Category: | Books |
Genre: | Science |
Author: | Amartya Sen |
SINOPSIS BUKU
Amartya Sen (Peraih Hadiah Nobel Ekonomi 1998) adalah ekonom yang tak biasa. Bidang filsafat dan kebudayaan yang digelutinya banyak mempengaruhi teori-teori monumentalnya yang telah mengubah berbagai kebijakan pembangunan di negara berkembang.Berangkat dari pengalaman masa kecilnya, Sen menggali konsep yang banyak disalahpahami tentang identitas. Pada usia 11 tahun Sen menyaksikan seorang buruh Muslim ditikam hingga tewas dalam kerusuhan sektarian di India. Para penikamnya dari kelompok Hindu sebenarnya juga buruh yang sama-sama miskin. Lalu mengapa kesamaan identitas kelas ekonomi ini bisa terlupakan dan tergantikan secara membabi buta oleh identitas keagamaan?Dengan menelusuri isu-isu multikulturalisme, pasca-kolonialisme, fundamentalisme, terorisme, dan globali-sasi, Sen membongkar stereotip-stereotip soal Timur dan Barat dan menghantam keras pandangan picik soal identitas yang kini menjadi pemicu utama pertikaian-pertikaian kontemporer.Dilengkapi kata pengantar dari Dekan FISIP Universitas Indonesia, Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri “Membaca Sen, Membaca Realitas Kita”.
Amartya Sen (Peraih Hadiah Nobel Ekonomi 1998) adalah ekonom yang tak biasa. Bidang filsafat dan kebudayaan yang digelutinya banyak mempengaruhi teori-teori monumentalnya yang telah mengubah berbagai kebijakan pembangunan di negara berkembang.Berangkat dari pengalaman masa kecilnya, Sen menggali konsep yang banyak disalahpahami tentang identitas. Pada usia 11 tahun Sen menyaksikan seorang buruh Muslim ditikam hingga tewas dalam kerusuhan sektarian di India. Para penikamnya dari kelompok Hindu sebenarnya juga buruh yang sama-sama miskin. Lalu mengapa kesamaan identitas kelas ekonomi ini bisa terlupakan dan tergantikan secara membabi buta oleh identitas keagamaan?Dengan menelusuri isu-isu multikulturalisme, pasca-kolonialisme, fundamentalisme, terorisme, dan globali-sasi, Sen membongkar stereotip-stereotip soal Timur dan Barat dan menghantam keras pandangan picik soal identitas yang kini menjadi pemicu utama pertikaian-pertikaian kontemporer.Dilengkapi kata pengantar dari Dekan FISIP Universitas Indonesia, Prof. Dr. Gumilar Rusliwa Somantri “Membaca Sen, Membaca Realitas Kita”.