak adil.
- Jaminan Kualitas Produk: Teliti memeriksa kualitas bahan, kebersihan, melakukan pengujian berkala, dan memitigasi risiko.
Penerapan etika bisnis yang tepat memiliki manfaat signifikan, yaitu membangun kepercayaan dari karyawan dan masyarakat umum, serta membantu pengembangan bisnis menjadi lebih mudah dan meningkatkan reputasi. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Ade Parlaungan Nasution juga menunjukkan bahwa etika memiliki efek positif dan signifikan terhadap kinerja. Hal ini mendukung pandangan bahwa etika bisnis adalah investasi strategis, bukan sekadar biaya kepatuhan. Perilaku etis dalam bisnis harus dipandang sebagai investasi strategis yang membangun ekuitas merek, menumbuhkan loyalitas pelanggan, menarik talenta, dan memastikan keberlanjutan jangka panjang, daripada hanya sebagai biaya kepatuhan atau upaya filantropi. Ini mengubah etika dari beban moral menjadi keunggulan kompetitif.
Etika Kedokteran: Perlindungan Pasien dan Integritas Profesi
Dalam pelayanan medis, dokter wajib tunduk pada etika profesi dan ketentuan hukum yang berlaku. Etika kedokteran adalah “terjemahan” dari asas-asas etika menjadi ketentuan pragmatis yang memuat hal-hal yang boleh dilakukan dan yang harus dihindari sebagai pedoman perilaku.
Prinsip-prinsip: Etika kedokteran berlandaskan pada empat kaidah dasar moral (bioetika): Beneficence (berbuat baik), Nonmaleficence (tidak merugikan), Autonomy (otonomi pasien), dan Justice (keadilan).
Penerapan dalam Pelayanan Kesehatan:
- Memberikan pelayanan yang memenuhi kebutuhan masyarakat, bermutu, dan terjangkau.
- Menerapkan kewaspadaan standar untuk menjamin keamanan pasien, seperti yang terlihat dalam penanganan pandemi COVID-19.
- Menjaga kejujuran penuh dari tenaga medis kepada setiap pasien, terutama dalam kasus-kasus sensitif seperti infeksi COVID-19, di mana penanganan spesifik diperlukan.
Etika Penelitian Medis: Etika juga sangat krusial dalam penelitian medis. Tenaga kesehatan bertanggung jawab menjaga martabat profesinya saat melaksanakan penelitian. Ini mencakup penilaian cermat terhadap risiko dan beban yang dapat diprediksi, minimisasi ketidaknyamanan subjek penelitian, kepatuhan terhadap protokol yang disetujui komite etik, pelaporan perubahan atau kemajuan penelitian, dan pemberian informasi hasil penelitian kepada subjek. Nilai integritas, kejujuran, dan keadilan sangat fundamental dalam memastikan penelitian diselesaikan sesuai standar etik.
Etika medis berfungsi sebagai penyeimbang antara kemajuan ilmiah dan kemanusiaan. Data menunjukkan bahwa etika medis menyeimbangkan keharusan ilmiah (misalnya, efikasi penelitian dan pengobatan) dengan keharusan humanistik (hak pasien, martabat, meminimalkan kerugian). Prinsip-prinsip otonomi, beneficence, nonmaleficence, dan keadilan dirancang untuk memastikan bahwa kemajuan dan praktik medis melayani kepentingan terbaik umat manusia sambil menjunjung tinggi martabat individu. Hal ini sangat jelas terlihat dalam etika penelitian dan respons pandemi. Pertimbangan etis bukan merupakan hal yang baru dalam dunia medis, tetapi merupakan bagian integral dari praktik dan kemajuannya. Hal ini memastikan bahwa kekuasaan medis digunakan secara bertanggung jawab dan bahwa kelompok rentan dilindungi, menumbuhkan kepercayaan publik terhadap sistem perawatan kesehatan.
Etika Teknologi dan Digital: Privasi Data, Bias Algoritma, dan Keamanan Siber
Etika digital mencerminkan nilai-nilai moral yang harus dijunjung tinggi dalam penggunaan teknologi, komunikasi online, dan interaksi di lingkungan digital.
Contoh Penerapan:
- Tidak menyebarkan informasi palsu atau hoaks.
- Menghormati privasi orang lain dengan tidak membagikan informasi pribadi tanpa izin.
- Tidak menyebarkan konten yang merugikan atau merendahkan orang lain, termasuk pelecehan siber.
- Menggunakan bahasa yang sopan dan menghindari bahasa kasar atau menghina dalam komunikasi online.
- Tidak menggunakan identitas palsu atau mencoba mengambil identitas orang lain.
- Tidak membajak konten atau melanggar hak cipta orang lain.
- Tidak menggunakan teknologi untuk tujuan kejahatan, seperti peretasan atau penipuan online.
- Tidak menggunakan teknologi untuk keuntungan pribadi yang merugikan orang lain.
- Tidak melakukan cyberbullying.
- Menggunakan identitas asli, terutama dalam konteks profesional.
- Menjaga keamanan akun dengan kata sandi kuat dan autentikasi dua faktor.
- Menghindari plagiarisme.
- Menghargai waktu orang lain dengan tidak mengirim pesan berantai atau spam.
- Berpartisipasi secara positif dalam komunitas online.
Tantangan Etika dalam Pengembangan Teknologi:
- Privasi dan Keamanan Data Pribadi: Pengumpulan data besar-besaran oleh teknologi seperti Kecerdasan Buatan (AI) dan Internet of Things (IoT) menimbulkan kekhawatiran tentang penggunaan dan perlindungan data ini.
- Algoritma dan Bias Tidak Disengaja: Algoritma seringkali dapat menciptakan bias yang tidak disengaja, memperkuat ketidaksetaraan dan diskriminasi dalam keputusan penting.
- Keamanan Siber dan Ancaman Kejahatan Digital: Pengembangan teknologi membuka pintu bagi ancaman siber yang terus berkembang, membutuhkan keseimbangan antara inovasi dan perlindungan.
- Dampak Sosial Teknologi: Otomatisasi dapat menggantikan pekerjaan, menimbulkan tantangan etika terkait ketidakpastian pekerjaan dan perubahan struktur ekonomi.
- Penggunaan Teknologi dalam Pembuatan Keputusan: Keputusan yang semakin diotomatisasi oleh teknologi memunculkan pertanyaan tentang akuntabilitas dan transparansi algoritma.
- Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Teknologi: Perusahaan teknologi memiliki peran besar dalam membentuk arah dan dampak teknologi, sehingga harus mempertimbangkan tanggung jawab sosial mereka.22
- Keberlanjutan dan Dampak Lingkungan: Pengembangan teknologi seringkali memerlukan sumber daya besar dengan dampak lingkungan signifikan, menuntut solusi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
- Literasi Teknologi dan Kesenjangan Digital: Kesenjangan akses dan pemahaman teknologi menjadi tantangan etika, membutuhkan upaya untuk meningkatkan literasi di semua lapisan masyarakat.
- Pertimbangan Etika dalam Pengembangan AI: AI menghadirkan tantangan etika khusus terkait hak asasi manusia, keadilan, dan kontrol manusia terhadap sistem AI.
- Keterlibatan Pemangku Kepentingan dan Transparansi: Keterlibatan pemangku kepentingan dan transparansi dalam proses pengembangan teknologi sangat penting untuk membangun kepercayaan dan mengidentifikasi dampak yang mungkin terabaikan.
Solusi untuk Pelanggaran Etika Digital: Edukasi dan kesadaran tentang etika digital, menjaga keamanan dan privasi dengan teknologi, melaporkan pelanggaran kepada pihak berwenang, dan menjalin hubungan yang baik di dunia digital.
Etika digital merupakan garis depan baru untuk tata kelola dan keadilan global. Luasnya tantangan dalam etika digital—mulai dari privasi data hingga bias algoritmik, hilangnya pekerjaan, dan kesenjangan digital—menunjukkan bahwa teknologi bukan hanya alat, tetapi kekuatan yang membentuk kembali lanskap moral. Tantangan-tantangan ini seringkali bersifat global, melampaui batas-batas nasional, dan memerlukan kerangka etika yang dapat mengatasi masalah keadilan, akuntabilitas, dan martabat manusia dalam skala besar. Kebutuhan akan “keterlibatan pemangku kepentingan dan transparansi” dan “peningkatan transparansi dan akuntabilitas” menyoroti sifat sistemik dari masalah etika ini. Etika digital dengan cepat menjadi bidang yang kritis, menuntut bentuk-bentuk tata kelola, regulasi, dan pendidikan baru untuk memastikan bahwa kemajuan teknologi melayani kepentingan terbaik umat manusia dan tidak memperburuk ketidaksetaraan yang ada atau menciptakan bentuk-bentuk kerugian baru. Ini memerlukan pendekatan proaktif dan multidisiplin yang melibatkan teknolog, etikus, pembuat kebijakan, dan masyarakat sipil.
Tabel 3: Prinsip-Prinsip Etika Profesional dan Penerapannya
Domain Profesional | Prinsip Etika Utama | Contoh Penerapan Konkret | |
Bisnis | Integritas, Transparansi, Keadilan, Tanggung Jawab Sosial, Kepatuhan Hukum, Keamanan Produk | Pelaporan keuangan yang jujur, upah adil bagi karyawan, praktik anti-korupsi, perlindungan data pelanggan, persaingan sehat, produk berkualitas tinggi | |
Kedokteran | Beneficence, Nonmaleficence, Autonomy, Justice | Melakukan yang terbaik untuk pasien, tidak membahayakan, menghormati keputusan pasien (informed consent), alokasi sumber daya kesehatan yang adil, menjaga kerahasiaan medis | |
Teknologi & Digital | Menghargai Privasi, Kejujuran Informasi, Anti-Cyberbullying, Hak Cipta, Akuntabilitas Algoritma, Keamanan Data | Tidak menyebar hoaks, tidak membagikan data pribadi tanpa izin, menggunakan bahasa sopan online, tidak plagiat, memastikan algoritma tidak bias, perlindungan data pribadi |
Tantangan Etika Kontemporer dan Arah Masa Depan
Masyarakat modern dihadapkan pada serangkaian tantangan etika yang kompleks, yang diperparah oleh dinamika sosial, kemajuan teknologi, dan perubahan nilai-nilai antar generasi. Mengatasi tantangan ini memerlukan pemikiran kritis, adaptasi, dan komitmen terhadap pendidikan moral yang relevan.
Dilema Moral di Era Modern
Salah satu dilema etika yang menonjol adalah perdebatan seputar relativisme moral, pandangan bahwa penilaian moral hanya benar atau salah relatif terhadap sudut pandang tertentu (misalnya, budaya atau periode sejarah), tanpa ada satu pun sudut pandang yang secara unik lebih istimewa dari yang lain. Meskipun relativisme moral dapat mendorong toleransi, kritik menyoroti bahwa hal itu dapat menyiratkan “apapun boleh” dan merusak dasar penilaian moral kritis terhadap praktik-praktik yang jelas-jelas salah seperti perbudakan atau seksisme.
Perdebatan moral kontemporer juga mencakup isu degradasi moral di kalangan generasi Z. Generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang sangat berbeda, dihadapkan pada tantangan unik seperti dampak media sosial, paparan berita palsu, dan tekanan teman sebaya. Namun, klaim tentang degradasi moral seringkali didasarkan pada stereotip dan kesalahpahaman generasi yang lebih tua terhadap perubahan norma dan nilai yang sesuai dengan zaman mereka. Apa yang dianggap sebagai “degradasi moral” mungkin hanyalah evolusi dalam norma dan nilai-nilai yang sesuai dengan lingkungan digital yang mereka tempati.
Selain itu, perdebatan filosofis antara etika deontologi dan konsekuensialisme terus relevan dalam pembentukan kebijakan. Deontologi menekankan kewajiban dan aturan, sementara konsekuensialisme berfokus pada hasil dan dampak. Dalam perencanaan kebijakan, konsekuensialisme sering digunakan untuk mengevaluasi dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan, namun hal ini dapat menimbulkan ketegangan ketika hasil yang diinginkan berpotensi mengorbankan hak-hak individu atau prinsip-prinsip moral tertentu.
Kombinasi dari relativisme moral, pergeseran nilai antar generasi, dan kompleksitas isu-isu modern menciptakan tantangan signifikan dalam mencapai konsensus moral yang stabil. Apa yang dianggap sebagai penurunan moral mungkin sebenarnya adalah evolusi norma moral, menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana masyarakat beradaptasi dan menemukan landasan etika bersama. Hal ini menunjukkan bahwa kerangka etika di masa depan harus cukup kuat untuk mengakomodasi beragam perspektif sambil tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan fundamental. Ini menyoroti perlunya dialog berkelanjutan, penalaran etika kritis, dan pendidikan moral adaptif untuk menjembatani kesenjangan generasi dan budaya.
Peran Pendidikan Moral dan Kepemimpinan Etis
Untuk mengatasi tantangan etika kontemporer, penguatan pendidikan moral yang relevan dengan zaman sekarang menjadi solusi yang krusial. Pendidikan moral harus melampaui norma-norma tradisional dan membantu generasi muda mengembangkan pemahaman moral yang lebih baik dalam menghadapi kompleksitas isu-isu modern.
Selain pendidikan, kepemimpinan etis memainkan peran sentral dalam membimbing masyarakat. Pemimpin yang berintegritas dan moralitas tinggi mampu mengambil keputusan yang adil dan bertanggung jawab, serta menjadi contoh positif bagi masyarakat. Pernyataan Ade Parlaungan Nasution, seorang tokoh pendidikan, bahwa “musuh kebangsaan adalah orang yang mengingkari Tuhan dan agama” adalah contoh bagaimana seorang pemimpin dapat mengartikulasikan pandangan moral yang dianggap penting untuk kohesi nasional.
Pendidikan moral yang proaktif dan kepemimpinan yang teladan adalah katalisator bagi ketahanan masyarakat. Mengidentifikasi penguatan pendidikan moral sebagai solusi untuk tantangan moral yang dirasakan generasi Z, serta menekankan peran kepemimpinan etis dalam membimbing masyarakat dan mempromosikan keadilan, menunjukkan bahwa pendekatan reaktif terhadap dilema moral tidaklah cukup. Pendekatan proaktif melalui pendidikan dan kepemimpinan etis yang kuat sangat penting untuk membangun ketahanan masyarakat terhadap fragmentasi moral dan untuk memandu adaptasi terhadap tantangan baru. Berinvestasi dalam pendidikan moral yang komprehensif dan relevan secara kontekstual sejak usia dini, serta menumbuhkan pemimpin yang mewujudkan prinsip-prinsip etika yang kuat, merupakan strategi jangka panjang yang penting untuk kesejahteraan dan stabilitas masyarakat di dunia yang berubah dengan cepat.
Kesimpulan
Moral dan etika adalah komponen tak terpisahkan dari eksistensi manusia, berfungsi sebagai fondasi bagi perilaku individu yang bertanggung jawab dan masyarakat yang harmonis. Etika, sebagai disiplin filosofis, menyediakan kerangka teoritis dan metodologis untuk pemikiran kritis tentang benar dan salah, sementara moral mewakili penerapan praktis dari nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan norma-norma sosial. Meskipun memiliki perbedaan asal dan sifat, keduanya saling melengkapi dan esensial untuk membentuk karakter, membangun kepercayaan, mendorong keadilan sosial, dan memastikan keberlanjutan.
Dalam menghadapi kompleksitas era modern—ditandai oleh kemajuan teknologi, pergeseran nilai-nilai, dan tantangan global—peran etika menjadi semakin vital. Teori-teori etika utama seperti deontologi, konsekuensialisme, dan etika keutamaan menawarkan lensa yang berbeda untuk menganalisis dilema moral, sementara prinsip-prinsip etika terapan (seperti dalam bisnis, kedokteran, dan teknologi digital) menyediakan pedoman konkret untuk praktik profesional. Tantangan kontemporer, seperti privasi data, bias algoritmik, dan perdebatan moral antar generasi, menggarisbawahi kebutuhan mendesak akan kerangka etika yang adaptif dan komprehensif.
Oleh karena itu, upaya kolektif dalam memperkuat pendidikan moral yang relevan dan menumbuhkan kepemimpinan yang berlandaskan etika adalah imperatif. Ini akan memberdayakan individu untuk menavigasi lanskap moral yang terus berkembang dengan integritas, membangun hubungan yang sehat, dan berkontribusi pada penciptaan masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan berkelanjutan bagi generasi kini dan mendatang.
Daftar Pustaka :
- Etika dan Moral Dalam Ilmu Pengetahuan – Indonesian Research Journal on Education, accessed June 21, 2025, https://www.irje.org/irje/article/download/494/389/2158
- Pengertian Etika, Perbedaan Etika, Moral, Norma, Nilai – Ahmad Rafiqi Tantawi, accessed June 21, 2025, https://rafiqitantawi.blog.uma.ac.id/wp-content/uploads/sites/79/2024/07/KULIAH-KE-2-2023-.pdf
- Makalah Konsep Dasar Moral, Etika Dan Hukum 1 | PDF – Scribd, accessed June 21, 2025, https://id.scribd.com/document/499106867/makalah-konsep-dasar-moral-etika-dan-hukum-1
- BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian filsafat etika Untuk banyak istilah yang berkaitan dengan konteks ilmiah, istilah etika juga, accessed June 21, 2025, https://repository.radenfatah.ac.id/19600/2/2.pdf
- Ini Perbedaan Etika dan Moral yang Penting Diketahui – Halodoc, accessed June 21, 2025, https://www.halodoc.com/artikel/ini-perbedaan-etika-dan-moral-yang-penting-diketahui
- Persamaan Dan Perbedaan Antara Etika Dan Moral Dalam Kehidupan Sehari – Scribd, accessed June 21, 2025, https://id.scribd.com/document/396698697/Persamaan-Dan-Perbedaan-Antara-Etika-Dan-Moral-Dalam-Kehidupan-Sehari
- Perbedaan Etika dan Moral, Sering Dianggap Sama Padahal Maknanya Berbeda, accessed June 21, 2025, https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6111970/perbedaan-etika-dan-moral-sering-dianggap-sama-padahal-maknanya-berbeda
- Membangun Dunia yang Lebih Baik: Pentingnya Etika dalam Kehidupan Sehari-hari, accessed June 21, 2025, https://psikologi.uma.ac.id/membangun-dunia-yang-lebih-baik-pentingnya-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari/
- Pentingnya Etika dalam Kehidupan Sehari-Hari dan Profesional | SMK YPM 4 TAMAN, accessed June 21, 2025, https://www.smkypm4.sch.id/read/36/pentingnya-etika-dalam-kehidupan-sehari-hari-dan-profesional
- Ade P. Nasution – An Academic Journals, accessed June 21, 2025, http://adenasution.com/
- Teori Etika: Pandangan dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari, accessed June 21, 2025, https://www.kompasiana.com/allyasyfra/65a7e34a12d50f279106f1a2/teori-etika-pandangan-dan-penerapannya-dalam-kehidupan-sehari-hari
- Dentologis dan Konsekuensialisme Dalam Diorama Moral Kontemporer | kumparan.com, accessed June 21, 2025, https://kumparan.com/lambangwiji98/dentologis-dan-konsekuensialisme-dalam-diorama-moral-kontemporer-22LcW14nkSQ
- Principles of Clinical Ethics and Their Application to Practice – PMC – PubMed Central, accessed June 21, 2025, https://pmc.ncbi.nlm.nih.gov/articles/PMC7923912/
- KAJIAN PENERAPAN ETIKA DOKTER PADA PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN DI ERA PANDEMI COVID-19, accessed June 21, 2025, https://jurnal.uns.ac.id/hpe/article/download/52592/32177
- Etika Bisnis: Pengertian, Contoh, dan Implementasi – BINUS UNIVERSITY, accessed June 21, 2025, https://binus.ac.id/malang/2024/01/etika-bisnis-pengertian-contoh-dan-implementasi/
- Mengenal Etika Bisnis, Prinsip dan Penerapannya Bagi UMKM – UKMINDONESIA.ID, accessed June 21, 2025, https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/mengenal-etika-bisnis-prinsip-dan-penerapannya-bagi-umkm
- Etika dalam Bisnis di Era Digital: 4 Tantangan dan 4 Peluang – Enervon, accessed June 21, 2025, https://www.enervon.co.id/article/5619/etika-dalam-bisnis
- Ade Parlaungan Nasution’s research works – ResearchGate, accessed June 21, 2025, https://www.researchgate.net/scientific-contributions/Ade-Parlaungan-Nasution-2225267346
- Etika Medis: Prinsip Moral dalam Praktik Kedokteran – SIP Law Firm, accessed June 21, 2025, https://siplawfirm.id/etika-medis/?lang=id
- 10 Contoh Etika Digital Penting untuk Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-hari, accessed June 21, 2025, https://www.cloudeka.id/id/berita/web-sec/contoh-etika-digital/
- Etika Digital: Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari – Vida, accessed June 21, 2025, https://vida.id/id/blog/etika-digital
- Tantangan Etika dalam Pengembangan Teknologi: Menavigasi Jalan Dilema Modern, accessed June 21, 2025, https://bersamasusanto.com/tantangan-etika-dalam-pengembangan-teknologi-menavigasi-jalan-dilema-modern/
- Moral Relativism | Internet Encyclopedia of Philosophy, accessed June 21, 2025, https://iep.utm.edu/moral-re/
- Dekonstruksi Mitos: Meninjau Isu Degradasi Moral di Kalangan Generasi Z | kumparan.com, accessed June 21, 2025, https://m.kumparan.com/pengetahuan-umum/dekonstruksi-mitos-meninjau-isu-degradasi-moral-di-kalangan-generasi-z-21E029n2nXP