THE END OF HISTORY AND THE LAST MAN : KEMENANGAN KAPITALISME DAN DEMOKRASI LIBERAL

RESENSI BUKU

THE END OF HISTORY AND THE LAST MAN : KEMENANGAN KAPITALISME DAN DEMOKRASI LIBERAL

Penulis : Francis Fukuyama

Edisi Bahasa Indonesia, Penerbit Qalam, 2003

Buku yang ditulis oleh Francis Fukuyama ini, seorang warga Negara Amerika keturunan Jepang yang berprofesi akademisi, komentator politik, dan penasihat pemerintah Amerika Serikat, benar-benar telah menggemparkan dunia politik internasional ketika awal tahun 1990-an mendeklarasikan telah berakhirnya sejarah ideology bangsa-bangsa, dan dia menegaskan secara optimistik bahwa saat ini dunia dalam era penghujung sejarah dan masa depan tidak akan pernah lagi tersedia ruang bagi pertarungan antar ideology besar. Pemenang pertarungan antar ideology ini dari masa ke masa adalah ideology demokrasi liberal yang didukung oleh system ekonomi kapitalis. Fukuyama berpendapat bahwa demokrasi liberal mungkin merupakan ‘ titik balik” dari evolusi ideologis umat manusia dan “bentuk final pemerintahan manusia”, sehingga ia bisa disebut sebagai “akhir sejarah” (The End of History).

Dengan tegas dia menyatakan bahwa runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991 dan ambruknya tembok Berlin adalah dua diantara sekian banyak pertanda signifikan telah terjadinya perubahan dramatis pasca Perang Dingin yang mempresentasikan secara akurat kemenangan kapitalisme dan demokrasi liberal di seluruh dunia. Runtuhnya Uni Soviet menimbulkan beberapa akibat terhadap situasi dunia, yaitu:

(1) Berakhirnya perang Dingin antara Blok Barat (Amerika Serikat) dengan Blok Timur(Uni Soviet), (2) Berkurangnya kecemasan dunia terhadap terjadinya Perang Dunia III,(3) Banyak negara komunis yang berubah menjadi negara demokrasi, (4) Amerika Serikat tampil sebagai negara Adi Daya, (5) Tumbangnya komunisme di beberapa negara Eropa Timur.

Metodologi yang dipakai oleh Fukuyama dalam analisanya adalah berlandaskan teori filsafat sejarah G.W,F. Hegel dan analisa kritis terhadap pemikiran karl Marx dalam teori sosialisme

Sejak publikasi pertamanya, The End Of History And The Last Man, telah mengundang begitu banyak perdebatan pro-kontra. Faktanya lebih banyak lontaran gugatan dan kritikan dari hampir setiap sudut pandang. Buku ini disebut-sebut sebagai sebuah karya yang sangat optimistik sekaligus deterministik; fenomenal sekaligus kontroversial,; ilmiah sekaligus profokatif. Walaupun dalam jumlah yang lebih sedikit, telah muncul sikap simpatik yang berusaha memahami sisi positif dari tesisnya ini. Lebih jauh, muncul pelbagai upaya untuk mengevaluasinya sebagai sebuah instrumen analisis dan perangkat resolusi untuk mengatasi beragam problem kontemporer di dalam dunia politik dan teori ideology-politik.

Buku ini secara referensi sangat bagus terutama bagi para intelektual dan mahasiswa serta pelaku perpolitikan karena merupakan hasil telaah atas perjalanan sejarah bangsa-bangsa yang dimulai sejak awal abad 20, yang periode sebelumnya telah ditulis dengan baik oleh Hegel. Telaah Fukuyama tersebut adalah peristiwa-peristiwa ideologis dan implikasinya terhadap berbagai Negara seperti misalnya perang dunia I, perang dunia II, Perang dingin, runtuhnya Uni Sovyet, kudeta, dan perubahan system pemerintahan beberapa Negara menjadi Negara demokrasi berdasarkan fakta dan teori-teori yang berbeda menjadi satu kesatuan yang koheren

Namun, apa yang disimpulkan oleh Fukuyama dengan yang disebut bentuk “final pemerintahan manusia “ tentu masih diperdebatkan karena sangat ironis dengan Keberadaan China, Vietnam, Kuba, Venezuela dan beberapa Negara di Timur tengah yang format pemerintahannya masih belum dapat menerima ideogi liberal dan demokratis. karena tentu saja kebenaran mutlak masih terus dicari umat manusia.

Kritikan atas pemikiran ini tentu saja banyak bergulir dan terkadang bentrok dengan pendapat para ahli lainnya, sebut saja Samuel Huntington dalam bukunya Clash of Civilization menyebutkan adanya kecenderungan kebangkitan Islam menentang nilai-nilai dan peradaban barat. Sedangkan Jacques Derrida dalam bukunya Specter Of Marx meyebutkan bahwa ideology-ideologi lain tidak pernah benar-benar mati melainkan hanya bersembunyi dan melatenkan diri.

Pemikiran ini tentu saja dapat disebut sebagai sebuah sintesis pemikiran sebagaimana ketika Karl Mark membuat suatu sintesis ideology ekonomi dalam bukunya Das Kapital sebagai antithesis dari ideologi kapitalisme. Suatu hari mungkin terjadi perubahan yang signifikan diberbagai Negara dan tentu saja pemikiran Fukuyama ini menjadi antithesis. (Peresensi : Ade P. Nasution)