HARAPAN PADA PROYEK MONOREL KOTA BATAM

MENDENGAR rencana BP Batam untuk membangun system transportasi Monorail, bagi saya merupakan suatu kejutan sekaligus  harapan. Betapa tidak, belum ada satu pun kota di Indonesia yang memliki system transportasi monorail.  Di Jakarta, sebagai ibu kota Negara, pelaksanaan proyek monorail ini belum terlaksana walaupun telah sejak tahun 2003 proyek tersebut diluncurkan dimana pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerjasama dengan PT. Jakarta Monorail.

Memang, terdapat perbedaan karakteristik antara Batam dan Jakarta dalam hal transportasi. Di Jakarta, persoalan terbesarnya adalah kemacetan lalu lintas. Persoalan kemacetan lalu lintas di Jakarta menurut SITRAMP (The Study on Integrated Transportation Master Plan) pada tahun 2004 menyebutkan bahwa  kerugian ekonomi di wilayah Jabotabek akibat kemacetan mencapai Rp. 3 Trilliun pertahun untuk biaya operasional kenderaan, Rp. 2,5 Trilyun untuk kehilangan waktu dan  Rp. 2,8 Trilyun untuk dampak kesehatan.

Sedangkan di Batam, secara umum belum terjadi kemacetan lalu lintas, kalaupun ada hanya insidentil. Hal ini disebabkan rasio antara panjang ruas jalan dan jumlah kenderaan bermotor masih dalam tahap wajar. Kondisi ini juga disebabkan penyebaran pusat bisnis dan pariwisata yang cukup merata di sepanjang kecamatan di Kota Batam.
Persoalan di Batam dalam transportasi adalah masalah kualitas, baik tariff maupun kenyamanan moda transportasinya. Menurut hasil penelitian, tariff transportasi di Batam tergolong cukup mahal dan pelayanan yang kurang nyaman.

Dikaitkan dengan status Kota Batam sebagai kota Industri dan pariwasata, keberadaan moda transportasi yang ada saat ini dirasakan jauh dari harapan, baik tariff maupun kenyamanannya. Bagi Pekerja Industri dan pariwisata, tariff transportasi jelas terasa memberatkan dan menggerogoti upah yang mereka terima

Sedangkan untuk dunia pariwisata, para pelancong seringkali merasa tidak nyaman dengan system transportasi yang ada di Batam saat ini. Mereka sering dihadapkan pada mahalnya tariff dan perlakuan kasar dari pelaku jasa transportasi darat. Memang, untuk Batam, proyek monorail ini bagi saya sudah sangat cukup dan luar biasa, yang dapat memudahkan penduduk Batam dan wisatawan dalam beraktivitas. Walaupun masih banyak solusi lain system transportasi, sebut saja penambahan jumlah bus Kota Batam dan perluasan jalur asal tujuan sehingga bisa menjangkau bahkan sampai ke pelosok-pelosok Kota Batam.

Kami berharap, agar proyek Monorail yang akan dilaksanakan ini, dapat melayani destinasi para pekerja dan destinasi para wisatawan sehingga dapat lebih bermanfaat, apalagi melihat data kependudukan bahwa kurang lebih dari separuh penduduk Kota Batam ini dalah pekerja Industri.***