“Sustainability Challenges Through Technology in Emerging Market Economies.”
“Tantangan Keberlanjutan melalui Teknologi di Ekonomi Pasar Berkembang.
Associate Prof. Ade Parlaungan Nasution
Keynote Speaker Indonesia
- Latar Belakang dan Konteks
Dalam konteks keberlanjutan, ekonomi pasar berkembang (EME) seperti Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika Latin dihadapkan pada berbagai tantangan lingkungan, ekonomi, dan sosial. Di satu sisi, kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi yang pesat sering kali mengorbankan keberlanjutan lingkungan melalui deforestasi, polusi, dan pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan. Selain itu, ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial menjadi hambatan utama dalam upaya mencapai pembangunan yang berkelanjutan.
Teknologi berperan sebagai solusi potensial untuk menghadapi tantangan ini, namun adopsi teknologi di EME kerap terhambat oleh keterbatasan infrastruktur, biaya, serta kebijakan yang belum sepenuhnya mendukung inovasi hijau. Contohnya, teknologi pertanian presisi di India dan biofuel di Brasil telah menunjukkan bagaimana teknologi dapat meningkatkan keberlanjutan di sektor tertentu. Namun, banyak negara EME masih memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur digital dan energi terbarukan untuk memaksimalkan potensi teknologi dalam mendukung keberlanjutan.
Selain itu, terdapat hambatan besar seperti regulasi yang kurang mendukung, defisit infrastruktur, serta minimnya investasi hijau. Berbagai studi kasus menunjukkan keberhasilan integrasi teknologi di sektor-sektor seperti pembiayaan mikro ramah lingkungan di Bangladesh dan e-commerce yang mempromosikan produk lokal. Meski teknologi menawarkan solusi, EME membutuhkan dukungan kebijakan yang lebih kuat, investasi hijau, dan kolaborasi antar sektor untuk memastikan manfaat teknologi dapat dinikmati secara inklusif dan berkelanjutan.
Deskripsi Emerging Market Economies (EME):
Pasar berkembang mencakup negara-negara dengan ekonomi yang sedang tumbuh pesat, seperti Indonesia, India, Brasil, dan Nigeria. Wilayah ini menyumbang hampir 60% dari pertumbuhan ekonomi global, tetapi juga menghadapi kesenjangan dalam pengembangan teknologi dan infrastruktur berkelanjutan. Laporan Bank Dunia menyebutkan bahwa lebih dari 70% emisi gas rumah kaca global berasal dari negara-negara pasar berkembang, meskipun pertumbuhan ekonomi di wilayah ini juga meningkatkan taraf hidup banyak penduduknya.
Urgensi Keberlanjutan:
- Pertumbuhan pesat dan industrialisasi yang kuat telah menyebabkan degradasi lingkungan, peningkatan ketimpangan sosial, dan tekanan pada sumber daya alam.
- Organisasi PBB untuk Pembangunan Industri (UNIDO) menyebutkan bahwa lebih dari 1,2 juta hektar hutan tropis hilang setiap tahun di pasar berkembang, yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan kontribusi signifikan terhadap perubahan iklim global.
- Tantangan Keberlanjutan di Ekonomi Pasar Berkembang
- Tantangan Lingkungan:
- Deforestasi, polusi udara, dan pengelolaan limbah menjadi masalah yang terus meningkat seiring urbanisasi dan pertumbuhan industri.
- Studi Kasus: Indonesia menghadapi masalah besar dengan deforestasi di Kalimantan dan Sumatra untuk pembukaan lahan kelapa sawit, yang telah menimbulkan masalah kualitas udara lintas negara dan mengancam habitat satwa langka seperti orangutan.
- Ketimpangan Ekonomi dan Sosial:
- Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum diimbangi dengan distribusi kekayaan yang merata, menciptakan kesenjangan pendapatan yang tinggi dan keterbatasan akses ke layanan dasar seperti kesehatan dan pendidikan.
- Data Statistik: Laporan OECD 2022 menunjukkan bahwa di sebagian besar negara pasar berkembang, sekitar 40% penduduk masih hidup di bawah garis kemiskinan nasional.
- Keterbatasan Infrastruktur dan Kesenjangan Digital:
- Kesenjangan digital yang lebar menghambat pemanfaatan teknologi berkelanjutan, terutama di daerah pedesaan.
- Data: Sekitar 55% rumah tangga di Afrika Sub-Sahara masih belum memiliki akses ke internet, menurut ITU (International Telecommunication Union).
- Peran Teknologi dalam Menghadapi Tantangan Keberlanjutan
- Inovasi Pertanian Berkelanjutan:
- Teknologi digital, seperti pertanian presisi dan pemantauan satelit, membantu mengoptimalkan hasil panen sekaligus meminimalisir dampak lingkungan.
- Studi Kasus: Inisiatif Digital Green di India menggunakan teknologi video untuk mengajarkan praktik pertanian berkelanjutan kepada petani kecil di pedesaan, meningkatkan produktivitas hingga 20% tanpa memperluas lahan.
- Energi Terbarukan dan Infrastruktur Hijau:
- Penggunaan energi terbarukan, seperti solar dan bioenergi, membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
- Studi Kasus: Brasil telah menjadi pemimpin dalam produksi biofuel, terutama ethanol, dengan menggunakan limbah pertanian seperti tebu sebagai sumber energi yang ramah lingkungan.
- Smart Cities dan Urbanisasi Berkelanjutan:
- Integrasi IoT (Internet of Things) dan manajemen energi cerdas dalam tata kota dapat meningkatkan efisiensi energi, transportasi, dan manajemen limbah.
- Studi Kasus: Singapura melalui inisiatif “Smart Nation” telah mengembangkan sistem transportasi berbasis IoT yang membantu mengurangi kemacetan dan menurunkan emisi CO₂ hingga 15%.
- Tantangan dalam Penerapan Teknologi di Ekonomi Pasar Berkembang
- Defisit Infrastruktur:
- Keterbatasan jaringan internet, listrik yang tidak stabil, dan kurangnya akses terhadap teknologi dasar menjadi tantangan signifikan dalam penerapan teknologi berkelanjutan.
- Data: Laporan GSMA 2022 menyebutkan bahwa 45% penduduk di pasar berkembang Asia-Pasifik belum memiliki akses ke koneksi internet 4G.
- Kesenjangan Keterampilan dan Pendidikan:
- Pengembangan teknologi memerlukan sumber daya manusia yang terampil. Banyak EME menghadapi tantangan dalam membangun tenaga kerja yang terlatih di bidang teknologi dan keberlanjutan.
- Studi Kasus: Di Nigeria, kekurangan tenaga kerja yang terampil menyebabkan perlambatan dalam pengembangan proyek energi terbarukan di daerah pedesaan.
- Keterbatasan Investasi Hijau:
- Keterbatasan pendanaan sering menghambat perkembangan teknologi hijau di EME. Padahal, investasi jangka panjang dalam teknologi ini dapat mengurangi biaya ekonomi dan lingkungan.
- Data Statistik: Menurut Bank Dunia, sekitar $1 triliun diperlukan setiap tahunnya untuk mencapai target keberlanjutan di pasar berkembang.
- Studi Kasus Khusus: Solusi Teknologi Berkelanjutan di Pasar Berkembang
- Pembiayaan Mikro dan Inklusi Keuangan:
- Contoh: Bangladesh menggunakan pembiayaan mikro untuk mendukung usaha kecil yang berkelanjutan, seperti penggunaan sistem panel surya rumah tangga untuk menyediakan listrik di pedesaan.
- Pengembangan Platform E-commerce yang Berkelanjutan:
- Contoh: Shopee dan Tokopedia di Indonesia mengembangkan infrastruktur ramah lingkungan dengan mengurangi kebutuhan transportasi jarak jauh dan mempromosikan produk lokal.
- Platform Pembelajaran Digital:
- Inisiatif pembelajaran digital untuk mengatasi kesenjangan pendidikan dan pelatihan keterampilan di daerah terpencil.
- Studi Kasus: Ruangguru di Indonesia membantu pelajar di daerah terpencil mendapatkan akses pendidikan bermutu dengan biaya yang lebih rendah.
- Rekomendasi Strategis untuk Meningkatkan Keberlanjutan melalui Teknologi
- Penguatan Kebijakan untuk Teknologi Hijau:
- Mendesak pemerintah untuk memperkuat kebijakan ramah lingkungan yang mendorong investasi pada teknologi hijau dan infrastruktur yang mendukung keberlanjutan.
- Contoh: Penerapan insentif pajak untuk perusahaan yang mengadopsi teknologi rendah karbon.
- Peningkatan Kolaborasi Antar-Sektor:
- Mendorong kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan organisasi internasional untuk membangun ekosistem teknologi yang mendukung keberlanjutan.
- Contoh: Kolaborasi antara pemerintah Indonesia dan perusahaan teknologi untuk memperluas infrastruktur digital di daerah terpencil.
- Pendidikan dan Peningkatan Kapasitas SDM:
- Peningkatan literasi digital dan keterampilan teknologi hijau untuk mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang mampu mengelola dan mengembangkan teknologi keberlanjutan.
- Data: Menurut laporan ADB, pendidikan berbasis STEM di negara-negara Asia Tenggara perlu ditingkatkan hingga 35% untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di bidang teknologi keberlanjutan.
- Kesimpulan
Peningkatan keberlanjutan melalui teknologi di EME memerlukan komitmen yang kuat dari berbagai pihak. Teknologi berperan sebagai enabler utama, tetapi keterbatasan infrastruktur, regulasi, dan pendanaan masih menjadi kendala besar. Dengan pendekatan yang inklusif dan kolaboratif, EMEs dapat memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan keberlanjutan yang lebih luas, meningkatkan kesejahteraan, serta mengurangi dampak lingkungan.
REFERENSI RUJUKAN
Alliance for Affordable Internet (A4AI). (2021). Affordability Report 2021. A4AI. Retrieved from https://a4ai.org
Asian Development Bank. (2022). Social challenges in Southeast Asia’s emerging economies. Asian Development Bank. Diakses dari https://www.adb.org/publications
Bank Dunia. (2021). World Development Report 2021: Data for Better Lives. Washington, DC: World Bank. https://doi.org/10.1596/978-1-4648-1600-0
Broadband Commission for Sustainable Development. (2020). The State of Broadband 2020: Tackling Digital Inequalities. UNESCO & ITU. Retrieved from https://www.broadbandcommission.org
Digital Green. (2023). Transforming agriculture through technology and education in India. Digital Green. Diakses dari https://www.digitalgreen.org
GSMA. (2020). The Mobile Economy 2020. GSMA Intelligence. Retrieved from https://www.gsma.com
International Energy Agency. (2022). World Energy Outlook 2022. IEA. Retrieved from https://www.iea.org
International Renewable Energy Agency (IRENA). (2022). Renewable Power Generation Costs in 2021. IRENA. Retrieved from https://www.irena.org
International Telecommunication Union. (2022). Measuring digital development: Facts and figures 2022. ITU. Retrieved from https://www.itu.int
International Telecommunication Union. (2022). The digital divide in Sub-Saharan Africa: Access to internet and technology gaps. International Telecommunication Union. Diakses dari https://www.itu.int/en/ITU
ITU & A4AI. (2022). The affordability of ICT services 2022: Exploring affordability targets and metrics. ITU & Alliance for Affordable Internet.
McKinsey Global Institute. (2023). Harnessing automation for sustainable growth in emerging markets. McKinsey & Company. Diakses dari https://www.mckinsey.com
OECD Development Centre. (2022). Rising inequality in emerging markets: Economic and social impacts. OECD Publishing. Diakses dari https://www.oecd-ilibrary.org
Ruangguru. (2023). Providing quality education through digital platforms in rural Indonesia. Ruangguru. Diakses dari https://www.ruangguru.com
Shopee. (2023). Promoting sustainable e-commerce practices in Southeast Asia. Shopee. Diakses dari https://www.shopee.com
United Nations Conference on Trade and Development. (2022). Digital Economy Report 2022. UNCTAD. Retrieved from https://unctad.org
United Nations Development Programme. (2022). Human Development Report 2022: Uncertain Times, Unsettled Lives: Shaping our Future in a Transforming World. UNDP. Retrieved from https://hdr.undp.org
United Nations Environment Programme. (2022). Sustainable development goals in emerging markets: Challenges and opportunities. United Nations Environment Programme. Diakses dari https://www.unep.org
World Bank. (2022). Digital transformation in emerging markets: Infrastructure and investment needs. World Bank Group. Diakses dari https://www.worldbank.org
World Economic Forum. (2021). Fostering Effective Energy Transition 2021. WEF. Retrieved from https://www.weforum.org
World Economic Forum. (2023). Financing sustainable development in emerging economies. World Economic Forum. Diakses dari https://www.weforum.org
Xu, L., & Yang, H. (2022). “Impact of Digital Financial Inclusion on Rural Household Welfare: Evidence from China.” Economic Research-Ekonomska Istraživanja, 35(1), 3070-3091. https://doi.org/10.1080/1331677X.2022.2046398