Filosofi Shalat Dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj Sebagai Media Pembentukan Karakter Umat

Rantauprapat, 08 April 2019, Yayasan Universitas Labuhanbatu memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW 2019 M/1440 H di Aula Kampus Yayasan ULB di Jln. SM. Raja No. 126 A. Rantauprapat, Senin, 08 April 2019. Dengan tema : Filosofi Shalat dalam Peristiwa Isra’ Mi’raj sebagai media Pembentukan Karakter Umat.

Dalam kata sambutannya, Koordinator ULB Bapak Ade Parlaungan Nasution menuturkan bahwa disini kita konsisten dan dalam dunia akademisi kita akan membumikan ajaran yang dibawakan Nabi Muhammad sebagai pilar pembentukan karakter umat.

Apalagi isra mi’raj bagi kami para akademisi dulu menganggap shalat sebagai oleh-oleh pengetahuan dari perjalanan Isra’ Mi’raj nya nabi, yang dimana shalat sebagai pilar dalam lahirnya beragam ilmu, sebab karena itu oleh-oleh dari isra mi’raj adalah shalat.

Beliau menyampaikan Isra’ Mi’raj ini yang perlu kita pelajari adalah adab. Ketika orang baca Al-Qur’an pertama kita tidak boleh ada suara, karena akan menghalangi esensi makna yang masuk dari bacaan Al-Qur’an ke pendengaran .

Islam yang paling tinggi adalah adab, yaitu menjaga etika agar tidak melampaui batas-batas norma yang berlaku. Karena tidak mungkin kalau kita belajar Islam kalau tidak ada adab. Sama seperti ketika mendengar lagu Indonesia Raya kita diharuskan untuk berdiri, bukan duduk sebagai rasa hormat kepada para pahlawan yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Shalat adalah karakter, shalat adalah oleh-oleh pengetahuan yang dibawakan oleh Nabi kepada umat. Selanjutnya pak Ade menuturkan; Saya berharap peringatan Isra’ Mi’raj ini jangan hanya sekedar merayakan, minimal ada yang kita tarik maknanya. Kalau ada pemahaman yang ragu-ragu maka dimantapkan dengan terus belajar.

Secara perspektif ilmiah shalat dapat memberi kekuatan energi pada fisik sehingga meningkatkan semangat intelektual filosofis pelajar dalam mengejar ilmu sehingga dapat membentuk karakter umat.

Mensujudkan pikiran agar beradab menegakkan ikhtiar untuk terus belajar dan berkarya serta mampu memaknai semesta bertasbih yang dilakukan alam kepada penggerak pertama.

Sebagaimana yang dikatakan filsuf Al Ghazali bahwa orang yang hidup sama dengan orang yang mati kalau ia tidak punya ilmu.